pengaruh yang kuat karena membutuhkan upaya coping yang cukup besar. Peristiwa dalam kategori ini seperti: kematian orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan, kegagalan besar, menderita penyakit mematikan, dan sebagainya.
3. Background Stresor Stresor ini dapat disebut sebagai “daily hassles” atau masalah sehari-
hari dalam kehidupan. Stresor ini memiliki pengaruh yang kecil namun berlangsung terus-menerus sehingga dapat menganggu dan menyebabkan
stres negatif pada individu. Contoh stresor dalam kategori ini misalnya mempunyai banyak tanggung jawab, merasa kesepian, berdebat dengan
teman, dan sebagainya. Walaupun masalah sehari-hari tidak seberat perubahan besar dalam hidup seperti perceraian, kemampuan untuk bisa
beradaptasi dengan masalah sehari-hari sangat penting.
D. STRES TERKAIT COGNITIVE APPRAISAL
Menurut Lazarus dan Folkman 1984 teori appraisal terdiri dari penilaian primer primary appraisal, penilian sekunder secondary
appraisal , dan penilaian kembali reappraisal. Ketiga hal ini tidak dapat
dipandang sebagi proses yang terpisah karena mereka saling berinteraksi satu
sama lain untuk membentuk derajat stres.
1. Primary appraisal penilaian primer Penilaian primer merupakan suatu proses mental yang berhubungan
dengan aktivitas evaluasi terhadap situasi yang dihadapi. Proses ini terjadi unutk menentukan apakah suatu stimulus atau situasi yang dihadapi
individu berada dalam kategori tertentu. penilaian ini terdiri dari tiga
kategori, yaitu: Irrelevant tidak relevan, situsi yang terjadi tidak
berpengaruh pada kesejahteraan individu, situasi tersebut dianggap tidak bermakna sehingga dapat diabaikan.
Benign positive appraisal penilaian positif, situasi yang terjadi
dirasakan dan dihayati sebagai hal yang positif dan dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Appraisal ini ditandai oleh emosi
yang menyenangkan seperti kegembiraan, cinta, kebahagiaan, keriangan atau ketentraman.
Stress appraisal penilaian yang menimbulkan stres, situasi yang
terjadi menimbulkan makna gangguan, kehilangan, ancaman, dan tantangan bagi individu.
2. Secondary appraisal penilaian sekunder Penilaian sekunder merupakan proses yang digunakan untuk
menentukan apa yang dapat atau harus dilakukan untuk meredakan stres yang sedang dihadapi. Pada tahap inilah individu akan memilih cara yang
menurutnya efektif untuk meredakan stres. Proses ini mencakup: evaluasi mengenai coping stress yang digunakan dengan mempertimbangkan
konsekuensi yang muncul sehubungan dengan coping tersebut. Selain itu, evaluasi terhadap potensi-potensi yang dimiliki individu yang dapat
mendukung upaya coping stress. Proses ini berusaha mempertimbangkan berbagai sumber yang dimiliki individu dengan memperhitungkan
tuntutan yang ada dalam menentukan coping stress yang digunakan.
3. Reappraisal penilaian kembali Penilaian kembali merupakan perubahan yang terjadi karena adanya
infromasi yang baru, baik yang bersumber dari lingkungan yang dapat menahan atau memperkuat tekanan bagi individu, maupun informasi dari
rekasi individu itu sendiri. Melalui tahap penilaian tersebut, seseorang mempertimbangkan makna dan pengaruh situasi terhadap kesejahteraan
dirinya. Dengan demikian, selain karakteristik dari suatu situasi yang dapat menimbulkan stres, proses penilaian kognitif sangat berpengaruh
bagi seseorang dalam menghayati tingkat stres.
E. KELEKATAN TERHADAP IBU 1. Definisi Kelekatan
Istilah kelekatan attachment pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby.
Menurutnya, kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam
rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu Bowlby, 1969, 1979. Kelekatan yang
bersifat kontimun ini, relatif stabil sepanjang rentang kehidupan manusia dan dapat berdampak pada hubungan romantis, sikap interpersonal, dan
kejiwaan individu Brennan Shaver, 1995; Hazan Shaver, 1990. Dalam membentuk kelekatan tersebut ada beberapa tahapan. Tahapan
tersebut antara lain mencari kesamaan dan kedekatan dengan figur kelekatan, menggunakannya sebagai tempat berlindung saat tertekan,