BAB III PRINSIP-PRINSIP PENGATURAN PERDAGANGAN BEBAS
DALAM KERANGKA ACFTA
A. Prinsip-Prinsip Perdagangan Bebas Dalam WTO
Pada dasarnya untuk mencapai tujuan-tujuan perdagangan bebas internasional terkait dengan GATTWTO, maka harus berpedoman pada prinsip-
prinsip berikut ini:
84
1. Prinsip Most Favoured Nation
Prinsip ini menyatakan bahwa suatu kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar nondiskriminatif dan semua negara anggota terikat
untuk memberikan negara-negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan dan kebijaksanaan import eksport serta yang menyangkut biaya-
biaya lainnya. MFN adalah prinsip utama dalam sistem GATT dan merupakan implementasi dari larangan perlakuan diskriminasi. Ketentuan prinsip MFN
ini adalah prinsip yang paling mendasar dalam ketentuan WTO, dan diatur dalam pasal II pragraf 1 GATT.
85
Perlakuan yang sama tersebut harus segara dijalankan dengan tanpa syarat terhadap produk yang berasal atau yang diajukan kepada semua
84
Jhon W. Head, Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi Pengantar Umum Dalam Ekonomi, Jakarta: Elips dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999, hal. 83.
85
Mahmul Siregar, Hukum Penanaman Modal Dalam Kerangka WTO, Medan: Pustaka bangsa Press, 2011, hal. 63.
65
Universitas Sumatera Utara
anggota WTO. Dengan kata lain semua negara berhak untuk mendapatkan perlakuan MFN dari negara lain, berhak untuk menikmati keuntungan dari
suatu kebijaksanaan perdagangan.
86
Jika dilihat dalam konteks ACFTA, maka kebijkasanaan perdagangan adalah meletakkan kewajiban yang diberlakukan terhadap bea masuk dan
sejenisnya yang terkait dengan kegiatan ekspor-impor khususnya ekspor Indonesia ke China dan impor China ke Indonesia. Maka prinsip ini berlaku
terhadap aturan-aturan dalam negeri seperti pajak dan bea masuk lainnya. Kebijaksanaan perdagangan dalam konteks ACFTA mengatur tentang
ketentuan kegiatan perdagangan ACFTA dengan tujuan untuk meraih keuntungan dalam setiap negara yang tergabung dalam anggota.
Namun demikian ada beberapa pengecualian terhadap prinsip ini seperti keuntungan yang diperolah karena jarak lalu lintas, perlakuan
preferensi di wilayah tertentu, harus memberikan perlakuan yang sama dalam setiap negara anggota mitra yang terlibat dalam ACFTA, selanjutnya
pemberian prefensi tarif oleh negara maju kepada produk impor negara yang sedang berkembang.
2. Prinsip National Treatment
Mengenai prinsip ini terdapat dalam ketentuan GATT pasal III. Dalam prinsip national treatment ini dijelaskan bahwa produk dari suatu
negara yang diimport ke dalam suatu negara harus diberlakukan sama seperti
86
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
halnya produk dalam negeri dan sifatnya berlaku secara luas, termasuk pajak dan pungutan-pungutan, terhadap perundang-undangaan, pengaturan dan
persyaratan hukum yang mempengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan, distribusi atau penggunaan produk-produk di pasar dalam
negeri. Prinsip ini tercantum dalam Pasal 3 Perjanjian TRIPs.
87
3. Prinsip Larangan Restriksi Kuantitatif
Dalam ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi kuantitatif yang merupakan rintangan terbesar terhadap GATT, terhadap ekport import dalam
bentuk apapun, misalnya penetapan quata import atau eksport, restriksi penggunaan lisensi import atau ekport, pengawasan pembayaran produk-produk
import atau eksport, ketentuan ini pada umumnya dilarang Pasal IX. Hal ini disebabkan karena praktek demikian sangat mengganggu praktek perdagangan
yang normal. Restriksi kuantitaif dewasa ini untuk tingkat negara-negara maju tidak
begitu meluas. Namun demikian, tektil, logam, dan beberapa produk tertentu kebanyakan berasal dari negara-negara berkembang. Dalam pelaksanaannya hal
tersebut dapat dilakukan dalam hal: 1
Untuk mencegah produk-produk esensial di negara pengeksport. 2
Untuk melindungi pasar dalam negeri khususnya yang menyangkut produk pertanian dan perikanan.
87
Huala Adolf. Buku 1, Op. Cit. hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
3 Untuk mengamankan berdasarkan escape clause XIX, dalam hal
meningkatnya import yang berlebihan increase of imports di dalam negeri sebagai upaya untuk melindungi, sebagai contoh terancamnya produksi
dalam negeri. 4
Untuk melindungi neraca pembayaran luar negeri.
4. Prinsip Perlindungan Melalui Tarif
Prinsipnya GATT hanya memperkenalkan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif meningkatkan tingkat tarif bea masuk dan
tidak melalui upaya perdagangan lainnya. Perlindungan melalui tarif ini menunjukkan dengan jelas tingkat perlindungan yang diberikan dan masih
memungkinkan adanya kompetisi yang sehat. Sebagai kebijakan unutk mengatur masuknya barang ekport dari luar negeri, pengenaan tarif ini masih
dibolehkan GATT dan negara anggota umumnya banyak menggunakan cara ini untuk melindungi industri dalam negerinya dan juga untuk menarik
pemasukan bagi negara yang bersangkutan.
5. Prinsip Transparansi