d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang; atau
e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak danatau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT
SKPKBT diterbitkan apabila fiskus menemukan data baru berkaitan dengan perhitungan pajak yang masih dibayar oleh wajib pajak, dan ternyata diketahui bahwa
besarnya pajak terutang yang telah ditetapkan dalam SKPKB masih kurang dari semestinya. Untuk mengantisipasi hal ini, Undang-Undang KUP memberikan
kewenangan kepada fiskus untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT untuk menagih kekurangan pajak yang terutang tersebut.
Dalam jangka waktu 5 lima tahun setelah saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, apabila ditemukan data baru
yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT.
3. Surat Tagihan Pajak STP
Sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang KUP, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:
a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar;
Universitas Sumatera Utara
b. Dari hasil penelitian terdapat kekuranngan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis danatau bunga; c.
Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa dendaatau bunga; d.
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap selain: identitas pembeli, nama dan tandatangan;
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau g.
Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah memberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 6a
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
4. Surat Keputusan Keberatan
Keberatan merupakan upaya hukum yang diajukan wajib pajak sebagai akibat dari adanya perbedaan penafsiran dan pendirian menengenai ketentuan hukum di
bidang perpajakan terhadap suatu kasus tertentu antara wajib pajak dengan fiskus. Sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang KUP, wajib pajak dapat mengajukan
keberatan hanya kepada direktur Jenderal Pajak atas suatu: a.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB; b.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT;
Universitas Sumatera Utara
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan
pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak.
Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan, jumlah
besarnya pajak, atau pemotongan atau pemungutan pajak. Keputusan keberatan yang dapat diajukan sesuai dengan undang-undang penagihan dengan Surat Paksa adalah
keputusan keberatan yang menambah jumlah pajak yang terutang. Kemungkinan keputusan keberatan menurut undang-undang KUP pasal 26 ayat
3 yaitu: 1. Ditolak.
2. Diterima sebagian 3. Diterima seluruhnya, atau
4. Menambah jumlah pajak yang masih harus dibayar
5. Surat Keputusan Pembetulan