4. Faktor simpati,
Simpati adalah perasaan yang terdapat dalam diri seseorang individu yang tertarik dengan individu yang lain. Prosesnya berdasarkan perasaan semata-mata
tidak melalui penilaian yang berdasarkan resiko, dengan kata lain simpati adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain Soekanto, 2001 :
70. Faktor-faktor inilah yang mendorong dalam proses interaksi sosial yang terjadi pada anak di asrama Yonif 121Macan Kumbang.
2.1.1 Pola Interaksi Sosial
Pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok dengan
memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal tertentu guna mencapai tujuan.Menurut Soekanto 2006:55 pola interaksi
sosial merupakan gambaran hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Dengan demikian, didalam penelitian ini bentuk jalinan interaksi yang
terjadi antara anak-anak tentara di asrama bersifat dinamis dan memiliki pola tertentu.Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan
bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan sosial yang relatif mapan.Pola interaksi sangat kompleks, interaksi atau proses sosial
hubungan sosial yang dinamis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pola interaksi Asosiatif
a Kerja Sama Cooperation Merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama.Fungsi kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley Soekanto 2006:66 ”Kerjasama timbul
Universitas Sumatera Utara
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya
organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”. Didalam penelitian ini kerjasama antara anak tentara di asrama dapat dilihat dari
berbagai hal, mulai dalam bermain ataupun dalam mengerjakan sesuatu hal. b Akomodasi Accomodation
Menurut Gillin dan Gillin dalam Effendy, 2007:127, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu
proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok
manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai
dengan situasi yang dihadapinya, yaitu : Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham Mencegah
meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya
terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta. mengusahakan
peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.Didalam penelitian ini, akomodasi dilihat dalam upaya memungkinkan kerjasama antar anak dimana rumah masing-
masing anak berbeda jika dilihat dari pangkat orangtuanya. c Asimilasi Assimilation
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
Universitas Sumatera Utara
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Dalam hal ini terdapat faktor umum yang menimbulkan penghalangan terjadinya asimilasi adalah terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam
masyarakat, kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga perasaan takut
terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan
golongan atau kelompok lainnya.
2. Pola interaksi Disosiatif