Kerangka Teori Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

14 3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam kontrak di PT. Sinbad Precast Teknindo? Selain itu ada pula penelitian dengan judul “Analisis Hukum Perjanjian Kerja Outsourcing di Sumatera Utara Implementasi Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003” yang dibuat oleh Swari Natalia Tarigan yang mana penelitian tersebut lebih memfokuskan pada masalah perjanjian kerja outsourcing. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana klasifikasi pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang perusahaan yang merupakan dasar pelaksanaan outsourcing? 2. Bagaimana hubungan hukum antara karyawan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap karyawan outsourcing yang melanggar aturan kerja pada perusahaan pemberi kerja? Dilihat dari judul dan permasalahan, maka dapat diketahui bahwa penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan keaslian dan kebenarannya dari penulisan ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Sebelum membahas tentang kerangka teori penelitian ini, ada baiknya mengetahui bahwa bagi suatu penelitian teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut: 19 19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hal 121 Universitas Sumatera Utara 15 a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistim klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi. c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti. d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang. e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti. Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau suatu proses tertentu terjadi. 20 Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proporsi-proporsi yang telah diuji kebenarannya. Suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan dan memberikan taraf pemahaman tertentu. 21 Karena itu teori dapat dikatakan merupakan suatu pencapaian akan sesuatu secara generalisasi, yang telah diuji dan hasilnya mempunyai ruang lingkup yang sangat luas terhadap fakta-fakta yang bersangkutan, teori hukum akan senantiasa berkembang sesuai dinamika masyarakat. Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan, teoritis. 22 Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori keadilan dan juga didukung oleh teori tujuan hukum. Menurut pendapat John Rawls 20 J.J.J. M. Wisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal 203 21 Soerjono Seokanto, Op Cit, hal 6 22 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80 Universitas Sumatera Utara 16 yang menginginkan “Keadilan sebagai Kesetaraan” Justice as Fairness. Maksudnya ialah bahwa teori tersebut dapat mengakomodasikan pribadi individu secara serius tanpa mempertahankan kesejahteraan atau hak-hak demi kebaikan orang lain. Menurut Rawls “ setiap pribadi memiliki hak yang setara terhadap sistem total yang paling luas bagi kebebasan-kebebasan dasar yang mirip dengan sistem kebebasan serupa bagi semuanya”. Artinya mereka akan memisahkan kebebasan manusiawi dasar kita dan melindunginya terhadap pembagian apapun yang tidak setara. 23 Menurut pendapat Ulpianus keadilan adalah kehendak yang terus menerus dan tetap memberikan kepada masing-masing apa yang menjadi hak atau memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya. Perumusan ini dengan tegas mengakui hak masing-masing perseorangan terhadap hal lainnya serta apa yang seharusnya menjadi bagiannya demikian pula sebaliknya. 24 Sejalan dengan pendapat itu LJ. Van Apeldoorn, J. Van Kan dan J.H. Beekhuis juga mengemukakan bahwa keadilan itu memperlakukan sama terhadap hal yang sama dan memperlakukan yang tidak sama sebanding dengan ketidaksamaannya. 25 Tentang tujuan hukum, menurut Jhering, hukum itu dibuat dengan sengaja oleh manusia untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Hukum terutama dibuat dengan penuh kesadaran oleh negara dan ditujukan kepada tujuan tertentu. 26 23 Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan Six Theories of Justice, Nusa Media, Bandung, 2011, hal 53 24 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 48 25 Ibid , hal. 51 26 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hal. 12. Universitas Sumatera Utara 17 Tujuan tersebut antara lain: a tercapainya kepastian hukum, b keadilan hukum, c kemanfaatan hukum. Adanya kepastian hukum dikatakan apabila, seseorang yang mengalami persoalan hukum maka aturan-aturan atau Pasal-Pasal yang terkandung dalam undang-undang dapat diterapkan dengan benar. Adanya kemanfaatan hukum, apabila hukum bermanfaat bagi masing-masing individu. Manfaat bagi masing-masing individu berbeda-berbeda, ada ukuran-ukuran tentang yang dipakai untuk itu. Terkait juga dengan hal tujuan keadilan juga dipandang sesuai ukuran atau standar dari masing-masing individu. Oleh karenanya adil itu relatif. Maka tujuan hukum dapat dipandang sesuai ukuran atau standar masing-masing individu dengan tidak mengabaikan teori, doktrin, serta aturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa teori tersebut bila ditelaah ada kaitannya dengan ketenagakerjaan dan hukum perjanjian kerja. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perjanjian kerja antara tenaga kerja asing dengan perusahaan maka terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan perjanjian dan tenaga kerja asing. Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata dikatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang lain atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka para pihak yang membuatnya. Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian yang berisi bahwa pihak pertama buruhpekerja mengikatkan diri untuk bekerja dengan pihak kedua pengusaha Universitas Sumatera Utara 18 selama waktu yang disepakati dengan menerima imbalan berupa upah KUH Perdata Pasal 1601.a. Sedangkan perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 14 adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang menurut syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Kemudian dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja, yang memuat unsur pekerjaan, upah dan perintah. Agar disebut sebagai perjanjian kerja harus memenuhi 3 tiga unsur yaitu sebagai berikut: 27 1. Ada orang di bawah pimpinan orang lain 2. Penuaian kerja 3. Adanya upah. Pada prinsipnya dalam perjanjian kerja unsur-unsur yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, masih menjadi pegangan yang harus diterapkan, agar suatu perjanjian kerja tersebut dianggap sah keberadaannya dan konsekuensinya dianggap sebagai undang-undang. Sebagian perjanjian kerja adalah merupakan perikatan yang lahir karena perjanjian. Oleh karena itu sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka sahnya suatu perjanjian kerja harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut: 27 F.X. Djumialdji, Op Cit, hal. 7-8 Universitas Sumatera Utara 19 a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. b. Cakap untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal Terkait dengan asas hukum kontrak, perjanjian kerja seperti yang disebutkan diatas merupakan bagian dari perjanjian pada umumnya, dimana dari berbagai asas hukum yang terdapat dalam hukum kontrak ada 4 asas yang dianggap sebagai saka guru hukum kontrak yaitu: 28 a. Asas Kebebasan Berkontrak Azas ini bemakna bahwa setiap orang bebas melakukan kontrak dengan siapapun dan mengenai apa pun itu, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. b. Asas Konsensualisme Di dalam asas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri dan menimbulkan kepercayaan di antara para pihak terhadap pemenuhan perjanjian. 29 c. Pacta Sunt Servanda Asas Daya Mengikat Kontrak Asas mengikat kontrak dipahami sebagai mengikatnya kewajiban kontraktual yang harus dilaksanakan para pihak. Pada dasarnya janji itu mengikat sehingga 28 Hal ini disampaikan oleh Nindyo Pramono dalam makalah yang berjudul, “Kontrak Komersial: Pembuatan dan penyelesaian Sengketa” ,dalam acara Pelatihan hukum Perikatan bagi Dosen dan Praktisi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga,Surabaya, 6-7 September 2006, hal.1-3 29 Agus Yudha Hernoko, Op.Cit. hal.121 Universitas Sumatera Utara 20 perlu diberikan kekuatan untuk berlakunya kontrak, sehingga mempunyai kekuatan mengikat setara dengan daya berlaku dan mengikatnya undang- undang. 30 d. Asas Iktikad Baik Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata menyatakan bahwa “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Perjanjian itu dilaksanakan menurut kepatutan dan keadilan. Walaupun dikatakan bahwa kontrak formal lahir setelah dilakukan secara tertulis tidak semua kontrak tertulis dikatakan kontrak formal karena kontrak yang dibuat secara tertulis kemungkinan dilatar belakangi dua hal yaitu: a. Perintah Undang-undang b. Kehendak para pihak Kontrak yang tertulis dapat dibagi dalam kontrak yang seluruh isinya dinegosiasikan oleh para pihak dan kontrak yang isinya pada umumnya ditentukan oleh salah satu pihak, kontrak seperti ini biasa disebut kontrak standar atau kontrak baku. Kontrak baku adalah kontrak yang klausul-klausulnya telah ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak. Penggunaan kontrak baku dalam kontrak-kontrak yang biasanya dilakukan oleh pihak yang banyak melakukan kontrak yang sama terhadap pihak lain. 31 30 Ibid .,hal.123-124 31 Ahmad Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.39 Universitas Sumatera Utara 21 Seperti halnya dalam kontrak perjanjian kerja dimana pengusaha perusahaan banyak melakukan kontrak yang sama terhadap para karyawanpekerjanya. Hal ini didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perjanjian kerja merupakan tergolong jenis perjanjian kontrak baku. Berdasarkan hal itu kontrak baku yang mendukung klausul eksonerasi cirinya adalah sebagai berikut: 1. Pada umumnya isinya ditetapkan oleh pihak yang posisinya lebih kuat. 2. Pihak lemah pada umunya tidak ikut menentukan isi perjanjian yang merupakan unsur aksidentalia dari perjanjian. 3. Terdorong oleh kebutuhannya, pihak lemah terpaku menerima perjanjian tersebut. 4. Bentuknya tertulis 5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual. 32 Rijken mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum. 33 32 Ibid , hal. 42 33 Ibid , hal. 40 Universitas Sumatera Utara 22 Sluijter mengatakan bahwa kontrak baku bukan merupakan perjanjian, sebab kedudukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk undang-undang swasta. Syarat-syarat yang ditentukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah undang- undang, bukan perjanjian. Sedangkan Pitlo menggolongkan kontrak baku sebagai perjanjian paksa dwang contract, yang walaupun secara teoretis yuridis kontrak baku ini tidak memenuhi ketentuan undang-undang dan oleh beberapa ahli hukum ditolak, namun kenyataanya kebutuhan masyarakat berjalan dalam arah yang berlawanan dengan keinginan hukum. 34 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Pengertian tenaga kerja ini lebih luas dari pengertian pekerja atau buruh, karena pengertian tenaga kerja mencakup tenaga kerja atau buruh, yaitu tenaga kerja yang sedang terikat dalam suatu hubungan kerja. 35 Yang dimaksud tenaga kerja asing TKA adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di Indonesia Pasal 1 butir 13 Undang- Undang Ketenagakerjaan. Ciri khas atau keterikatan antara tenaga kerja dan perjanjian kerja dalam hubungan kerja adalah sebagai berikut: 1. Adanya Upah 2. Adanya Perintah 34 Ibid , hal. 44 35 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Ghalia Indonesia,Jakarta,2004,hal.12-13 Universitas Sumatera Utara 23 3. Adanya Pekerjaan. 36 Apabila membicarakan mengenai hak dan kewajiban antara para pihak yang satu dengan yang lainnya merupakan suatu kebalikan, jika di satu pihak merupakan suatu hak maka dipihak lainnya adalah merupakan kewajiban. Kewajiban dari penerima kerja yaitu TKApegawai pada umumnya tersimpul dalam hak majikan yaitu pengusahaperusahaan, seperti juga sebaliknya hak TKA tersimpul dalam kewajiban pengusahaperusahaan. Pada prinsipnya orang asing tidak dilarang bekerja di Indonesia, tetapi dibatasi sepanjang pekerjaan tersebut belum mampu dikerjakan oleh tenaga kerja Indonesia. Menteri Tenaga Kerja bekerjasama dengan instansi terkait menentukan jabatanpekerjaan yang terbuka atau tertutup sama sekali bagi tenaga kerja. 37 Sesuai dengan Pasal 46 Undang-Undang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia danatau jabatan tertentu. Selanjutnya jabatan tertentu tesebut yang dimaksud lebih lanjut diatur dengan Keputusan Menteri. Setiap pemberi kerjaperusahaan yang memperkerjakan TKA wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk Pasal 42 ayat 1 Undang- Undang Ketenagakerjaan, yaitu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Izin tertulis itu adalah Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan IMTA 36 Whimbo Pitoyo, Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan, Visi Media, Jakarta, 2010, hal 32. 37 Hadi Setia Tunggal, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Harvarindo, Jakarta, 2009, hal. 32 Universitas Sumatera Utara 24 Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. Agar terkendali penggunaan TKA di Indonesia, maka penerbitan izin harus didasarkan alasan yang jelas dan realistis. 38 Penerbitan izin tersebut lebih lanjutnya diatur dalam Per.02MENIII2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Selanjutnya alasan penggunaan TKA adalah antara lain : a. Alih keterampilan dan teknologi dari TKA kepada tenaga kerja lokal. b. Memenuhi jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja lokal c. Mengamankan modal investasi asing di Indonesia d. Meningkatkan hubungan bilateral antar dua negara atau lebih. Sasaran penggunaan TKA adalah agar terwujud alih teknologi melalui program pendidikanlatihan bagi pendamping Tenaga Kerja Warga Negara Asing pendatang TKWNAP. 39 Setiap hubungan kerja yang terjadi khususnya hubungan kerja yang terjadi antara pengusaha dengan pekerjapegawai pasti sedikit banyaknya pernah terjadi perselisihan atau sengketa antara para pihak, oleh karena itu suatu hubungan kerja kadang tidak berlangsung dengan lancar. Keinginan dari salah satu pihak umumnya pekerja tidak selalu di penuhi oleh pihak lainnya pengusaha dan juga kondisi dalam masyarakat, kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap kelangsungan hubungan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja, menemukan bahwa penyebab munculnya keresahan tersebut antara lain: tingkat pendidikan yang masih 38 Saiful Anwar, Op.Cit, hal. 15 39 Hadi Setia Tunggal, Loc.Cit, hal.32-33. Universitas Sumatera Utara 25 rendah yang menyebabkan kendala dalam berbagai hal, seperti kendala dalam berkomunikasi. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat emosi dan cenderung tinggi, sulit menerima pendapat orang lain dan mudah tersinggung. Dalam keadaan yang demikian, rasa solidaritas menjadi kuat. 40 Dalam suatu perselisihan, ada lebih dari satu pihak atau setidaknya ada dua pihak, yang saling berbeda pendapat mengenai sesuatu hal. Perbedaaan pendapat ini mengakibatkan pertentangan. Iman soepomo menyebutkan dua bentuk perselisihan yang mungkin terjadi dalam suatu hubungan kerja. Pertama perselisihan hak rechtsgeschillen, yaitu jika masalah yang diperselisihkan termasuk bidang hubungan kerja, maka yang diperselisihkan adalah mengenai hal yang telah diatur atau ditetapkan dalam suatu perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau dalam suatu peraturan perundang- undangan. Kedua, perselisihan kepentingan belangengeschillen, yaitu tidak adanya persesuaian paham mengenai syarat-syarat kerja danatau keadaan perburuhan, biasanya berupa tuntutan kerja danatau keadaan perburuhan. 41 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebut perselisihan ini dengan sebutan Perselisihan Hubungan Industrial PHI. Cara penyelesaian perselisihan antara TKA dengan pengusaha lebih ditekan dalam isi perjanjian kontrak kerja antara mereka. Hal ini disebabkan antara lain karena perbedaan negara yang otomatis juga tampak pada perbedaan peraturan-peraturan hukum yang berlaku antar negara dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan mengenai perselisihan yang terjadi dalam hubungan kerja antara TKA dengan perusahaaan. 40 Ibid , hal.215 41 Ibid , hal. 215-216 Universitas Sumatera Utara 26

2. Konsepsi

Dokumen yang terkait

Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja Milik Pemerintah Antara CV. Dina Utama Dengan Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

2 55 134

Analisis Yuridis Perjanjian Pekerjaan Konstruksi Pembangunan/Rehabilitasi Depo Pemasaran Hasil Perikanan Antara Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Padangsidimpuan Dengan Cv. Via Anugrah

1 38 98

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK DENGAN PT TYFOUNTEX INDONESIA BERDASARKAN Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerja Karyawan Kontrak Dengan Pt Tyfountex Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

0 3 19

PROSEDUR PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING OLEH PT. PHILIPS INDUSTRIES BATAM.

0 0 16

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 15

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 2

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 30

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 3 28

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 6

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia (Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam)

0 0 2