BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian dan perjelasan dalam bab-bab yang terdahulu sebelumnya, maka untuk meringkas atau memperinci rangkuman dari apa yang telah diuraikan
dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pembentukan kesepakatan perdagangan bebas regional dalam kerangka
World Trade Organization WTO adalah dibenarkan berdasarkan ketentuan Pasal XXIV GATT tentang diperbolehkannya pembentukan kerjasama
regional dibidang perdagangan. Namun demikian dipersyaratkan bahwa pembentukan perjanjian perdagangan regional tersebut tidak boleh menjadi
rintangan bagi perdagangan multilateral. Pembentukan kesepakatan perdagangan bebas regional pada prinsipnya bertentangan dengan prinsip
MFN. Dalam hal ini terdapat beberapa pengecualian terhadap prinsip MFN berdasarkan ketentuan GATT. Pengecualian dan aturan klausal MFN ini ada
yang ditetapkan dalam pasal GATT sendiri dan sebagian lagi ada yang ditetapkan dalam putusan-putusan komferensi GATT melalui suatu
penanggalan waiver, misalnya keuntungan yang diperoleh karena jarak lalu lintas frontier traffic advantage, tidak boleh dikenakan terhadap anggota
GATT, perlakuan preferensi di wilayah-wilayah tertentu secara regional, tetap boleh terus dilaksanakan namun tingkat batas prefensinya tidak boleh
124
Universitas Sumatera Utara
dinaikkan, anggota-anggota GATT membentuk suatu Customs Unions atau Free Trade Area harus memenuhi persyaratan pasal XXIV GATT, tidak harus
memberikan perlakuan yang sama kepada negara anggota lainnya, pemberian prefensi tarif oleh negara-negara maju kepada produk impor dari negara-
negara yang sedang berkembang atau negara-negara yang kurang beruntung least developed melalui fasilitas sistem preferensi umum.
2. Prinsip-prinsip perdagangan bebas yang terdapat pada ketentuan perdagangan
bebas dalam kerangka Asean China Free Trade Agreement ACFTA, tetap mengarah kepada prinsip-prinsip yang ada dalam kerangka WTO, seperti
prinsip Most Favoured Nation, prinsip National Treatment, prinsip Larangan Restriksi Kuantitatif, prinsip Perlindungan melalui Tarif, prinsip
Transparansi, prinsip keuntungan, termasuk prinsip saling melengkapi, prinsip solidaritas, prinsip kerjasama, prinsip penghormatan kedaulatan negara, dan
tidak kalah pentingnya adalah prinsip keadilan, kesamaan, dan kekeluargaan. Dimana ke semua prinsip ini sebaiknya harus diterapkan dengan tujuan agar
penerapan dan pelaksanaan perdagangan bebas internasional ini dapat terwujud dengan keadilan bagi semua negara yang tergabung dalam anggota,
artinya tidak memisahkan antara negara-negara maju dengan negara-negara yang sedang berkembang, tentunya dalam hal ini unifikasi dan harmonisasi
hukum dalam perdagangan bebas ACFTA sangat diperlukan. Selain itu dalam hal menghadapi perdagangan ACFTA diperlukan adanya perlindungan
terhadap produk-produk industri dalam negeri diantaranya melakukan
Universitas Sumatera Utara
tindakan safeguards, tindakan Anti Dumping, dan tindakan Anti Subsidi. Ketiga hal ini harus diterapkan agar produk-produk dalam negeri dapat
terlindungi dari praktek-praktek perdagangan curang yang merugikan kelompok sepihak termasuk kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
3. Ketentuan penyelesaian sengketa perdagangan bebas dalam kerangka ACFTA
tidak jauh berbeda dari ketentuan dan aturan penyelesaian sengketa yang ada dalam WTO. Dalam hal prosedur dan proses penyelesaian sengketa
perdagangan bebas internasional disepakati dalam perjanjian dirumuskan dalam Understanding on Rules and Prosedures Governing the Settlement of
Dispute DSU, seperti konsultasi, mediasi, pembentukan panel, tinjauan banding, pelaksanaan dan penyelenggaraan rekomendasi dan ketentuan yang
sah oleh DSU, selanjutnya ketentuan ACFTA bisa diselesaikan melalui perjanjian Disputes Settlement Mechanisme DSM sebagaimana disepakati
dalam pertemuan ke-10 KTT ASEAN pada tanggal 29 November tahun 2004 di Vientianne Laos. Kasus untuk sengketa perdagangan bebas ACFTA saat ini
belum ada, dikarenakan keberadaan perdagangan bebas ACFTA ini masih baru.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran