Interaksi Sosial Anak Tentara di AsramaYonif 121/Macan Kumbang, Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang

(1)

Lampiran :

Draft WawancaraPenelitian*

Nama : JenisKelamin : Umur : Pendidikan : Suku :

1. Apakahaturan di

asramahanyamengikatterhadappersonelataujugakepadaanakpersonel? Apabilamengikat, aturansepertiapasaja:……….. ………. ………. 2. Bagaimanapandanganandaterhadapaturantersebut?

………. ……….. 3. Bagaimanaapabilaaturantersebutdilanggar, apakahadasanksiatautidak?

………. ………. 4. Apakahperaturantersebutmemberiefekpadaperilakumasyarakatdiasrama?

……… ………

5. Apakahadaaturanterhadapanak-anakpersoneluntukmempunyai rasa kebersamaan/solidaritas?

... ………... 6. Apasajakebiasaan yang adadiasrama (diluaraturanasrama)?


(2)

………... ………...

7. Apa yangmenjadi media anakdalambermain/bergaul?

………... ………... 8. Apasaja yang biasa kalian lakukandisaatsedangbermain/bergaul?

………... ……… 9. Didalambermain/bergauldenganteman,

apakahterjadisebuahkerjasama?Bagaimanabentukkerjasamatersebut ……… ……….... 10. Disaatbagaimanakerjasamaitudapatterjadi?

………. ……….

11. Didalamasrama yang masyarakatnyarelatifsama, apakahandamerasakanadanyaperbedaan (SARA)?

………. ………. 12. Bagaimanaandamenyikapiperbedaantersebut?

……….. ………..

13. Apakahanakpernahberselisihdengansesamanya?Bagaimanabentukperselisi hannya?

………... ……….. 14. Bagaimanacarapenyelesaianpermasalahannya?

……….. ……….. 15. Bagaimanaikatan yang terjalinantaranaktentaradiasrama?

……….. ………..


(3)

16. Apakahprofesiorangtuasebagaitentaramenimbulkansolidaritaspadaanak? ... ……….

17. Apakahpangkatorangtuamempengaruhipergaulananak? (apabilaia, bagaimanapengaruhnya)?

……… ……… 18. Bagaimanaanak/andamemandangsolidaritasdalamberteman?

………. ………..


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Dwi Narwoko, J dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Faisal, Sanapiah. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gerungan.W.A. 2000.Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Ritzer,George. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Media Group 2007

Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Hasjir, Anidal. 2003. Kamus Istilah Sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia

Huraerah, Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Refika Aditama.

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, Martini. 2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Narwoko, J Dwi dan Suyanto, Bagong. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.


(5)

Nasution, Arif dkk. 2008. Metode penelitian. Medan: FISIP USU Press.

Poloma, Margaret. 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soedijati, Elisabeth, Koes. 1995. Solidaritas dan Masalah Sosial Kelompok Waria. Bandung: UPPM STIE Bandung.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono.2010. Pengantar Sosiologi Kelompok. Bandung: Remadja Karya.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Syani, Abdul.2007. Sosiologi Skematika,Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Walgito, Bimo. 2000.Bimbingan Dan Konseling. Yogyakarta: Andi Sumber Lain:

Baramuli, Lidya. 2013.Fenomena Komunikasi Keluarga TNI Angkatan DaratAsrama Sapta Marga IV Kelurahan Sario Kotabaru.

Jurnal Yudhagama. 2013. Media Informasi dan Komunikasi TNI AD. Vol 33 No.IV

Rahayuningtyas, Defi Arini dan Arief Sudrajat. 2013. Konflik dan Pola Defiance Warga Perwira di Komplek Militer. Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Surabaya.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/download/2883/2433 (diakses pada tanggal 29mei 2015)


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menghasilkan deskripsi yang lengkap dari hal yang diteliti, dalam arti menghasilkan gambaran yang jelas antara variabel (Arif, 2008). Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2005:6). Ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

a. Sumber data dalam kondisi sewajarnya (natural setting)

b. Penelitian tergantung pada kemampuan peneliti dalam mempergunakan instrument (alat) yang tidak mengubah situasi sewajarnya, menjadi situasi yang berbeda dari yang berlangsung sehari-hari di lingkungan sumber datanya.

c. Data dikumpulkan bersifat deskriptif, berupa uraian atau kalimat-kalimat yang menginformasikan mengenai keadaan sebagaimana adanya sumber data, dalam hubungannya dengan masalah yang diselidiki.

d. Dalam penelitian kualitatif, baik proses maupun hasil sama pentingnya.

e. Analisis data dilakukan terus menerus sejak awal dan selama proses penelitian berlangsung (Nawawi, 210-211)


(7)

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah AsramaYonif 121 Macan Kumbang Desa Jaharun Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan memilih lokasi penelitian ini dikarenakan asrama Yonif 121/Macan Kumbang sangat menerapkan nilai-nilai dasar institusi total kepada seluruh penghuni baik orangtua maupun anak-anak.

3.3.Unit dan Analisis Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau keseluruhan unsur yang menjadi focus penelitian (Bungin, 2007:51-52). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah penghunibaik orang tua maupun anak di Asrama Yonif 121 Macan Kumbang Desa Jaharun Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2.Informan

Informan adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2008: 76). Informan diperkirakan mampu menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informan yang mendukung untuk memperoleh data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan biasa.Informan kunci merupakan sumber informasi yang aktual dan dapat dipercaya. Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah :

1. Anak Tentara di asrama 2. Orang tua di asrama

Informan biasa merupakan sumber informasi sebagai data-data pendukung. Dalam hal ini yang menjadi informan biasa ialah lembaga yang ada di asrama atau masyarakat sekitar asrama di Desa Jaharun Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.


(8)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian. Teknik pengumpulan data ini terbagi menjadi dua bagian, yakni:

1. Data Primer

Data primer yaitu informasi yang langsung diperoleh dari informan penelitian di lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan:

a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung. Metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa sedang berlangsung (Nawawi, 2006:67). Metode observasi langsung ini dilakukan jika informan tidak dapat menjelaskan mengenai tindakan yang ia lakukan atau karena ia tidak ingin menjelaskan mengenai tindakannya. Oleh karena itu data dari metode observasi langsung diharapkan dapat menjadi penunjang data dari metode wawancara. Data yang diperoleh dari observasi ini adalah untuk melihat kondisi geografis lokasi penelitian tempat di mana Asrama Yonif 121 Macan Kumbang berada.

b. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2007).

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan obyek penelitian namun bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat


(9)

diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet, ataupun sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5Interpretasi Data

Pengelolaan data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, foto dan sebagainya (Moleong, 2010: 151). Data yang diperoleh nantinya disaring dan menghasilkan inti atau rangkuman dari data yang diperoleh, kemudian ditampilkan kembali dalam bentuk yang sederhana.

Untuk menghasilkan rangkuman, maka data yang telah tersedia sebelumnya telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah sebelumnya. Dengan demikian, hasil interpretasi data ini tetap berada pada fokus penelitian. Selanjutnya dilakukan penyusunan data-data, kemudian dikategorisasikan dan dikembangkan dengan dukungan teori dalam kajian pustaka, serta diinterpretasikan secara kualitatif. Yaitu proses pengolahan data mulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan, serta metode penelitian yang telah ditetapkan. Akhirnya, hasil dari interpretasi data akan disajikan sebagai laporan dari hasil penelitian tersebut.


(10)

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan

Bulan ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Pra Observasi

2. Acc Judul

3. Penyusunan proposal penelitian

4. Seminar proposal penelitian

5. Revisi proposal

penelitian

6. Penelitian Lapangan 7. Pengumpulan data dan

Interpretasi Data 8. Bimbingan skripsi

9. Penulisan Laporan Skripsi


(11)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Selain itu terkait dengan instrumen wawancara mendalam. Kendala lain adalah sulitnya menemukan informan kunci terkait masalah kesediaan menjadi informan, untuk itu peneliti harus memegang teguh etika penelitian, selain itu juga terdapat kendala masalah waktu yang sangat terbatas.

Terlepas dari permasalahan dengan teknis penelitian dan kendala di lapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi buku atau jurnal mengenai sosiologi keluarga yang sedikit dikuasai oleh peneliti. Walaupun demikian peneliti berusaha melakukan semaksimal mungkin agar data dan tujuan yang ingin dicapai.


(12)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Yonif 121/Macan Kumbang

Batalyon Infanteri 121/MK sebagai bagian Integral dari Komponen TNI AD yang lahir dari kancah perjuangan bersenjata masyarakat Sumut dalam mempertahankan, menegakkan dan mengisi kemerdekaan serta dalam rangka menjaga keutuhan wilayah NKRI dari berbagai bentuk ancaman yang datang dari dalam maupun luar negeri, sehingga nilai-nilai kejuangan yang telah ditanamkan oleh para pendahulu kita yang meliputi jiwa militansi , semangat patriotisme, pantang menyerah dan rela berkorban serta semangat persatuan dan kesatuan dalam menjaga kelestarian NKRI harus selalu ditanamkan kepada generasi penerus khususnya di Yonif 121/MK.

Kondisi stabilitas sosial politik dan keamanan diawal berdirinya Republik ini sangat rentan terhadap berbagai berbagai perpecahan dan pemberontakan yang datang dari dalam maupun luar Negeri karena pada zaman itu masa transisi dimana bangsa kita sedang mencari bentuk dalam berdemokrasi sehingga terjadi banyak kelompok kepentingan untuk berjuang demi ambisi kelompoknya dan saling mementingkan suku dan juga kedaerahan sehingga banyak daerah-daerah yang ingin merdeka dan memisahkan diri dari NKRI, untuk menumpas gerakan-gerakan yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri para pemuda-pemudi terpanggil untuk menyelamatkan dari perpecahan Bangsa dan Negara sehingga para pemuda membentuk suatu organisasi perjuangan yang terkoordinir untuk menumpas pemberontakan demi menegakkan kedaulatan dan keutuhan NKRI.

Pada tanggal 01-10-1957 terbentuklah Satuan yang bernama Komando Pasukan Anggota Tentara Baru (K.P.A.T.B) dibawah pimpinan Kapten Inf Yansen Saragih dan Wakilnya Kapten Inf W.P.Tampubolon dan berkedudukan di


(13)

Asrama Pulo Brayan Medan. Selanjutnya Satuan ini melaksanakan Operasi di Pematang Siantar dalam rangka penumpasan pemberontakan O.P.D Wahab Makmur. Satuan ini diberi nama Komando Pasukan Anggota Tentara Baru, hal ini dikarenakan pada umumnya Satuan ini diisi oleh personel Tamtama baru Angkatan Pertama (Peremajaan Personel yang pertama sekali di Kodam II/BB).

Berdirinya Satuan ini di prakarsai oleh K.P.A.T.B. (Komando Pasukan Anggota Tentara Baru) dibawah pimpinan Kapten Inf Yansen Saragih dan Wakilnya Kapten Inf W.P. Tampubolon dengan personel Tamtama baru Angkatan Pertama (Peremajaan Personel yang pertama di Kodam I/BB) dengan kekuatan 350 orang Tamtama Remaja ditambah beberapa orang Personel lama sebagai unsur Pimpinan.

Kesatuan Yonif 121/Macan Kumbang dari mulai awal pembentukannya sudah beberapa kali mengalami pergantian nama berdasarkan keperluannya, yakni;

a. Berdasarkan Surat Keputusan Panglima Teritorium I/Bukit Barisan Nomor : KPTS-0423 / XI / 1957 tanggal 09 Nopember 1957 terbentuklah K.P.A.T.B ( Komando Penyelesaian Anggota Tentara Baru ) dibawah pimpinan Kapten Inf Yansen Saragih selaku Danyon dan Kapten Inf W.P. Tampubolon sebagai Wadanyon yang berkedudukan di Asrama Pulo Brayan Medan.

b. Berdasarkan Surat Keputusan Panglima Teritorium I/Bukit Barisan Nomor : KPTS-0167 / III / 1958 tanggal 31 Maret 1958 K.P.A.T.B. digabungkan dengan Yon 132 menjadi Yonif-B dibawah pimpinan Kapten Inf Yansen Saragih selaku Danyon dan Kapten Inf Bahari Hasibuan sebagai Wadanyon yang berkedudukan di Asrama Pulo Brayan Medan selanjutnya


(14)

ditugaskan melaksanakan Operasi Sapta Marga menumpas Pemberontakan PRRI di Daerah Tapanuli.

c. Berdasarkan Surat Keputusan Panglima Teritorium I/Bukit Barisan Nomor : KPTS-0448 / XI / 1959 tanggal 21 Nopember 1959, Yonif B berubah nama menjadi Yonif B/Pasukan Istimewa (Pasis) dibawah Pimpinan Kapten Inf Selamat Ginting selaku Danyon dan Kapten Inf Bahari Hasibuan sebagai Wadanyon.

d. Pada Tahun 1960 Kesatuan ini berubah namanya dari Yonif-B/Pasis menjadi Yonif 122/Pasukan Istimewa dibawah Pimpinan Mayor Inf Agus Husin.

e. PadaTanggal 30 Juni 1962 Yonif 122/Pasukan Istimewa berubah nama menjadi Yonif 122/Wampu Jaya dibawah Pimpinan Kapten Inf Firman Siregar.

f. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam II/Bukit Barisan Nomor : Kep-3131/XI/1964 tanggal 28 Nopember 1964, dalam rangka TOP ROI 1964, Kesatuan ini berubah namanya menjadi Yonif 201 dan menjadi Organik Brigif-7/Rimba Raya, dibawah Pimpinan Mayor Inf Firman Siregar selaku Danyonif dan Kapten Inf Azwan Efendi sebagai Wadanyonif.

g. Berdasarkan Surat Perintah Pangdam II/Bukit Barisan Nomor : Sprin-001/I/1966 tanggal 03 Januari 1966, Kesatuan ini berubah namanya menjadi Yonif 121/Macan Kumbang.

h. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam II/BB Nomor Skep / 166/ XII / 1975 tanggal 11 Desember 1975, Yonif 121/MK Brigif 7/RR melaksanakan Regrouping menurut TOP ROI-73.


(15)

i. Pada Tahun 1985 dalam rangka Likuidasi Kodam II/Bukit Barisan, menjadi Kodam I/Bukit Barisan, Yonif 121/Macan Kumbang menjadi Yonif Ter sebagai Organik Korem 022/Pantai Timur.

j. Petunjuk lisan Pangdam I/BB pada pelaksanaan gelar Pasukan di Yonif 121/MK tanggal 01 Nopember 1995 tentang perubahan susunan Personel dari TOP ROI 83 M-1 menjadi TOP ROI 83.

k. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Nomor : Kep/XII/1995 tanggal 15 Desember 1995. Diadakan perubahan susunan Personel dari TOP ROI 83 menjadi TOP ROI 95.

l. Dengan berpedoman kepada cikal bakal terbentuknya Yonif 121/MK serta prestasi yang diraih dalam pelaksanaan tugas selama proses pembentukan tersebut maka tanggal 30 Juni ditetapkan sebagai ” Hari Jadi Yonif 121/MK “.

m. Skep Kasad Nomor Skep/ 68 / IV/ 2007 tanggal 9 April 2007 tentang alih status Yonif 121/MK dan Yonif 122/TS Korem 022/PT serta Yonif 125/SMB Korem 023/KS menjadi organik Brigif 7/RR.

n. Surat perintah Pangdam I/BB Nomor Sprin / 632 / IV / 2007 tanggal 17 April 2007 tentang perintah melaksanakan alih kodal status Yonif 121/MK Korem 022/PT, Yonif 122/TS Korem 022/PT dan Yonif 125/SMB Korem 023/KS menjadi organik Brigif 7/RR. Kodam I/BB.

Kondisi Satuan Yonif 121/MK pada awal pembentukan sangat meresahkan disebabkan karena perpindahan personel maupun pangkalan setiap saat.


(16)

a. Pada tahun 1957 Asrama pertama yang ditempati adalah Asrama Pulo Brayan Medan.

b. Pada tahun 1959 pindah tempat ke Asrama Kampung Durian Medan. c. Pada tahun 1960 pindah tempat dari Asrama Sihar Hutauruk ke Kebun

Lada Binjai.

d. Pada tahun 1983 dislokasi Satuan pindah dari Kebun Lada Binjai ke Daerah Jaharun-B Kec. Galang Kab. Deli Serdang hingga sekarang dengan luas areal 48,421 Ha (Areal bangunan 40,171 Ha dan Areal Kosong 8,25 Ha)

Saat ini, Yonif 121/Macan Kumbang tidak hanya dihuni oleh para tentara saja tetapi juga dihuni oleh keluarga tentara yg sudah berkeluarga yang ditempatkan di asrama militer Yonif 121/Macan Kumbang. Warga asrama juga dikatakan bervariatif apabila dilihat dari suku dan agama penghuninya.

4.1.2 Keadaan Geografis Yonif 121/Macan Kumbang

Yonif 121/Macan Kumbang merupakan batalyon yang berada di Desa Jaharun BKecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Di mana batalyon ini berjarak sekitar 5 km dari ibukota kecamatan atau Galang, dan berjarak sekitar 7 km dengan ibukota kabupaten yaitu Lubuk Pakam. Batas- batas Yonif 121/Macan Kumbang sebagai berikut:

a. Sebelah utara :Perkebunan Tanjung Garbus b. Sebelah selatan :Desa Jaharun A


(17)

d. Sebelah Barat :Desa Kotasan

Batalyon ini terdiri dari sebuah markas batalyon (Mayon), 5 buah kompi yang terdiri dari Kompi markas (Ki-Ma), Kompi Senapan A, Kompi Senapan B, Kompi Senapan C (Ki-Pan), dan sebuah kompi bantuan (Ki-Bant) memiliki letak yang strategis karena diapit oleh tiga kecamatan yakni Kecamatan Galang, Pagar Merbau, dan Bangun Purba dimana lokasinya dikelilingi oleh lingkungan padat penduduk.

4.1.3 Struktur Organisasi Yonif 121/Macan Kumbang

Terdapat empat hierarki eselon didalam struktur organisasi Yonif 121/Macan Kumbang, yakni eselon pimpinan yang dijabat oleh komandan batalyon beserta wakilnya (Danyon dan WaDanyon), eselon pembantu pimpinan yang dijabat oleh perwira staff (Pasi)1-4, eselon pelayan yang dijabat oleh seorang komandan kompi markas(Dan Ki-Ma) dan terakhir eselon pelaksana yang dijabat oleh 3 orang komandan kompi senapan (Dan Ki-Pan) A,B,C serta satu orang komandan kompi bantuan (Dan Ki-Bant).Batalyon Infanteri dipimpin oleh seorang komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel atau Mayor.Adapun susunan organisasi Yonif 121/Macan Kumbang pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Danyon : Mayor Inf Andrian Siregar Wa.Danyon : Mayor inf Andi Lulianto


(18)

Pasi-2/Operasional : Lettu Inf Saidun Gultom Pasi-3/Personalia : Lettu Inf Kanston Malau Pasi-4/Logistik : Lettu Inf Iman Siregar

4.1.4 Sarana Dan Prasarana

Terdapat beberapa prasarana yang fungsinya membantu warga asrama dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Di mana prasarana ini mendapat berupa pemberian pemerintah maupun hasil dari penduduk itu sendiri.

1. Perhubungan

Di mana prasarana ini sangat berpengaruh pada kelancaran aktivitas penduduk asrama. Terdapat beberapa prasarana terkait perhubungan ini seperti jalan aspal, jalan batu, jalan tanah, dan jembatan. Dan terdapat beberapa sarana perhubungan untuk mendukung perhubungan warga asrama seperti mobil, sepeda motor, Becak Motor, TV atau radio, dan surat kabar.

2. Pemasaran

Pemasaran dalam hal ini merupakan prasarana yang membantu wargaasrama dalam berusaha. Seperti halnya kios atau warung, pertokoan, dan koperasi.

3. Sosial

Prasarana ini sangat membantu warga asrama dalam bidang sosial yang menyangkut kehidupan sosial penduduknya. Di mana di asrama militer


(19)

Yonif 121/Macan Kumbang terdapat beberapa prasarana sosial seperti PAUD, Taman Kanak-kanak (TK) dan Madrasah masing-masing 1 buah, Gereja, Musholla dan Mesjid masing-masing sebanyak 1 buah, dan Poli klinik dan Posyandu masing-masing sebanyak 1 buah.

4. Olah Raga dan Seni

Sarana ini bertujuan untuk menjaga kebugaran sekaligus sebagai wadah penyaluran minat dan bakat warganya seperti lapangan sepak bola sebanyak 3 buah, lapangan volley sebanyak 6 buah, lapangan sepak takraw dan badminton masing-masing sebanyak 5 buah, lapangan tennis dan basket masing 1 buah, gedung fitness dan studio band masing-masing 1 buah.

4.1.5 Penduduk

Penduduk asrama Yonif 121/Macan Kumbang berjumlah 1340 jiwa dengan jumlah personel sebesar 523 jiwa dengan uraian prajurit yang belum berkeluarga sebanyak 190 jiwa dan yang sudah berkeluarga sebanyak 333 jiwa, istri 333 jiwa dan anak sebanyak 484 jiwa.

Tabel 1.1 Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 716 53,44%

Perempuan 624 46,56%

Total 1340 100%


(20)

Semua penduduk asrama militer juga menganut beberapa agama yang telah diakui di negara Indonesia. Di mana penduduk ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan agama yang dianutnya, yaitu:

Tabel 1.2 Komposisi Personel berdasarkan Agama

Agama Jumlah Penganut Persentase

Islam 407 77,8%

Katolik 13 2,5%

Kristen Protestan 103 19,7%

Total 523 100%

Sumber : Kantor Staff-3/Pers Mayon 121/Macan Kumbang

Berdasarkan kepangkatan, penduduk asrama dapat dibagi menjadi beberapa kelompok seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.3 Komposisi penduduk berdasarkan Kepangkatan

Pangkat Jumlah Persentase

Perwira 24 4,6%

Bintara 108 20,6%

Tamtama 391 74,8%

Sumber : Kantor Staff-3/Pers Mayon 121/Macan Kumbang

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada umumnya penduduk asrama militer didominasi personel berpangkat tamtama kemudian diikuti oleh bintara dan yang paling sedikit adalah perwira. Hal ini didukung oleh system organisasi yang mengerucut keatas.


(21)

Tabel 1.4 Komposisi penduduk berdasarkan Usia

Umur Personel Jumlah Persentase

20-25 Tahun 160 30,6%

26-30 Tahun 157 30,1%

31-35 Tahun 147 28,1 %

36-40 Tahun 30 5,7 %

41-45 Tahun 22 4,2 %

46-50 Tahun 7 1,3 %

Sumber : Kantor Staff-3/Pers Mayon 121/Macan Kumbang

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa warga Asrama Militer Yonif 121/Macan Kumbang dihuni oleh mayoritas tentara yang masih lajang dan tentara yang memiliki keluarga relatif muda.

Tabel 1.5 Komposisi penduduk berdasarkan Suku

Suku Jumlah Persentase

Jawa 229 43,8 %

Batak 185 35,4 %

Minang 34 6,5 %

Melayu 27 5,1 %

Aceh 18 3,4 %

Nias 14 2,8 %


(22)

Lain-lain 10 1,9 %

Sumber : Kantor Staff-3/Pers Mayon 121/Macan Kumbang

Berdasarkan tabel diatas, terdapat banyak ragam suku di Asrama Militer Yonif 121/Macan Kumbang dimana dari data diatas kita lihat didominasi oleh personel bersuku Jawa dan Batak.

4.1.6 Kondisi Sosial Budaya

Masyarakat yang tinggal di asrama militer Yonif 121/Macan Kumbangdipandang secara etnisitasmerupakan masyarakat yang majemuk, itu dilihat dari banyaknya suku yang ada disana, akan tetapi masyarakat asrama merupakan masyarakat yang homogen karena bertempat tinggal didalam lingkungan yang terisolir dan mangadopsi nilai-nilai yang sama yaitu nilai kemiliteran. Tidak ada tata tertib maupun peraturan secara tertulis terkait dengan aturan tinggal di asrama namun dalam pelaksanaanya aturan dan tata tertib terbentuk dengan sendirinya melalui internalisasi nilai dan kebudayaan militer dilingkungan asrama tersebut.

Untuk masuk kedalam asrama Yonif 121/Macan Kumbang tidaklah mudah karena setiap ada tamu yang hendak berkunjung atau memiliki kepentingan dengan personel dan keluarganya harus memiliki izin masuk dari Kepala Keamanan dan didampingi oleh petugas piket Provost.

Masyarakat asrama berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi kebiasaan ala militer didalam asrama misalnya larangan keluar masuk asrama pada jam malam, mematikan lampu teras pada pagi hari, berhenti melakukan kegiatan pada saat penaikan dan penurunan bendera. Kebiasaan lainnya dapat juga dilihat dari pelaksanaan perayaan Hari Jadi Batalyon yang dilaksanakan setiap bulan Juni. Akan tetapi selain menjalani kehidupan sebagai keluarga tentara yang tinggal di asrama warga asrama juga melakukan kontak dengan penduduk sekitar melalui kegiatan-kegiatan kerohanian seperti warga yang beragama nasrani terdaftar sebagai jemaat di gereja sekitar asrama dan mereka aktif dalam mengikuti perkumpulan seperti pekan doa (partangiangan).


(23)

Solidaritas masyarakat juga terlihat dengan adanya persatuan isteri TNI (Persit) yang berfungsi dalam membina istri prajurit dan keluarganya khususnya bidang mental, fisik, kesejahteraan dan moril sehingga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan tugas prajurit. Anggota Persit ini bertujuan untuk mewujudkan kesatuan perjuangan istri anggota TNI yang berdasarkan rasa senasib, sepenanggungan dan perjuangan.

Rasa senasib sepenanggungan yang dianut masyarakat asrama membuat semua warga memiliki hubungan persaudaraan yang kuat serta memiliki hubungan yang bersifat pribadi sehingga menimbulkan ikatan yang sangat mendalam dan batiniah, hal ini ditandai dengan saling mengenal antar warga asrama,. Hasil tersebut terbentuk ketika para suami (personel) pergi bertugas dalam operasi militer sehingga istri dan anak yang ditinggalkan lebih sering berkumpul bersama dan saling menguatkan.

Berdasar pada hasil observasi dan pengamatan yang peneliti lakukan, keluarga di asrama Yonif 121/Macan Kumbang didominasi oleh keluarga muda hal ini dilihat dari persentase umur personel yang mayoritas berapada pada umur 20-35 tahun. Dengan demikian anak yang berada di asrama relatif didominasi oleh anak yang masih kecil dengan jenjang pendidikan PAUD, TK, dan SD, sementara untuk anak berjenjang pendidikan SMP dan SMA dapat dikatakan sangat sedikit.

4.2 Profil Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat asrama itu sendiri yang di bagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari orang tua, anak, dan masyarakat sekitar.Adapun informan yang dipilih adalah mereka yang terdaftar sebagai warga asrama dan warga yang tidak tinggal diasrama tetapi mengetahui tentang kehidupan di asrama sehingga dapat memberikan infomasi yang valid dan memadai mengenai kondisi lingkungan asrama itu sendiri khususnya yang menyangkut masalah penelitian.Alasan memilih ketiga jenis kelompok tersebut diatas adalah untuk menjaring informasi secara konprehensif mengenai interaksi sosial dan kondisi solidaritas sosial anak tentara di asrama mengingat ketiga


(24)

kelompok tersebut yang aktif dan terlibat dalam kehidupan anak dilingkungan tersebut. Dari ketiga kelompok tersebut dipilih 2 orang ibu, 1 orang tentara, 1 orang guru PAUD, 1orang guru TK, dan 6 orang anak yang masing-masing 2orang untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA.Untuk mendapatkan gambaran mengenai informan dalam penelitian ini maka berikut ini akan diuraikan mengenai identitas dari informan yang dipilih.

4.2.1 Informan Pertama

Nama : Ibu A. M Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 30 tahun

Suku : Batak Toba Agama : Kristen Pendidikan : D3 Kebidanan

Ibu A.M merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di asrama militer Yonif 121/Macan Kumbang, Ibu A.M merupakan isteri dari seorang tentara berpangkat Kopral Dua (Kopda) dan memiliki 2 orang anak yang berumur 5 dan 3,9 tahun.Ibu A.M dan keluarga sudah 6 tahun menetap di asrama militer Yonif 121/Macan Kumbang. Kesehariannya adalah mengurus rumah tangga dan anak disamping ikut dalam kegiatan Persit.

Ibu A.M berpendapat faktor kebiasaan diasrama militer Yonif 121/Macan Kumbang sedikit banyaknya telah mempengaruhi kebiasaan hidup beliau seperti kalangan ibu-ibu atau istri tentara lainnya, mereka diwajibkan mengikuti kegiatan Persit dimana sebelumnya beliau kurang memahami organisasi dari Persit beliau banyak mendapat pelajaran seperti bagaimana menjadi istri prajurit yang baik dengan menjaga marwah suami sebagai personel TNI, bagaimana cara merawat dan mendidik anak.


(25)

Menurut beliau, interaksi anak-anak di asrama tidak begitu jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya tetapi memang tetap ada perbedaan seperti intensitas pertemuan yang cukup banyak, misalkan anaknya yang masih mengenyam pendidikan PAUD, dimana anak-anak tentara diasrama militer yang memiliki umurmencukupi untuk bersekolah PAUD akan didata dan diwajibkan bersekolah di PAUD yang ada diasrama. Jadi melalui aturan tersebut anak-anak yang telah mencukupi umur akan bersekolah di PAUD Kepompong.

Ibu A.M menambahkan, untuk anak-anak pada usia PAUD memiliki kelebihan dalam kehidupan sosialnya, dimana mereka memiliki waktu bersama-sama yang lebih banyak karena selain di sekolah anak-anak juga ikut dalam kegiatan ibu-ibu seperti disaat kegiatan olahraga (tiap selasa dan jumat) dan kegiatan rohani (tiap kamis) sehingga mereka bisa saling mengenal sejak kecil.

Beliau juga mengatakan, bahwa anak tentara terlihat berani-berani karena merupakan sifat keturunan dari ayahnya dan juga karena teman ayahnya yang masih lajang sering berinteraksi dengan menjahili mereka seperti ditakuti, dibentak, diangkat-angkat sehingga mereka sudah terbiasa dengan hal itu.Mereka begitu mengidolakan profesi ayahnya dan bercita-cita kelak ingin menjadi tentara seperti ayahnya.

Menurutnya kehidupan diasrama itu memiliki masing-masing kelebihan dan kekurangan, dikatakan beliau bahwa kelebihan tinggal diasrama itu terutama tingkat keamanannya yang terjamin, sifat kekeluargaan yang kental dimana warganya saling mengenal satu sama lain. Kekurangan tinggal diasrama adalah peraturan asrama yang mengikat seperti hendak keluar asrama harus melapor, ingin berkunjung ketempat sanak family juga harus diberi izin terlebih dahulu kalau tidak diberi izin tidak diperbolehkan keluar asrama.

4.2.2 Informan Kedua

Nama : Ibu H.U Jenis Kelamin : Perempuan


(26)

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Ibu H.U merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah 5 tahun tinggal di asrama militer Yonif 121/Macan Kumbang, Ibu H.U merupakan isteri dari seorang tentara berpangkat Sersan Satu (Sertu) dan memiliki anak berusia 3,9 tahun. Kesehariannya adalah mengurus rumah tangga dan anak disamping ikut dalam kegiatan Persit.

Menurut beliau, peraturan diasrama tidak hanya mengikat pada personel saja, melainkan istri dan juga anaknya. Beliau juga turut mendukung adanya aturan-aturan yang mengatur tersebut seperti untuk anak, bersekolah harus di asrama karena menurut beliau dengan bersekolah di asrama anak menjadi lebih bisa dikontrol dan guru PAUD juga merupakan warga asrama sehingga membuat beliau lebih aman dan nyaman melepas anak bersekolah.

Ibu H.U menyebutkan, anaknya setelah bersekolah di PAUD menjadi lebih berani, karena sebelumnya awal-awal masuk sekolah anaknya tidak mau ditinggal harus ditunggu sampai pulang, tapi sekarang si anak menjadi lebih berani dan tidak menangis lagi apabila ditinggal. Peraturan sekolah juga memberi pola pendidikan yang positif, dimana anak-anak tidak boleh membawa uang kesekolah tetapi diberi bekal dari rumah supaya sampai disekolah mereka bisa makan bersama dan tak jarang berbagi bekal dengan temannya yang lain.

Beliau menyebutkan, kebiasaan-kebiasaan yang ada diasrama misalkan kegiatan ibu-ibu Persit seperti olahraga, para ibu juga akan membawa anaknya ikut kelapangan karena kalau ditinggal dirumah tidak ada yang menjaga begitu juga pada saat perwiritan, pada saat ibu-ibu melakukan kegiatannya anak-anak juga akan melakukan kegiatannya sendiri bersama teman-temannya seperti bersepeda, bermain plosotan dan ayunan.

Beliau juga menambahkan, anak-anak juga kerap berselisih dikarenakan berebut mainan, disaat mereka berselisih maka orang tua akan memisahkannya untuk


(27)

beberapa saat kemudian mereka akan berinisiatif saling memanggil untuk bermain kembali.

4.2.3 Informan Ketiga

Nama : Ibu S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 31 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Ibu S merupakan seorang istri perwira berpangkat Letnan Satu (Lettu) dan juga warga asrama militer, beliau mengatakan sudah 5 tahun berada di asrama militer, beliau juga terdaftar sebagai pengurus Persit Candra Kirana Yonif 121/Macan Kumbang. Ibu Sari sehari-harinya selain guru di PAUD juga merupakan tenaga honorer di sekolah dasar (SD) di kawasan Tembung.

Ibu S berpendapat, aturan yang diterapkan diasrama memiliki dampak positif terhadap perilaku anak karena dapat membuat anak-anak menjadi pribadi yang memiliki sifat disiplin dan sikap disiplin yang diterapkan kepada anak setiap hari akan membuat anak menjadi terbiasa. Beliau juga menuturkan apabila terjadi pelanggaran terhadap aturan yang berlaku tidak ada sanksi langsung melainkan sanksi teguran langsung saja dan apabila sering melanggar peraturan maka suami/ayah nya akan mendapat teguran dari komandannya. Banyak efek yang positif dari diberlakukannya sebuah peraturan dimana anak belajar berproses dengan aturan dan menyesuaikannya dan tak jarang mau mengingatkan orangtuanya tentang peraturan tersebut, misalnya mengingatkan ibu untuk mematikan lampu teras rumah atau memakai helm sebelum hendak keluar asrama.


(28)

Ibu S mengungkapkan, selain disekolah,anak-anak juga punya wadah untuk berinteraksi yang difasilitasi PAUD itu sendiri seperti, jalan santai pada tiap hari selasa dimana disamping memupuk keakraban juga sebagai pengajaran dini bahwa dibutuhkan olahraga untuk kesehatan.Beliau juga melihat bahwa anak-anak PAUD di asrama memiliki hubungan yang akur karena teman-temannya hanya sebatas anak asrama saja dan tidak pernah keluar sehingga solidaritas mereka kuat.

Beliau menambahkan, pangkat orang tua tidak mempengaruhi pergaulan anak PAUD karena mereka belum mengerti mengenai kepangkatan, terkadang orang tua yang mengingatkan atau menciptakan persepsi “anak komandan” dan mengatakan jangan nakal sama anak komandan sehingga dapat mempengaruhi pergaulan si anak.

4.2.4 Informan Keempat

Nama : Ibu SM

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 40 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru TK

Ibu SM adalah guru TK di TK Kartika 1-41 Yonif 121/Macan Kumbang. Ibu Sumarni telah 9 tahun mengajar di TK Kartika 1-41.Beliau bertempat tinggal di desa Jaharun B dan bukan warga asrama militer.

Ibu SM mengatakan bahwa perlu adanya aturan yang mengajarkan anak-anak untuk memiliki sikap disiplin. Seperti aturan yang ada di TK seperti Upacara Senin, baris berbaris harus tertib, harus membawa bekal, kedalam kelas harus membuka sepatu dan menyusunnya di rak yang sudah disediakan. Disamping aturan tersebut, ada lagi aturan yang mewajibkan anak-anak TK memakai baju


(29)

loreng khas tentara tiap hari senin dimana beliau mengungkapkan aturan tersebut dibuat untuk melambangkan bahwa mereka adalah anak-anak tentara.

Ditambahkan beliau, selain peraturan kemudian ada kegiatan yang pendekatannya seperti kebiasaan tentara misalkan permainan outbond dengan menggunakan fasilitas halang rintang yang dipakai tentara dalam latihan dimana kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengenalan kegiatan orang tua mereka. Kemudian kegiatan safari, dimana dalam kegiatan ini anak-anak akan berkeliling batalyon sekaligus memperkenalkan wilayah-wilayah batalyon dengan menggunakan kendaraan anoa. Kegiatan-kegiatan tersebut diatas menurut Ibu SM memiliki pengaruh baik bagi pertumbuhan perkembangan anak karena mampu mempengaruhi anak untuk mengambil tindakan dan bersikap.

Penanaman rasa kebersamaan juga tidak lupa ditanamkan melalui kegiatan makan bersama apabila jam istirahat, dimana siswa yang diwajibkan membawa bekal harus saling berbagi kepada guru dan teman-teman yang lain. Serta tak lupa beliau menambahkan bahwa kegiatan anak-anak di TK tidak hanya sebatas kegiatan didalam sekolah ataupun batalyon tetapi juga melakukan kunjungan-kunjungan sebagai proses pengenalan ke instansi-instansi seperti Kantor Pos dan Damkar. 4.2.5 Informan Kelima

Nama : Bapak P

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 38tahun

Suku : Batak Toba Agama : Khatolik Pekerjaan : Personel TNI

Bapak P merupakan personel aktif Yonif 121/Macan Kumbang dan juga ayah dari 2 orang anak yang masing-masing berumur 6 dan 4 tahun,Bapak P menuturkan seputar apa saja kegiatan anak didalam asrama seperti, bermain sepeda bersama


(30)

temannya keliling asrama atau ke sekolah TK untuk bermain plosotan, beliau juga melihat ada proses kerja sama yang dilakukan oleh anak-anak tersebut seperti menolong temannya apabila jatuh dari sepeda atau sama-sama menyorong sepeda apabila salah satu sepeda temannya rusak. Beliau juga mengatakan bahwa hubungan pergaulan antara anaknya dengan yang lain hanya sebatas didalam asrama saja karena orang diluar asrama tidak ada yang bermain ke asrama. Beliau menambahkan, anak-anak juga kerap bertengkar dikarenakan berebut mainan sampai kadang ada yang menangis sehingga untuk menghentikan tangisannya dilakukan upaya pembujukan. Terkait keakraban anak Pak P juga menjelaskan bahwa itu tidak terlepas dari kekompakan orang tuanya yang satu angkatan masuk(letting) karena ada semacam kontak perasaan yang dialami anak karena status letting orang tua. Beliau juga menambahkan terkait pangkat orang tua yang mempengaruhi pergaulan sesame anak dimana dia mengatakan sebenarnya pangkat itu mempengaruhi pergaulan mereka karena dapat dilihat ada rasa segan dari mereka kepada anak perwira.

Menurut beliau peraturan diasrama menanamkan nilai kebersamaan sejak diniseperti diwajibkan ber TK di asrama karena fasilitas yang diberikan memang baiknya dipergunakan oleh warga asrama, kalau bukan warga asrama siapa lagi. Tetapi beliau juga kurang sepakat dengan aturan ini dikarenakan beliau beralasan kalau bisa menyekolahkan anak ditempat yang lebih bagus kan lebih baik tetapi karena beliau sebagai seorang tentara yang taat pada aturan maka harus menjalaninya.

Beliau juga menjelaskan apabila anak melanggar peraturan maka yang mendapat tengguran atas pelanggaran tersebut adalah orang tuanya dan bukan si anak, dan masih menurut beliau bahwa aturan yang dibuat berpengaruh baik pada perilaku anak karena dapat membuat anak menjadi lebih disiplin karena bagi tentara seperti beliau nilai kedisiplinan adalah segala-galanya. Ditambahi oleh beliau, selain kegiatan diasrama ada juga kegiatan diluar asrama yang mereka lakukan seperti, kebaktian-kebaktian keluarga dari gereja.


(31)

4.2.6 Informan Keenam

Nama : S.A

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 7 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

S.A adalah anak seorang tentara di Yonif 121/Macan Kumbang yang berpangkat Kopral Dua (Kopda), menurut S.A proses sosialisasinya dengan teman-teman sebayanya berlangsung disekitar rumahnya pada sore hari seperti mengerjakan pr ataupun bermain masak-masakan walaupun terkadang ikut bermain sepeda kelapangan asrama. Kegiatan yang mereka lakukan disaat berada dilapangan asrama adalah bercerita tentang teman-temannya, menceritakan mainan apa yang mereka punya, bermain beberapa halang rintang seperti melompati kubangan dengan tali dan sebelum pukul 6 mereka biasanya sudah kembali kerumah masing-masing.

S.A juga mengatakan bahwa kalau berada diasrama dan bermain dengan teman-teman bukanlah hal yang membosankan walaupun sadar kalau diasrama hanya akan berjumpa dengan teman yang sama karena memang sudah dari kecil bersama dan tumbuh bersama. Ditambahkan S.A peraturan yang dibuat diasrama berdampak baik pada proses pendisiplinan dan keteraturan warganya hal itu ditandai dengan dibunyikannya terompet pada saat bangun pagi, apel, dan jam tidur.

4.2.7 Informan Ketujuh


(32)

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 9 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

G.T adalah anak seorang personel Yonif 121/Macan Kumbang berpangkat Sersan Mayor (Serma) berdasarkan penuturan G.T, G.T menjelaskan apa saja kegiatannya sehari-hari diasrama, mulai dari bangun pagi , berangkat sekolah, pulang sekolah bersama temannya yang dari asrama, sampai dirumah makan siang dan beristirahat sebentar sembari menunggu jam untuk belajar mengaji. Setelah pulang belajar ngaji biasanya G.T akan cepat-cepat pulang kerumah untuk meletakkan perlengkapannya dan secepatnya ingin pergi kelapangan untuk bermain bersama teman-temannya terutama bermain bola dan tak jarang dia pun pernah sepulang belajar mengaji langsung kelapangan.

G.T menambahkan seputar pengalamannya saat bermain dengan temannya dimana dia pernah berkelahi dengan temannya karena ingin menunjukan siapa yang paling kuat diantara mereka. Hal ini dilatar belakangi saling ejek dan mengatakan “kamu lemah” sehingga mampu memicu timbulnya perkelahian. G.T juga menambahkan bahwa mereka juga memiliki kelompok pertemanan “geng” yang beranggotakan sekitar 10 orang dan terdiri dari beberapa abangan yang sudah SMP. Kelompok pertemanan ini dia katakana erat karena apabila ada yang mengganggu temannya saat diluar asrama maka mereka siap membantu supaya temannya tidak diganggu lagi tetapi apabila salah satu dari mereka dipukul maka G.T dan teman-temannya akan membantu mengeroyok si pemukul.Ditambahkan G.T peraturan di asrama juga mengikat kepada keluarga maupun anak personel, seperti jika menggunakan kendaraan bermotor wajib memakai helm, apabila tidak memakai helm maka si pengendara harus menyorong kendaraannya sampai ditempat tujuan. G.T memandang salah satu contoh diatas sebagai proses belajar untuk tujuan memberi efek jera bagi pelanggar dan untuk melatih kedisiplinan.


(33)

Begitu juga G.T menambahkan bahwa sepeda motor yang keadaan fisiknya sudah tidak standart lagi (rombakan) seperti mengganti cat atau memakai knalpot blong tidak diperbolehkan masuk ke asrama dan ditahan di post provost.

G.T juga mengatakan bahwa anak-anak juga tidak lepas dari aturan-aturan yang berlaku, seperti menghentikan kegiatan disaat penurunan bendera pada pukul 6 sore, dilarang keluar masuk asrama setelah jam 10 malam dan apabila itu dilanggar maka akan ditegur dan lebih lanjut bisa sampai menegur orangtuanya. Galuh juga mengatakan bahwa mereka memiliki rasa senasib sepenanggungan hidup diasrama karena apabila ayahnya pergi untuk melaksanakan operasi militer dia dan teman-temannya sama-sama ditinggal dengan perasaan was-was jadi sesame anak tentarapun harus saling melengkapi sebagaimana orangtua saling bekerja sama didalam operasi militer.

4.2.8 Informan Kedelapan

Nama : F.G

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 12 tahun

Suku : Batak Toba

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

F.G merupakan anak dari seorang putra perwira Yonif 121/Macan kumbang yang berpangkat Letnan Satu (Lettu). G.T adalah murid SMP Negeri 1 Lubuk Pakam dan bersekolah di Pakam. F.G mengatakan bahwa saat berkumpul dilapangan meraka juga tak jarang bermain dengan adik-adik yang masih SD, disana mereka bercerita tentang kejadian-kejadian lucu tempo hari, bercerita tentang bagaimana kegiatan disekolah, dan menuturkan cita-citanya masing-masing sembari membeli jajanan bersama. F.G juga mengatakan setelah mereka menghabiskan jajanannya, mereka akan bersama-sama membersihkan sampah yang mereka buat. Begitu juga


(34)

halnya kebersamaan mereka, mereka perlihatkan ketika ribut dengan orang kampong diluar asrama maka mereka akan saling membantu temannya yang bertikai tersebut.

Tak lupa F.G juga mengatakan bahwa sesekali disaat hari libur atau hari minggu mereka juga biasanya akan melakukan perjalanan keluar asrama untuk berenang sekaligus menjelajah jalan pintas baru yang dapat menghubungkan asrama dengan jalan raya dengan bersepeda bersama teman-temannya ke Galang kota maupun ke Pakam. F.G juga mengatakan dalam berteman dengan sesama anak asrama pernah juga terjadi perselisihan yang menimbulkan perkelahian dan efek dari perkelahian, dia katakan adalah saling mendiamkan tetapi dengan meminta maaf hubungan bisa baik kembali dan apabila tidak bisa langsung berbaikan dalam tempo satu minggu biasanya sudah kembali berbaikan. Fazrian menjelaskan apabila ketahuan bertengkar dengan teman maka ia akan dimarahi dan disuruh minta maaf oleh orangtuanya.

Ikatan yang terjalin antara mereka lebih dikarenakan perasaan senasib sepenanggungan dimana mereka juga mengaplikasi semangat jiwa prajurit dengan semangat korsanya. Pangkat orang tua juga tidak menjadi sesuatu yang ditonjolkan F.G dalam bergaul dengan teman-temannya karena apabila seperti itu dia takut dicap sombong dimana daripada dijauhi dia lebih memilih menjaga hubungan baikdan bisa terus bersama-sama dengan temannya.

Ditambahkan F.G ada beberapa larangan-larangan bagi anak-anak di asrama seperti ,tidak diperbolehkan bermain disekitar area lapangan tembak yang berada di timur markas Yonif 121/Macan Kumbang karena dapat membahayakan jiwa orang yang melanggar larangan tersebut.

F.G juga menambahkan bermain petasan merupakan larangan di asrama karena bisa berbahaya apabila bermain didekat gudang persenjataan. Fazrian menilai larangan tersebut adalah sesuatu yang baik karena dapat menertibkan dan mengajarkan kedisiplinan bagi dia dan teman-temannya. F.G menjelaskan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dia dan teman-temannya lakukan diasrama adalah


(35)

selepas pulang sekolah disore hari biasanya mereka berkumpul di lapangan untuk bermain bola kaki, bermain bola kasti, dan bola volley.

4.2.9 Informan Kesembilan

Nama : N.A.R

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 11 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMP/MTSN

N.A.R adalah seorang anak tentara berpangkat Sersan Mayor (Serma), Dia adalah seorang siswa MTS Negeri 1 Lubuk Pakam dan menetap di asrama. N.A.R mengatakan bahwa terkait pergaulandengan teman sebanyanya, dia mengatakan bahwa kebetulan disekitar rumahnya teman seusia nya sedikit yang berjenis kelamin perempuan kalaupun ada agak sedikit berjauhan, sehingga Naila hanya memiliki teman laki-laki dan membuat dia jarang keluar. Dia juga menambahkan selain bermain dilapangan, anak-anak biasanya bermain sembari berkunjung kerumah temannya, disini mereka kerap mengerjakan pr bersama tapi tak jarang juga mereka mengerjakan pr pada sore hari di sebuah tempat untuk bersantai di depan kompi senapan B.

Ditambahka N.A.R peraturan yang ada diasrama adalah untuk mendisiplinkan warga asrama seperti contoh wajib mematikan lampu teras pada jam 6 pagi, sesekali personel akan melakukan pengecekan kerumah-rumah untuk memastikan warga sudah mematikan lampu terasnya dan apabila belum dimatikan maka petugas akan mengingatkan supaya dimatikan.

Dibidang pendidikan juga N.A.R mengatakan ada aturan atau kebijakan dimana diberikan beasiswa pada siswa-siswi yang berprestasi (juara 1,2, dan 3) dari Brigif/7 Rimba Raya dan dari Kodam I/BB, Batalyon juga mengeluarkan


(36)

beasiswa dari koperasi untuk menggenjot prestasi anak-anak diasrama dengan memberi hadiah pada siswa yang dapat mempertahankan juara 1 dengan catatan tidak pernah turun karena apabila menurun tidak akan mendapat beasiswa, dia Kodam I/BB.

N.A.R mengatakan perselisihan dengan teman juga pernah terjadi dikarenakan iseng mengganggu teman sehingga membuat dia marah dan akhirnya berdiaman, ikatan yang terjalin antar sesama anak asrama juga dapat dia rasakan seperti saat ada teman yang diganggu menimbulkan rasa tidak senang pada dirinya. Pertemanan antara anak-anak juga tidak dipengaruhi pangkat dikarenakan terkadang anak perwira juga mau bermain kerumahnya ataupun sebaliknya.

4.2.10 Informan Kesepuluh

Nama : K.S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 16 tahun

Suku : Batak Toba Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SMA

K.S merupakan anak dari personel berpangkat Sersan Kepala (Serka) sekarang dia bersekolah di SMA Swasta Deli Murni Lubuk Pakam.K.S mengatakan bahwa kesehariannya pulang pergi dari asrama ke Lubuk Pakam untuk bersekolah. Dia juga menjelaskan kehidupan diasrama diatur oleh aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar dan itu baik untuk mengajarkan disiplin bagi anak, efek dari peraturan terutama jam malam membuat anak-anak yang ingin bermain bersama temannya harus mengingat waktu, pernah terjadi kejadian terkait jam malam yang menjadi pengalaman K.S, yaitu pada saat sedang less disalah satu bimbingan belajar dimana sepulang bimbel dia bersama temannya berdiskusi hingga jam 9 malam dan sampai di asrama lewat dari jam 10, maka dia terpaksa menelepon ayahnya untuk menjemputnya ke pos jaga. Terkait hubungan interaksi sesama anak asrama


(37)

menurut K.S dulunya dia memiliki banyak teman seusianya, tetapi karena ayah teman-temannya pindah tugas membuat teman-temannya juga harus ikut pindah bersama orang tuanya.

K.S mengatakan, dalam hubungan pertemanan dia tidak hanya melulu menghabiskan waktu untuk bermain saja, tak jarang mereka juga berdiskusi bersama untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sekolah. K.S juga menambahkan pernah diwaktu masih SMP saling ejek dengan teman terkait agama dan hal itu biasa terjadi sesama mereka dan dia juga mengatakan sekarang ikatan antara dirinya dan anak lainnya hanya sebatas teman satu asrama, pangkat juga berpengaruh terhadap pergaulan menurutnya karena kalau pangkat orang tua tidak naik, anak akan merasa minder dan bisa diejek oleh temannya. K.S mengaku bahwa dia sebagai anak perempuan tidak begitu diberi kebebasan dan itu sejalan dengan sikap nanda yang tidak begitu suka keluar rumah.

4.2.11 Informan Kesebelas

Nama : F.H

Jenis Kelamin : Pria Usia : 17 tahun Suku : Batak Toba Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SMA

F.H adalah anak personel berpangkat Sersan Mayor (Serma) dia terdaftar sebagai siswa di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, F.H sekarang sudah memasuki kelas 3 dan sebentar lagi akan menyelesaikan sekolahnya. F.H mengatakan bahwa di asrama hanya tinggal sedikit anak seumuran dirinya dikarenakan sekolah diluar seperti Lubuk Pakam dan Medan dan mereka dibuat kost oleh orang tuanya supaya jangan terlalu jauh apabila harus pulang pergi dari asrama. F.H juga mengatakan sebenarnya pihak batalyon juga memberikan fasilitas kepada anak personel berupa transportasi bagi anak yang bersekolah di Pakam maupun di Medan.


(38)

F.H menjelaskan, transportasi yang dipakai adalah mobil bus yang biasa dipakai untuk keperluan dinas batalyon. Biasanya jam 6 pagi para anak sudah berkumpul dan akan diantar kesekolahnya masing-masing. Ferdinand juga mengatakan bahwa anak seumurannya selain berkumpul dilapangan untuk bermain bola atau olahraga lainnya, juga sering bermain di warung internet di luar asrama pada saat jam 2-5 sore sepulang dari sekolah. Ferdinand juga mengatakan factor yang membuat anak-anak asrama terkesan pemberani adalah karena mengikuti atau mengidolakan orang tua dan naluri karena dari kecil sudah berinteraksi dengan personel-personel yang masih lajang.

4.3 Interpretasi Data

4.3.1 Interaksi Sosial Anak Tentara di Asrama Yonif 121/Macan Kumbang

Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh timbal- balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto (2001:76-107) interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang saling mengadakan hubungan, baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation) dan persaingan (competition)

Bentuk interaksi sosial anak tentara di asrama berupa permainan, obrolan, saling berkunjung ke rumah teman, pada umumnya permainan yang dimainkan oleh anak di asrama adalah permainan yang memang tradisional yang biasanya membutuhkan banyak orang seperti bersepeda, sepak bola dan lain-lain. Melalui permainan bersama ini membuat mereka mempunyai kesempatan lebih untuk melakukan interaksi sosial mereka.

Setiap anak mempunyai cara sendiri untuk berinteraksi dengan temannya, teman bisa mereka dapat dari lingkungan mana pun. Anak asrama Yonif 121/Macan Kumbang mempunyai ruang lingkup yang unik, selain berinteraksi dengan sesamanya, mereka juga mempunyai akses teman di lingkungan batalyon, teman mereka di asrama adalah teman yang berbeda dengan teman dari sekolah atau


(39)

lingkungan sekitar asrama, mereka bisa berinteraksi dengan anak-anak yang lain pada saat sore hari selepas pulang dari sekolah, interaksi ini bisa mereka lakukan, baik dengan anak-anak yang seusia maupun dengan anak yang lebih muda, bahkan dengan orang yang lebih dewasa, yaitu tentara yang tidak lain teman orangtua mereka ataupun tentara lajang yang tinggal di barak kompi dan lain-lain seperti seperti berinteraksi dengan personel tentara dengan menyapa ataupun tak jarang mereka juga tak memiliki rasa segan atau takut untuk menggertak tentara tersebut.

Pergaulan di asrama tidak sebebas pergaulan di lingkungan sekitarnya, karena di asrama masih ada pengawasan dari orangtua dan juga peraturan asrama, sehingga kemungkinan anak berbuat brandal sedikit sekali. Anak asrama membicarakan hal-hal menarik yang mereka temukan saat berkumpul, terkadang mereka juga membahas tentang mata pelajaran di sekolah dan pekerjaan rumah yang belum dikerjakan. Mereka juga berdiskusi untuk menentukan permainan yang akan mereka lakukan, dengan ini dapat dikatakan anak di asrama memiliki hubungan pertemanan sebagai konteks keterampilan sosial dasar (misalnya keterampilan komunikasi sosial, keterampilan kerjasama dan keterampilan masuk kelompok).

Secara umum anak-anak meluangkan waktunya dalam sehari untuk bermain dan berinteraksi dengan orang lain, tetapi lamanya waktu bermain berbeda-beda pada setiap anak, ini dipengaruhi oleh pengawasan orang tua yang membatasi anaknya untuk bermain. Selain bermain di rumah, anak asrama juga bisa bermain keluar asrama dengan teman-temannya pada saat hari libur .

Pada saat setelah pulang dari sekolah, anak asrama mempunyai kesempatan lebih banyak untuk berkelompok, baik dalam mengerjakan tugas maupun bermain, bahkan mungkin bersaing untuk mendapatkan nilai yang baik (pada saat mengerjakan PR), dalam berkelompok mereka tak segan mengungkapkan pendapat mereka kepada orang lain, dalam persaingan mereka menetapkan target yang akan dicapai, setelah target itu tercapai, mereka akan belajar menghargai jerih payah seseorang dalam mencapai tujuannya. Sehingga dalam satu lingkungan, anak bisa mempelajari berbagai hal, mulai dari kerjasama sampai persaingan.


(40)

Di luar asrama, anak juga melakukan interaksi dengan orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitarnya (luar asrama). Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah satu informan G.T sebagai berikut

“...kadang kami pun mau jugak main-main ke kampung luar bang, keliling-keling naik sepeda atau main bola sama orang itu, tapi jarang seringan kami-kami aja” (Hasil wawancara 25 September 2016)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak asrama juga intensif berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, frekuensi pertemuan mereka dengan teman-temannya cukup banyak, yaitu selain bertemu dengan teman-teman di rumah, mereka juga bertemu dengan teman-teman mereka di sekolah.

Dalam hal kerjasama, anak asrama memiliki banyak kesempatan untuk belajar bekerja dalam tim, adakalanya tugas sekolah dikerjakan secara kelompok agar mempermudah pekerjaan. Mengutip Charles H.Cooley (Soekanto 2006;66) ”Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna. Seperti hasil wawancara dengan informan:

“…kegiatan kami dilapangan bukan cuma main bola bang, mau juga kalau ngerjai PR itu sama-sama disana bang, kalau sama-sama kan bisa diskusi dan bisa tanya-tanya sama kawan kira-kira apa aja yang kurang pas dikerjai.” (hasil wawancara 24 September 2016)

Tapi tak sedikit pula yang mengerjakannya sendiri. Dalam kelompok ini, mereka mampu bekerjasama dengan baik, mereka mendiskusikan setiap hal yang akan mereka lakukan, dan bisa mengambil keputusan saat terjadi beda pendapat dengan teman satu kelompoknya.


(41)

Dari hasil wawancara di atas bentuk interaksi yang ditemui dapat berupa kerjasama dan persaingan. Adapun bentuk kerja sama dapat dilihat saat mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah secara bersama, bermain bersama di lapangan yonif 121/ Macam Kumbang. Selain itu anak-anak asrama Yonif 121/ Macam Kumbang juga membentuk sebuah kelompok-kelompok bermain yang tujuannya menjalin solidaritas seperti kelompok touring. Interaksi yang ditemui dalam bentuk persaingan yaitu dapat berupa persaingan dalam mendapatkan prestasi di dalam kegiatan sekolah. Anak-anak asrama kerap dibekali untuk bersaing untuk mendapatkan beasiswa yang dikeluarkan Kodam I/BB dan Koperasi Yonif 121/ Macam Kumbang bagi anak-anak tentara yang berprestasi.

4.3.2 Bentuk Solidaritas Anak di Asrama

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan anak-anak di asrama Yonif 121/Macan Kumbang merupakan kegiatan rutin yang digunakan untuk beristirahat atau tidur kurang lebih hampir 8 jam dalam sehari, mereka tidur selalu teratur pada malam hari. Pada pagi hari biasanya mereka semua pergi ke sekolah. Kemudian kegiatan yang digunakan anak asrama Yonif 121/Macan Kumbang untuk bermain adalah pada saat sore hari, biasanya mereka berkelompok bermain dilapangan, tidak jarang mereka bermain sepeda, bermain sepak bola, dan berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk anak SD, SMP, dan SMA, sementara anak PAUD dan TK biasanya melakukan aktifitas tidur siang pada siang hari dan disore hari bermain di sekitar rumah dengan pengawasan orangtua. Tidak banyak kegiatan yang mereka lakukan pada malam hari, karena selain dilarang orang tua peraturan di asrama Yonif 121/Macan Kumbang tidak memperbolehkan anak-anak berkeliaran dimalam hari. Pergaulan lingkungan asrama membawa mereka pada prilaku tertib dan disiplin, dimana setiap kegiatan yang mereka lakukan memiliki waktu-waktu tertentu.

Bentuk solidaritas serta faktor yang menyebabkan solidaritas sangat erat di asrama Yonif 121/Macan Kumbang, karena seringnya berkumpul menyebabkan rasa


(42)

kesetiakawanan yang erat. Mereka cenderung memiliki ciri solidaritas sosial yang mekanistik, berdasarkan kebersamaan. Sebagai contoh, bila ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah maka mereka akan berdiskusi dan mengerjakannya bersama-sama.

Gambar1. Anak sedang mengerjakan tugas bersama

Anak asrama tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan militer dan akrab dengan kedisiplinan, ketegasan dan peraturan ketat yang diperoleh dari aturan asrama dan didikan orang tua sehingga membuat mereka berperilaku keras. Meskipun mereka merupakan individu yang terkesan keras dan nakal karena pengaruh lingkungan dan kebiasaan hidup di asrama militer dengan aturan yang tegas rasa kebersamaan tetap ada Contohnya, bila ada seorang anak yang berkelahi dengan anak di luar asrama, mereka akan memberi bantuan seperti bersama-sama memukul anak tersebut.. Seperti yang diceritakan oleh F.G (12 thn)

‘’….aku berada di asrama udah dari kecil dan berteman sama yang lain jugak dari kecil. enggak ada jarak di antara kami, karena saling membantu dan tidak jarang kami makan dengan piring yang sama tapi juga minum dengan gelas yang


(43)

sama, selain itu kita selalu bersama dalam melawan anak di luar asrama kalau terjadi pertengkaran’’(hasil wawancara 25 September 2016)

Berbagai latar belakang anak asrama Yonif 121/Macan Kumbang dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas didominasi oleh anak PAUD, TK, SD dan SMP sementara anak SMA tergolong sedikit dikarenakan personel tentara diasrama didominasi oleh tentara yang masih berada dalam usia muda (19-45 tahun) dengan kata lain tentara yang masih memiliki fisik yang fit untuk melakukan kegiatan militer sehingga tentara yang sudah tua (orangtua) berjumlah sedikit di asrama hal itu menyebabkan anak-anak ditingkat pendidikan SMA tergolong sedikit. Seperti hasil wawancana pada informan F.H berikut

“kami yang anak SMA nya bisa dibilang enggak begitu banyak bang, karna disini rata-rata anak personel masih kecil-kecil. Kayak aku lah, pulang sekolah langsung less di G.O pulangnya pun udah sore atau magrib mana sempat kadang main-main belum lagi capek jadi kalau pulang lama langsung pulang kerumah” (wawancara pada 25 September 2016)

Aktifitas sehari-hari anak tentara di asrama apabila dikategorikan dari tingkat pendidikan yaitu untuk tingkat pendidikan PAUD dan TK mereka menghabiskn waktu berinteraksi di sekolah yang berada di dalam asrama kemudian sepulang dari sekolah mereka akan dijemput orang tuanya dan ada juga yang pulang bersama-sama dengan temannya(anak TK), sesampainya dirumah mereka biasanya akan bermain bersama temannya yang berada disekitar rumah seperti bermain mobil-mobilan, boneka-bonekaan, kejar-kejaran ataupun bermain tembak-tembakan. Pada saat jam menunjukan pukul 12.00 mereka akan dipanggil oleh orang tuanya untuk makan siang, sesampainya kembali kerumah setelah makan siang mereka biasanya akan beristirahat siang seperti tidur, ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan anak-anak pada pendidikan PAUD dan TK dan sebagian besar anak melakukannya walaupun tak jarang ada beberapa anak yang merengek tidak mau tidur siang yang disebabkan oleh beberapa hal seperti


(44)

dimarahi orang tua karena tidak mau makan atau tidak dibelikan jajanan yang diingini oleh si anak. Pada sore hari setelah bangun dari tidur siang biasanya anak akan keluar lagi untuk bermain, masih disekitar rumah mereka mereka melakukan aktifitas bersepeda dengan sepeda yang menggunakan roda pembantu di sisi kanan dan kiri sepedanya tak jarang mereka juga bermain balap-balapan sepeda dengan temannya seolang-olah mereka adalah pembalap.

Gambar 2.Foto kegiatan olah raga perkumpulan Persit

Pada saat para ibu memiliki kegiatan dari perkumpulan Persit seperti olah raga rutin yang dijadwalkan pada tiap hari selasa dan jumat para anak akan dibawa oleh orangtua mereka masing-masing untuk ikut kelapangan. Pada saat kegiatan olahraga ibu-ibu yang berkumpul dilapangan bukan hanya para ibu dan anak saja melainkan terdapat beberapa orang yang berjualan untuk mengais rejeki walaupun jumlahnya tidak banyak.Biasanya dilapangan anak-anak melakukan aktifitas seperti jajan, bermain sepeda saling menjahili ataupun bermain fasilitas latihan tentara seperti Halang Rintang tetapi dengan pengawasan orang tua tentunya. Pada anak dengan tingkat pendidikan SD dan SMP, selain berkumpul dan bermain dilapangan pada sore hari, mereka juga pada hari libur atau hari minggu mereka juga melakukan kegiatan keluar asrama untuk bermain seperti, berenang ke kolam


(45)

berenang Pusaka Diharjo disekitaran kota Galang, touring menggunakan sepeda ke Lubuk Pakam ataupun hanya sekedar bersepeda dikampung yang berada disekitar asrama. Mereka sangat menyukai kegiatan berenang dan bersepeda, biasanya pada hari minggu mereka akan berkumpul dirumah salah satu dari mereka pada jam 8 pagi dari situ mereka menyusun rencana kegiatan apa yang akan mereka lakukan apakah berenang, touringatau ingin berkeliling-keliling disekitar asrama. Setelah mereka selesai merembukkan kegiatan apa yang ingin mereka lakukan selanjutnya mereka memasuki tahap realisasi. Hai ini seperti diungkapkan informan F.G sebagai berikut

“…kalau hari minggu pagi kami biasanya ngumpul dirumahku atau dirumah kawan-kawan yang lain untuk ngomongkan kegiatan apa yang mau dilakukan entah itu touring, berenang atau kegiatan lain, setelah sepakat dan tau tujuan kemana kamipun berangkat bang..” (hasil wawancara 23 september 2016)

Dari keterangan informan diatas, bahwa dapat disimpulkan bahwa didalam mengambil sebuah keputusan para anak terlebih dahulu melakukan penyusunan rencana bersama.

4.3.3 Faktor yang mempengaruhi Solidaritas 4.3.3.1 Faktor Intensitas Perjumpaan

Dalam setiap kehidupan bersama, solidaritas sosial diantara orang-orang yang hidup bersama itu sangat dibutuhkan. Adanya solidaritas sosial diantara anggota kelompok akan melahirkan kesadaran kolektif diantara mereka. Solidaritas sosial sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Paul Jonhson (1986:181) diartikan sebagai satu keadaan hubungan antar individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.


(46)

Dalam perspektif sosiologi, keakraban hubungan antara kelompok masyarakat itu tidak hanya merupakan alat dalam rangka usaha mencapai atau untuk mewujudkan cita-citanya, akan tetapi justru keakraban hubungan sosial tersebut sekaligus merupakan salah satu tujuan utama dari kehidupan kelompok masyarakat. Keadaan kelompok yang semakin kokoh selanjutnya akan menimbulkan sense of belongingness diantara anggotanya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam Informan yang juga sebagai anak tentara mengatakan intensitas kebersamaan menjadi faktor timbulnya solidaritas. Hal ini terungkap dari Informan yang diwawancarai :

”...kalau sehari-harinya kami main-main disini-sini aja bang. Kami setiap sore ya main-main sama bang, nanti kami kumpul dilapangan naik sepeda, main bola, berolahraga, volly jugak, kadang main Halang Rintang semua kami lakukan sama-sama... ....namanya diasrama bang, kalau bukan sesama kami siapa lagi?paling pun kalau enggak sama pas sekolah atau udah malam, karna kami udah dari kecil berkawan bang jadi udah dekat satu sama yang lain. ” (Hasil wawancara G.T pada 20 September 2016)

Kesimpulannya faktor intensitas kebersamaan yang rutin menyebabkan terjadinya penyadaran pola pikir akan pentingnya menjalin pertemanan dikarenakan kondisi lingkungan di asrama yang orang lain tidak bebas masuk kedalamnya sehingga anak-anak harus saling mengisi satu sama lain.

Hal ini juga ditambahkan oleh salah satu informan sekaligus teman G.T yang juga mengemukakan kebersamaan anak asrama tidak hanya berada didalam asrama saja tetapi juga diluar asrama. Hal ini terungkap dari Informan:

”...kami kalau main-main tiap sore bang, main-mainya itu dilapangan. Kalau sore dilapangan itu rame bang apalagi kalau pas ada kegiatan ibuk-ibuk olah raga rame kali lah bang karna orang itu juga bawak anaknya yang masih kecil-kecil. ...kami kalau main-main disini aja bang, paling kalau pas hari minggu atau hari libur kami mau jalan-jalan naik sepeda kalau enggak ke Galang ke Pakam. ...kalau anak-anak luar mana berani main-main kesini bang, paling kami yang main keluar itupun jarang seringan kalau keluar itu kami jalan-jalan naik sepeda


(47)

nyarik jalan-jalan tikus ke kota ” (Hasil wawancara F.G pada 20 September 2016)

Solidaritas sosial menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dalam kehidupan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Seperti hasil wawancara kepada salah satu informan ini:

“…ya taulah kau hidup di asrama ini dek, banyak aturannya kayak mau keluar masuk aja kalau orang luar bilang agak ribet karna harus pake helm lah, lapor dulu lah kalau kami sih udah biasa, terus kalau mau keluar untuk jumpa sama keluarga harus ada izin dulu, kalau enggak diizinkan ya gak boleh. Hidup di asrama itu ada senangnya ada sedihnya. Senangnya kalau kita ada apa-apa disini banyak tetangga yang mau bantu terus sama ibuk-ibuknya pun kompak-kompak karna sama-sama di Persit itu, kalau sedihnya pas ditinggal suami berangkat operasi militer kan was-was entah terjadi apa-apa, anak masih kecil, tapi biasanya kalau orang itu berangkat operasi kami ibuk-ibuk jadi sering ngumpul untuk saling menguatkan karna merasa senasib sepenanggungan, hitung-hitung menghibur diri lah biar jangan terasa sepi kali dan enggak begitu kepikiran yang enggak-enggak tentang suami. Pas ngumpul anak kami bawak juga kan gak mungkin ditinggal dirumah mamaknya pigi bertandang.” (Ibu A.M. Hasil wawancara 21 September 2016)

4.3.3.2 Faktor nilai kekeluargaan sebagai sesama anak TNI

Berbicara mengenai faktor-faktor yang mendasari solidaritas sosial suatu kelompok tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasari manusia untuk bersatu atau berkelompok. Misalnya faktor pertalian keluarga atau berasal dari nenek moyang yang sama, berasal dari daerah yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama, keterikatan bersama pada satu institusi tertentu, dan lain sebagainya.


(48)

Asrama militer adalah sebuah lingkungan yang merupakan salah satu bagian dari institusi Yonif 121/Macan Kumbang. Mereka yang tergabung sebagai warga asrama berasal dari latar belakang yang sangat beragam. Misalnya dari segi asal daerah, suku, jenis kelamin, agama, pangkat, dan sebagainya. Asrama militer secara administratif merupakan sebuah pemukiman dibawah organisasi formal yang mempunyai peraturan yang tegas yang sengaja dibuat oleh Yonif 121/Macan Kumbang untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Akan tetapi, disisi lain asrama militer diarahkan pada kelompok sosial yang bersifat paguyuban (gemeinschaft). Ini ditunjukkan dengan adanya nilai-nilai kekeluargaan yang sangat di junjung tinggi di Asrama militer. Nilai-nilai kekeluargaan inilah yang dianggap dapat menjadi pemersatu diantara warga arsrama militer. Ibu S, warga asrama yang penulis wawancarai mengatakan bahwa

“kekeluargaan di asrama ini sangatlah kental, itu dibuktikan dari saling tolong menolong dan saling bekerjasama yang selalu diterapkan dimana saja, dimulai dari kegiatan ibu-ibu Persit yang merupakan wadah pengembangan kualitas sosial, pendidikan, dan ekonomi para ibu seperti rekreasi bersama dengan anak, sebagai tempat curhat, dan saling mengingatkan kalau ada yang salah. …Pernah kejadian pas saya sedang di Pakam untuk menyelesaikan urusan, ibu salah satu anak menelepon dan mengatakan anaknya sakit di sekolah, jadi saya sebagai satu komplek asrama terdorong untuk melihat dan membawa anak itu pulang”. (wawancara 23 September 2016)

Adapun nilai kekeluargaan telah dibuktikan pada saat melakukan pertolongan pada saat terjadinya musibah seperti ketika mendapat informasi anak asrama yang bersekolah di Pakam sedang sakit dari ibunya dan meminta tolong pada Ibu S yang kebetulan beliau sedang berada di Pakam untuk menjemput, maka beliau menjemput anak tersebut dan membawanya pulang ke asrama.

Kata “keluarga” yang menjadi ciri dari masyarakat asrama sesungguhnya mempunyai makna yang dalam. Dalam literatur sosiologi disebutkan bahwa keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat manapun di dunia, keluarga merupakan


(49)

kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.

Dari penuturan Ibu S tersebut, tersirat bahwa kekeluargaan sebagai nilai yang disakralkan di asrama militer yang keseharian selalu diaplikasikan dalam menjalin hubungan sosial sesama warga asrama hal ini tidak terlepas dari interaksi anak-anak di asrama dimana mereka menginternalisasikan nilai kekeluargaan tersebut dalam berinteraksi dengan temannya .

Masyarakat asrama seyogyanya akan menjadi akrab antar satu dengan yang lain tanpa ada sekat-sekat jika nilai-nilai kekeluargaan ini betul-betul terinternalisasi dalam diri mereka. Kemudian Ibu H.U yang merupakan salah satu ibu dari anak tentara ini juga menegaskan bahwa

”Rasa kekeluargaan itu mestinya dibangun untuk menciptakan kekompakan sebagai sesama warga asrama dan juga solidaritas itu tidak bisa terbangun tanpa adanya kerjasama” (wawancara 23 September 2013)

Dari penuturan Ibu H.U diatas tercermin bahwa kekeluargaan memang semestinya menjadi perekat bagi mereka yang tergabung dalam suatu kelompok sosial yang mengklaim dirinya sebagai keluarga karena dalam sebuah keluarga terdapat keintiman hubungan dari para anggotanya. Faktor penyatu diantara mereka yang dominan adalah sebagai satu anggota kelompok atau sebagai sesama keluarga dan bukan yang lain. Nilai kekeluargaan yang dianut bersama ini kemudian akan melahirkan kesadaran kolektif sebagai anggota masyarakat di asrama Yonif 121/Macan Kumbang.

Menurut informasi yang penulis peroleh dari salah satu anak tentara yang menjadi informan dalam penelitian ini menyebutkan bahwa pada umumnya anak diasrama menjadikan profesi orangtua (tentara) sebagai kesamaan anak asrama sebagai penyatu diantara mereka. Berikut penuturan F.H mengatakan bahwa:

“…Hubungan anak yang terjalin di asrama Yonif 121/Macan Kumbang sangat baik, itu disebabkan karena aturaan di asrama membuat kita menjadi lebih


(50)

disiplin dan teratur, rasa sama-sama sebagai anak tentara juga membuat kita jadi solid seperti jiwa korsa prajuritlah”.(wawancara 22 februari 2013)

Dari penuturan Ibu S, Ibu H.U dan F.H diatas jelas menggambarkan dasar solidaritas di kalangan masyarakat asrama lebih terindentifikasi mengarah ke solidaritas mekanik yang lebih menekankan kerjasama, pembagian tugas yang baik, saling menghargai antar sesama.

4.3.3.3 Faktor Nilai Asrama Yonif 121/Macan Kumbang

Berbicara tentang asrama tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku. Yonif 121/Macan Kumbang selaku institusi yang menaungi asrama militer disamping menegakkan aturan pada personel juga menanamkan nilai terhadap warganya termasuk juga kepada anak-anak. Seperti hasil wawancara kepada informan yang mengatakan

“…peraturan diasrama itu baik, karena dapat menanamkan nilai disiplin dan membuat anak menjadi tertib, ..kalau anak tentara di asrama apabila umurnya udah mencukupi untuk sekolah PAUD atau TK itu wajib disekolahkan disini, trus kita di TK ini juga ngajarkan nilai kebersamaan dan kedisiplinan sama mereka, seperti gak boleh bawa uang kalau sekolah, yang boleh bekal supaya pas istirahat dimakan sama-sama.” (Hasil wawancara Ibu S.S pada 24 September 2016)

Selain nilai kebersamaan dan kekeluargaan, penanaman nilai-nilai tentara juga diajarkan kepada anak sejak dini, hal ini diharapakan menjadi modal dasar dalam pertumbuhan anak. Seperti ditambahkan Bapak P yang berkata

“…disekolah TK itu juga ada peraturan kalau hari kami situ anak-anak sekolah pake baju loreng khas tentara tujuannya supaya dilambangkan sebagai symbol dari batalyon ini sendiri. (wawancara pada 23 september 2016)

Disamping penanaman nilai anak juga diajarkan dalam kegiatan fisik, rekreasi, dan pengenalan terhadap lingkungan Batalyon 121/Macan Kumbang. Hal ini dilakukan sembari memperkenalkan juga untuk pengembangan mental anak. Seperti yang dikutip dari informan


(51)

“kegiatannya di TK itu ada bermacam-macam kunjungan ke instansi-instansi seperti Kantor Pos dan Damkar, rekreasi keluar asrama itu orang tua gak boleh ikut dibus yang sama didalam satu bus itu cuma guru dan muridnya. Terus ada out bound, itu mereka bermain di Halang Rintang tempat tentara biasa latihan yang bertujuan sebagai pengenalan kegiatan orang tua, trus kalau tiap hari sabtu itu mereka ada kegiatan rekreasi pengenalan lingkungan dimana mereka diperkenalkan dengan lingkungan di batalyon dengan menggunakan mobil perang “Anoa”. (hasil wawancara Ibu S.S pada 24 september 2016)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai dan aturan sebagaimana anggota militer sudah diterapkan pada anak diusia dini, tidak saja penanaman nilai yang diberikan kepada anak tetapi juga implementasi langsung nilai-nilai dan aturan tersebut. Dengan hal ini diharapkan anak dapat menginternalisasi nilai dan aturan yang diajarkan untuk pengenalan terhadap identitas dirinya. 4.3.3.4 Faktor Jabatan Orang Tua di Asrama

Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, dikalangan anak-anak tentara Yonif 121/Macan Kumbang ada ditemukan individu-individu yang orientasinya berbeda antara satu dengan yang lain. Dari enam anak yang terpilih menjai informan dan mempunyai status berdasarkan tingkat pendidikan yang berbeda objek penelitian yaitu anak yang berpendidikan SD,SMP, dan SMA, penulis menemukan bahwa pada dasarnya hubungan sesama anak berjalan dengan baik karena kekerabatan dan kekeluargaan yang mendasari semuanya sehingga bisa berjalan dengan harmonis namun ada pula yang saling berkonflik satu dengan yang lain tapi itu tidak berkepanjangan karena langsung di selesaikan secara kekeluargaan.

Seperti keterangan yang diberikan K.S mengenai faktor penghambat yang menjadi kendala anak di asrama Yonif 121/Macan Kumbang dalam mewujudkan solidaritas sosial yaitu bahwa

“…dalam bergaul dengan teman-teman, sering juga terjadi selisih paham sampek terkadang pangkat orang tua dibawa-bawa apalagi kalau pangkat orang tua


(52)

enggak naik-naik anak bisa jadi malu karna mau diejek sama kawan-kawan…” (Wawancara 24 September 2016)

Melalui temuan data yang peneliti dapat dari informan bahwa disimpulkan didalam pergaulan sesama anak di lingkungan asrama Yonif 121/Macan Kumbang yang kental dengan jiwa solidaritasnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola pola interaksi dan solidaritas anak seperti saling ejek terhadap sesama anak.


(53)

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Interaksi dan solidaritas sosial anak tentara di Asrama Yonif 121/Macan Kumbang tidak terlepas dari peran para ibu yang termasuk didalam anggota organisasi yang ada di asrama yaitu Persit Chandra Kiranna yang mengakomodasi anak untuk terjun ke masyarakat asrama melalui bentuk ajakan terhadap anak pada saat kegiatan Persit Chandra Kiranna. Anggota Persit juga mempererat hubungan sosial anak melalui pengawasan dan pembinaan sekolah Pendidikan Usia Dini Kepompong dan Taman Kanak-Kanak Kartika 1-41.

Solidaritas sosial antar anak Asrama Yonif 121/Macan Kumbang tumbuh melalui bentuk penanaman nilai militer yang diterapkan oleh orang tua dan pihak Batalyon 121/Macan Kumbang, seperti penanaman nilai disiplin, tanggung jawab, dan jiwa korsa. Solidaritas sosial mampu memberikan makna tersendiri di kalangan anak di asrama Yonif 121/Macan Kumbang seperti mampu menjaga dan menjalin hubungan timbal balik antar anggotanya dalam setiap aktifitas sehari-hari di asrama.

Bentuk solidaritas sosial yang terjadi antara anak asrama Yonif 121/Macan Kumbang yaitu dlihat dari dasar solidaritas masyarakat asrama terindentifikasi sebagai solidaritas mekanik yang lebih menekankan kerjasama, pembagian tugas yang baik, saling menghargai antar sesama.

Terdapat dua bentuk interaksi yang terdapat pada anak di asrama Yonif 121/Macan Kumbang yaitu interaksi yang berbentuk kerjasama dan perselisihan. Hal ini dapat disimpulkan dari adanya kerjasama dalam aktifitas-aktifitas yang dilaksanakan di asrama Yonif 121/Macan Kumbang, seperti saling berbagi


(54)

makanan, dan mengerjakan PR, solidaritas sosial juga terjadi ketika membantu teman yang sedang mengalami musibah seperti membantu temannya yang sedang berkelahi, sementara bentuk perselisihan yang terjadi adalah rasa iri,

Hubungan sesama anak berjalan dengan baik karena kekerabatan dan kekeluargaan sehingga bisa berjalan dengan harmonis namun ada pula yang saling berkonflik satu dengan yang lain tapi itu tidak berkepanjangan karena langsung di selesaikan secara kekeluargaan.

Bahwa penanaman nilai-nilai dan aturan sebagaimana anggota militer sudah diterapkan pada anak diusia dini, tidak saja penanaman nilai-nilai yang diberikan kepada anak tetapi juga implementasi langsung nilai-nilai dan aturan tersebut. Dengan hal ini anak menginternalisasi nilai dan aturan yang diajarkan untuk pengenalan terhadap identitas dirinya.

SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya serta telah disimpulkan maka mendapatkan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan perlu ditingkatkan dalam kaitannya dengan interaksi sosial anak tentara di Asrama Militer Yonif 121/Macan Kumbang, antara lain adalah: Diharapkan kepada orang tua agar dapat menerapkan cara atau gaya yang baik dalam membina, mendidik, membimbing, mengarahkan, dan menuntun serta mengajarkan kepada anak-anak bukan dengan cara atau gaya ala militer.

Disarankan juga agar orangtua dan Asrama militer dapat berpartisipasi dalam membangun komunikasi yang intens antar sesama anak tentara dengan anak di luar asrama.

Disarankan agar pemerintah juga ikut berpartisipasi dalam upaya pemberian nilai sosial budaya pada anak tentara diasrama sebagai nilai tambahan terhadap nilai yang mereka terima dari asrama militer.


(55)

Diharapkan kepada semua elemen masyarakat di dalam asrama supaya menggunakan bentuk interaksi yang baik terhadap anak sehigga anak merepresentasi nilai yang baik apabila berinteraksi dengan teman diluar asrama. Disarankan pihak Batalyon Infanteri 121/Macan Kumbang dengan melibatkan lingkungan sekitar asrama untuk membuat kegiatan edukatif atau olahraga sebagai wadah penyaluran minat dan bakat anak.


(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa yang memberikan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “INTERAKSI ANAK TENTARA di ASRAMA YONIF 121/MACAN KUMBANG DESA JAHARUN, KECAMATAN GALANG, KABUPATEN DELI SERDANG”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana sosial pada Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa bantuan, perhatian, dan bahkan kasih sayang dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku ketua Departemen Sosiologi dan juga sebagai dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis selama masa perkuliahan.

3. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku dosen penasehat akademik selama masa perkuliahan penulis.


(2)

4. Bapak Drs. Junjungan S.B.P Simanjuntak, M.Si selaku dosen pembimbing, penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan, kritik, saran, dan juga motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si yang telah bersedia menjadi dosen penguji ujian proposal dan skripsi. Terimaksih untuk masukan-masukan dan kritik dalam skripsi ini.

6. Segenap dosen Departemen Sosiologi yang telah membagikan ilmunya kepada penulis, serta seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang membantu menyelesaikan keperluan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Mayor Inf Andrian Siregar selaku Komandan Batalyon Yonif 121/Macan Kumbang yang telah memberikan izin melakukan penelitian penulis.

8. Kedua orang tua penulis (Alm) A. Sinambela dan (Almh) S. Barus yang telah membesarkan dan mendidik penulis sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang ini. Sampai jumpa disurga kelak.

9. Kakak dan Adik penulis Marlin Sinambela dan James P Sinambela yang telah banyak sekali membantu baik dalam perhatian dan bantuan materi dan moril yang juga tidak terhitung nilainya, semoga cepat nyusul ya James.

10. Keluarga besar Sinambela dan Barus yang telah memberikan dukungan baik doa dan motivasi kepada penulis.


(3)

11. Kawan-kawan Permata GBKP TM Kiri, yang selalu menjadi teman dan sahabat bagi penulis didalam masa-masa sulit, kiranga Tuhan selalu memberkati kalian.

12. Seluruh teman-teman jurusan Sosiologi 2010 yang telah menjadi sahabat dan keluarga bagi penulis, kiranya kedepan kita dapat meraih sukses bersama.

13. Seluruh informan di Asrama Yonif 121/Macan Kumbang yang telah meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Akirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermamfaat bagi para pembaca. Namun demikian, skripsi ini tentunya jauh dari kata sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Medan, Oktober 2016 Hormat Saya,


(4)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Konsep ...… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial ... 11

2.1.1Pola Interaksi Sosial ... 14

2.2Solidaritas Sebagai Hasil Interaksi Anak ... 18

2.3Asrama Sebagai Institusi Total ... 24

... BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...26

3.2 Lokasi Penelitian ...27

3.3 UnitAnalisis dan Informan. ...27

3.3.1 Unit Analisis…...27

3.3.2 Informan ...27

3.4 Metode Pengumpulan Data ...28

3.5 Intepretasi Data ...30

3.6 Jadwal Kegiatan ...31

3.7 Keterbatasan Penelitian ...31

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33


(5)

4.1.2Keadaan Geografis ... 38

4.1.3 Struktur Organisasi ... 38

4.1.4Sarana dan Prasarana ... 39

4.1.5Penduduk Asrama ... 41

4.1.6Keadaan Sosial Budaya... 43

4.2Profil Informan ... 45

4.2.1 Informan Pertama... 46

4.2.2 Informan Kedua ... 48

4.2.3Informan Ketiga ... 50

4.2.4Informan Keempat ... 51

4.2.5Informan Kelima ... 53

4.2.6Informan Keenam ... 55

4.2.7Informan Ketujuh ... 56

4.2.8Informan Kedelapan... 58

4.2.9Informan Kesembilan ... 60

4.2.10Informan Kesepuluh... 61

4.2.11Informan Kesebelas ... 63

4.3Intepretasi Data ... 64

4.3.1 Interaksi Sosial Anak Di Asrama Yonif 121/ Macam Kumbang 64

4.3.2Bentuk Solidaritas Anak Di Asrama ... 68

4.3.3Faktor Yang Mempengaruhi Solidaritas ... 73

4.3.3.1Faktor Intensitas Perjumpaan ... 73

4.3.3.2Faktor Nilai Kekeluargaan... 75

4.3.3.3 Faktor Aturan Asrama... 78

... 4.3.3.4Faktor Jabatan Orang Tua ... 80


(6)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan. ... 81 5.2 Saran ... 83 Daftar Pustaka. ... 84


Dokumen yang terkait

Analisis Finansial Perbandingan Usaha Hutan Rakyat Monokultur dengan Usaha Hutan Rakyat Campuran (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang)

3 79 107

Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang

3 61 96

Interaksi Desa Kota terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus di Desa Perbatasan)

3 133 99

Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Dengan Masyarakat Lokal Studi Tentang Interaksi Sosial Etnis Tionghoa Dan Etnis Karo Di Desa Lama Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang

26 200 137

Kontribusi Anak Pada Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

2 39 119

RESPONDENPETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang) PENGENALAN TEMPAT

0 0 27

Analisis Finansial Perbandingan Usaha Hutan Rakyat Monokultur dengan Usaha Hutan Rakyat Campuran (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 20

ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Interaksi Sosial - Harmonisasi Interaksi Antar Etnis Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kebupaten Deli Serdang

1 1 28

Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang

0 0 13