mikroba dapat dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikroba yang
mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik Fardiaz, 1992.
1. Permasalahan
a. Berapakah jumlah Angka Lempeng Total ALT pada jamu gendong yang beredar di tiga pasar di Kotamadya Yogyakarta?
b. Apakah jumlah cemaran mikroba pada jamu gendong yang beredar di pasar di kotamadya Yogyakarta melebihi batas yang telah ditentukan,
yaitu 10
4
koloniml?
2. Keaslian Penelitian
Pada tahun 2005 pernah dilakukan pengujian cemaran bakteri dan cemaran kapangkhamir pada produk jamu gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh
Sylvia Tunjung Pratiwi 2005. Penelitian tentang pemeriksaan Angka Lempeng Total dalam jamu gendong Beras Kencur yang beredar di tiga pasar pada tahun
2007, belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, meliputi : a. Manfaat teoritis : memberikan informasi terhadap perkembangan obat
tradisional khususnya jamu gendong. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Manfaat praktis : dapat memberikan data tentang pemeriksaan Angka Lempeng Total dalam jamu gendong yang beredar di Kotamadya
Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum : memberikan evaluasi bahwa pada jamu gendong tidak boleh mengandung Angka Lempeng Total melebihi batas yang ditetapkan
Departemen Kesehatan RI. 2. Tujuan khusus : untuk memeriksa jumlah Angka Lempeng Total dalam
jamu gendong yang beredar di tiga pasar di kotamadya Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Kecenderungan masyarakat untuk back to nature dengan indikasi utama peningkatan kebutuhan produk-produk konsumsi untuk kesehatan dari bahan alam
merupakan peluang besar bagi pengembangan tanaman obat dan obat tradisional Indonesia.
Obat Tradisional atau lebih dikenal dengan nama jamu atau obat asli Indonesia OAIN sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita dan tumbuh
berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi di negara kita. Oleh karena itu, jamu merupakan warisan nenek moyang yang perlu dikembangkan
utamanya untuk menunjang upaya meningkatkan kesehatan masyarakat baik digunakan untuk ujuan pencegahan preventif, peningkatan promotif, maupun
pengbatan kuratif. Obat tradisional juga digunakan daam usaha perawatan kecantikan dan kosmetik.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman Anonim, 1994a. Obat tradisional Indonesia yang telah menjadi bagian integral dari
kehidupan bangsa Indonesia diinginkan untuk dapat dipakai dalam sistem PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan. Guna mencapai hal itu
perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar kualitasnya Soegihardjo,2002.
Tidak seperti produk farmasi konvensional, yang biasanya dapat dibuat dari bahan sintetis dengan teknik dan prosedur pembuatan yang dapat diproduksi
ulang, produk obat herbal dibuat dari bahan tumbuhan asal yang dapat terkontaminasi dan terurai, serta memiliki komposisi dan sifat yang bervariasi.
Selain itu, dalam pembuatan dan pengawasan mutu produk herbal, prosedur dan teknik yang sering digunakan memiliki perbedaan mendasar dari yang digunakan
pada produk farmasi konvensional. Pengawasan bahan awal, penyimpanan, dan pengolahan dianggap sangat penting karena sifat banyak produk obat herbal yang
sering kompleks dan variabel serta jumlah dan kuantitas kecil dari penetapan bahan aktif yang terdapat di dalamnya Anonim, 2007.
B. Jamu Gendong
Jamu gendong merupakan salah satu ramuan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, digunakan baik untuk memelihara
kesehatan, meningkatkan
kesehatan mempertahankan
kesehatan, ataupun
mengobati penyakit. Konsumennya sangat luas mulai dari ibu rumah tangga, pekerja kantor, serta buruh pabrik dan bangunan. Dibuat dan dijajakan oleh ibu-
ibu muda yang bersolek, memakai batik dan kebaya dengan sebuah bakul sarat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
botol-botol berisi racikan obat tradisional tersandang dengan selendang lusuh di punggungnya Kodim, 2000 .
Usaha jamu gendong adalah usaha peracikan pencampuran pengolahan dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, parem, tapel, tanpa
penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan. Penjual jamu gendong menjajakan dari pintu ke pintu dengan membawa
jamu perasan, pilis dan parem. Sering kali juga membawa jamu dari pabrik. Perbedaan jamu gendong dan jamu bagolan adalah jamu gendong menjual barang
jadi, sedangkan jamu bagolan menjual barang setengah jadi, yaitu berupa ramuan yang sudah ditumbuk kemudian diracik dengan menambah air matang, disaring,
dan hasilnya siap diminum. Dalam rumah tangga pekerjaan jamu gendong sering dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan skala yang lebih kecil untuk keperluan
sendiri dengan ramuan yang lebih sederhana. Sebagai alat penumbuk digunakan pipisan
dan gandhik, yaitu alat penumbuk yang dibuat dari batu, disamping digunakan lumping dan alu. Bahan baku ramuan jamu terdiri dari bahan segar dan
bahan kering atau simplisia, yang diperoleh dari pedagang simplisia pasar craken. Hingga kini jamu digunakan oleh penduduk pedesaan maupun
perkotaan. Dalam rumah tangga ibu-ibu sering membuat ramuan dengan tujuan untuk memelihara kebugaran dan kecantikan baik berupa minuman maupun
bedak, pilis, atau param Soegihardjo,2002. Penggunaan jamu gendong biasanya berdasarkan kebiasaan turun-temurun
secara umum, sudah diketahui manfaat jamu gendong, namun secara tertulis belum banyak mengidentitfikasikan khasiat dan manfaatnya. Pemanfaatan jamu
gendong lebih banyak sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan Handayani Suharmiati, 2001.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar produk jamu gendong yang dihasilkan aman dikonsumsi oleh masyarakat adalah Prabowo, 2001.
a. Bahan baku simplisia : Bahan baku yang digunakan tidak boleh tercemar oleh cemaran fisik,
mikroba dan senyawa kimia beracun insektisida. b. Air yang dipergunakan
Air yang sehat adalah yang tidak tercemar secara fisik, oleh organisme merugikan, dan tidak tercemar senyawa beracun tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak keruh. c. Alat yang digunakan
Agar jamu yang dihasilkan mempunyai keamanan, maka harus dibuat menggunakan peralatan yang bersih dan tidak mencemari jamu.
d. Kebersihan dan perilaku penjual Perilaku merupakan pangkal terjadi kondisi bersih atau kotor. Bakteri
yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus
, Streptococcus, Enterococcus, dan Escherichia Anonim, 1985.
D. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan lebih lama. Penurunan mutu atau kerusakan
simplisia dapat dihambat dengan pengurangan kadar air dengan tujuan untuk penghentian reaksi enzimatik. Kandungan air dalam simplisia pada kadar tertentu
dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan mikroba lainnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air
kurang dari 10 Anonim, 1994b. Pengeringan yang tepat meliputi dua masalah utama yaitu pengaturan suhu
dan pengaliran udara yang teratur. Cara pengeringan yang paling sederhana dilakukan adalah pengeringan di bawah sinar matahari. Simplisia yang
dikeringkan dengan cara ini adalah yang berasal dari dari akar, rimpang, kulit, dan biji-bijian. Keuntungan dari cara pengeringan ini adalah biaya yang murah, tetapi
mempunyai kekurangan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat dikontrol, serta waktu yang relatif lebih lama. Waktu pengeringan tergantung cuaca dan intensitas
penyinaran, serta mudah terkontaminasi oleh mikroba dari luar, serta pengaruh sinar ultraviolet yang dapat merusak kandungan kimia dari simplisia.
Cara pengeringan yang lain adalah dengan menggunakan pengering mekanis oven yang menggunakan tambahan panas. Pengeringan dengan panas
buatan ini memberikan beberapa keuntungan yaitu : tidak tergantung cuaca, tidak memerlukan tampat yang luas, kondisi pengeringan dapat dikontrol sehingga
pengeringan dapat rata pada tiap bagian dari simplisia. Pengeringan dengan alat pengering mekanis akan mendapatkan hasil yang lebih baik bila kondisi
pengeringan ditentukan dengan tepat dan selama pengeringan dikontrol dangan baik Anonim, 1994b.
D. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan- bahan dari segala bentuk kehidupan, terutama mikroba. Macam sterilisasi yang
digunakan tergantung pada macam sifat dan bahan. Cara umum yang dipakai untuk sterilisasi, yaitu :
1. Sterilisasi dengan panas Penggunaan panas merupakan cara termudah untuk mensterilkan bahan, dengan
syarat bahwa bahan tersebut tahan terhadap pemanasan. Suhu 121
o
C selama 15 menit digunakan untuk mematikan spora. Uap harus dipertahankan pada tekanan
15 lbsq di atas tekanan atmosfer untuk memperoleh suhu 121
o
C Jawetz dkk, 1996. Sterilisasi ini dibedakan menjadi 2, yaitu : sterilisasi panas lembab dan
sterilisasi panas kering Hadioetomo, 1985. Disebut sterilisasi panas lembab, bila digunakan bersama-sama dengan uap air dan
sterilisasi panas kering, bila tanpa kelembaban. Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi
pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram
uap air
pada suhu
121
o
C. Panas
ini mendenaturasikan
atau mengkoagulasikan
protein pada
organisme hidup
dan dengan
demikian mematikannya. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklav atau
sterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertekanan dengan suhu 121
o
C selama 15 menit. Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus oleh uap air dan tidak
rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar 110
o
C sampai 121
o
C. Bahan- bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan, air
suling, alat-alat gelas, biakan yang akan dibuang, medium tercemar dan bahan- bahan dari karet
Hadioetomo, 1985. Beberapa cara pemanasan basah dapat membunuh mikroba karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein,
termasuk enzim-enzim di dalam sel Fardiaz,1992. Ada empat hal yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah: 1
sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator; 2 semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap,
karena itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap didasarnya; 3 bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk
cair harus permeabel terhadap uap; 4 suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai 121
o
C dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit Hadioetomo,1985
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi.
Karena bentuk kehidupan yang paling tahan panas, yaitu endospora bakteri, berperilaku seakan-akan tidak mengandung kelembaban, maka panas kering harus
mencapai suhu 166
o
C –175
o
C untuk dapat mematikannya. Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak menjadi rusak, menyala, hangus, atau
menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini antara lain pecah belah seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri, bahan dari kaca, botol sampel, juga peralatan jarum suntik, dan bahan-bahan yang tidak
tembus uap seperti gliserin, minyak, vanilin, dan bahan-bahan berupa bubuk. Bahan-bahan yang harus disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus,
menyumbat, atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven Hadioetomo,1985.
2. Sterilisasi dengan penyaringan filtrasi Sterilisasi ini digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan
larutan-larutan yang sangat peka terhadap panas atau relatif tidak tahan terhadap pemanasan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua mikroba
hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecil 0,45 atau 0,22 mikron sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih
besar tertahan di atasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang sterilHadioetomo, 1985.
3. Sterilisasi dengan bahan kimia Pelaksanaanya dilakukan dengan menggunakan gas atau cairan pembunuh
mikroba yang secara khusus diterapkan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan, sediaan atau barang yang jika dipanaskan sekali atau berulang kali sedikit banyak
akan mengalami perubahan. Sterilisasi secara kimia dapat menggunakan etilen oksida, asam perasetat, dan formaldehide Hadioetomo, 1985.
a. Alkohol. Senyawa dalam struktur R-CH
2
OH di mana R berarti “gugus
alkil” bersifat racun terhadap sel pada konsentrasi yang relatif tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada konsentrasi yang biasa dipakai 70 larutan dalam air alkohol bekerja sebagai denaturan protein
b. Fenol. Fenol dan banyak senyawa fenol merupakan zat anti mikroba yang kuat. Pada konsentrasi yang biasa digunakan larutan dalam air 1-2,
fenol dan derivatnya menyebabkan denaturasi protein. c. Ion logam berat. Air raksa, tembaga, dan perak dalam bentuk garam
bersifat denaturan protein pada konsentrasi tinggi. Ion-ion ini biasanya digunakan pada konsentrasi yang sangat rendah, ion-ion bekerja dengan
bergabung pada gugus sulfhidril. d. Unsur pengoksida. Unsur pengoksida kuat menyebabkan sel-sel tidak aktif
karena gugus sulfhidril bebas dioksidasi. e. Unsur pengalkil. Sejumlah unsur bereaksi dengan senyawa dalam sel
untuk menggantikan atom hidrogen labil dengan gugus alkil. Dua unsur jenis ini yang biasa digunakan untuk tujuan disinfeksi ialah formaldehida
dan etilen oksida. f.
Detergen. Permukaan antara selaput mengandung lipid pada sel bakteri dan perbenihan cair yang mengelilinginya menarik suatu golongan
senyawa aktif permukaan tertentu, yaitu senyawa yang sekaligus memiliki gugus yang dapat larut dalam lemak dan larut dalam air Jawetz dkk,
1996. 4. Sterilisasi dengan radiasi
Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetatif mikroba dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut, sedangkan sporanya lebih tahan
terhadap sinar matahari. Aktivitas bakterisida dari sinar matahari disebabkan oleh sinar ultraviolet dari spektrum sinar. Sinar ultraviolet yang dipancarkan dari
lampu uap merkuri sering digunakan untuk menyinari ruangan sehingga mengurangi kontaminasi mikroba di udara. Radiasi ultraviolet menyebabkan
kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel hidup. Fardiaz,1992
E. Media
Untuk menumbuhkan suatu mikroba, diperlukan suatu substrat makanan yang biasa disebut media, yang mengandung unsur-unsur makanan yang
diperlukan oleh mikroba tersebut. Unsur-unsur makanan itu dapat berupa garam- garam anorganik seperti protein, asam amino, dan vitamin-vitamin yang
diperlukan untuk pertumbuhan. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media
diperlukan persyaratan tertentu, yaitu : 1. Bahwa didalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembang biakan mikroba. 2. Bahwa media harus mempunyai tekanan osmosa, tekanan permukaan, dan
pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. 3. Bahwa media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami
mikroba yang dimaksud, tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.
Jawetz, et al., 1996, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Beberapa media diramu oleh ahli mikrobiologi untuk menjaring dan membedakan mikroba. Kelompok media biakan ini disebut media selektif dan
diferensial. Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit 1 bahan yang menghambat perkembangbiakan mikrobayang tidak diinginkan, dan
membolehkan perkembangbiakan mikroba tertentu yang ingin diisolasi. Bahan yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba adalah antibiotik seperi
streptomycin, dan penicillin, bahan kimiawi seperti Na-azide atau zat warna kristal violet dan malakit hijau.
Media diferensial diramu agar dapat membedakan kelompok mikroba tertentu
dapat tumbuh
pada media
biakan. Media
diferensial biasanya
mengandung bahan kimia yang dapat digunakan oleh kelompok mikroba tertentu. Bila berbagai kelompok mikroba tumbuh pada media diferensial, maka dapat
dibedakan kelompok mikroba berdasarkan perubahan pada media biakan atau koloninya.
Konsistensi medium bermacam macam. Medium cair seperti kaldu nutrien dapat digunakan untuk pembiakan organisme dalam jumlah besar, penelahaan
fermentasi, dan uji lain. Medium padat digunakan untuk mengamati morofologi koloni dan mengisolasi biakan murni. Bahan pemadat yang paling umum
digunakan adalah agar-agar, walaupun bisa digunakan gelatin dan silika gel. Medium setengah padat kegunaannya untuk menguji motilitas dan kemampuan
fermentasi. Dalam medium setengah padat mengandung gelatin atau agar dalam konsentrasi yang lebih kecil dibanding pada medium padat.
Media yang mengandung zat zat kimia tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih tanpa menghambat pertumbuhan
organisme yang diinginkan disebut media selektif contohnya Sabo roud’s glucose
agar. Media yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang memungkinkan
pengamat membedakan berbagai tipe bakteri, contohnya eosin methylene blue agar
disebut media differensialHadioetomo,1985. Media umum adalah media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
dan mendeteksi sebagian besar organisme aerob maupun fakultatif anaerob.
Media diperkaya adalah media yang dapat menumbuhkan suatu mikroba dengan baik karena mengandung bahan tambahan tertentu. Media khusus adalah media
yang dibuat dengan bahan tambahan khusus yang bertujuan untuk mengisolasi mikroba patogen tertentu tapi tidak ditemukan pada media umum atau pada media
diperkayaMurray,1999. Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam
bentuk padat, semi padat, dan cair. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar, dan agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan
pemadat karena tidak diuraikan oleh mikrooganisme, dan membeku pada suhu 45
o
C. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5 sampai 2 Bibiana, 1994.
a. Plate Count Agar Plate Count Agar
digunakan untuk penghitungan jumlah mikroba dalam susu, juga digunakan untuk penghitungan jumlah mikroba dalam air,
makanan dan produk susu serta spesimen lain. Plate Count Agar berisi digesti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pankreatik kasein,ekstrak ragi dan glukosa yang penting untuk pertumbuhan dari mikroba yang ditumbuhkanAtlas,1997
b. Pepton water Medium ini digunakan dalam uji indol. Untuk memperoleh satu
liter media dibuat dengan cara melarutkan 15 gram bahan dalam satu liter aquadest lalu dimasukkan dalam tabung reaksi. Sterilisasi dengan autoklaf
selama. 15 menit dengan suhu 121
○
C Atlas,1997.
F. Penghitungan Angka Lempeng Total ALT
Analisa kuantitatif, mikroba-mikroba tidak dapat dihitung secara tepat dengan pemeriksan mikroskopik kecuali bila sekurang-kurangnya ada 100 juta
10
8
sel untuk setiap ml.Air dalam alam jarang mengandung lebih dari 10
5
sel untuk tiap ml. karena metode yang digunakan adalah perhitungan pada lempeng
perbenihan. Sejumlah tertentu air yang akan diperiksa diencerkan secara berturut- turut, kemudian 1 ml dari tiap larutan tersebut ditanamkan pada pada lempeng
agar-agar nutrien dan koloni-koloni yang kemudian tumbuh dihitung. Karena hanya sel-sel yang hanya sanggup membentuk koloni saja yang dihitung maka
metode ini dikenal pula sebagai “perhitungan sel hidup”. Untuk menentukan jumlah bakteri dapat digunakan beberapa cara, antara lain :
a. Jumlah bakteri secara keseluruhan total cell count. Pada cara ini dihitung semua bakteri baik yang hidup maupun yang mati. Pada penghitungan
dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menghitung langsung secara mikroskop. Pada cara ini dihitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Untuk ini digunakan kaca obyek
khusus yang bergarisPetroff-Hauser berbentuk bujur sangkar. Jumlah cairan yang terdapat antara kaca obyek dan kaca penutup mempunyai
volume tertentu, sehingga satuan isi yang terdapat dalam bujur sangkar juga tertentu.
Pembesaran yang digunakan untuk melihat bakteri membatasi volume cairan yang diperiksa. Hanya cairan yang mengandung jumlah
bakteri yang tinggi yang dapat menggunakan cara ini. Selain menghitung secara langsung dengan mata, dapat pula digunakan alat penghitung
elektronik coulters counter. Dengan alat ini dihitung semua benda yang memiliki ukuran diameter 30µm, sehingga cairan yang akan dihitung
jumlah bakterinya haruslah benar-benar hanya mengandung bakteri Lay,1994.
Pada penghitungan dengan metode ini hasil pengenceran dari bahan tidak ditanam dalam cawan berisi media, tetapi diteteskan dalam
ruang penghitung, yaitu kaca obyek khusus yang selanjutnya dilihat di bawah mikroskop terhadap sel mikroba yang terdapat dalam kolom-kolom
penghitung. Misalnya didapatkan jumlah yang terhitung 12 sel, maka penghitungan jumlah sel adalah : 12 x 25 x 50 x 10
3
= 1,5 x 10
7
selml di mana 12 = jumlah sel yang terhitung, 25 = jumlah kotak pada ruang
penghitung yang dipergunakan untuk menghitung, 50 = volume tiap-tiap kotak, dan 10
3
= pengenceran sampel. Penghitungan dengan metode ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempunyai keuntungan yaitu semua sel bakteri yang hidup maupun mati dapat dihitung. Adapun kerugian dari metode ini yaitu kesalahan
menghitung akan didapat kalau sistem pengencerannya tidak homogen lagi.
Menghitung dengan cara kekeruhan. Cara ini menggunakan alat spektrofotometer. Dasar teknik ini adalah banyaknya cahaya yang
diabsopsi sebanding dengan banyaknya sel bakteri pada batas-batas tertentu. Jumlah mikroba dalam suspensi dapat ditentukan dengan
menentukan kerapatan optik. Pengukuran kerapatan optik menggunakan kolorimeter yang membiaskan cahaya dengan gelombang tertentu.
Gelombang cahaya melewati suspensi biakan dan banyaknya cahaya yang ditransmisikan setelah melewati suspensi diukur. Jumlah cahaya yang
ditransmisikan setelah melewati suspensi biakan berbanding terbalik dengan jumlah mikroba dan jumlah cahaya yang diabsorpsi. Jumlah
cahaya yang diabsorpsi tergantung pada bentuk dan besar sel. Spektrofometer dapat mengukur kepekatan sel dari suspensi dalam
T transmitance atau ODjumlah cahaya yang diabsorpsi dan
disebarkan. Dalam mikrobiologi digunakan OD sebagai satuan hitungan, karena OD sebanding dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan
Lay,1994 b. Jumlah bakteri yang hidup viable count. Cara ini hanya menggambarkan
jumlah sel yang hidup, sehingga dikatakan lebih tepat bila dibandingkan dengan cara total cell count. Pada metode ini diasumsikan bahwa setiap sel
mikroba hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroba dalam suspensi tertentu
Hadioetomo,1985. Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel mikroba, karena beberapa mikroba tertentu cenderung untuk berkelompok
atau berantai. Bila ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan 1 koloni. Berdasarkan hal
tersebut seringkali digunakan istilah colony forming units CFU untuk menghitung jumlah mikroba hidup. Sebaiknya hanya lempeng agar yang
mengandung 30-300 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan. Lempeng agar dengan koloni 300 sulit untuk dihitung sehingga
kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel akan membantu untuk memperoleh penghitungan jumlah yang benar,
namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempeng agar dengan jumlah koloni yang rendah30 koloni. Lempeng demikian tidak
absah secara statistik untuk digunakan dalam perhitungan Lay,1994. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. Landasan Teori
Penggunaan jamu gendong biasanya berdasarkan kebiasaan turun-temurun secara umum, sudah diketahui manfaat jamu gendong, namun secara tertulis
belum banyak mengidentifikasikan khasiat dan manfaatnya. Pemanfaatan jamu gendong lebih banyak sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan
Handayani Suharmiati, 2001. Dalam pembuatan jamu belum ada standarisasi, sehingga ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar produk jamu gendong yang dihasilkan aman dikonsumsi oleh masyarakat adalah Prabowo, 2001.
a. Bahan baku simplisia : Bahan baku yang digunakan tidak boleh tercemar oleh cemaran fisik,
mikroba dan senyawa kimia beracun insektisida. b. Air yang dipergunakan
Air yang sehat adalah yang tidak tercemar secara fisik, organisme merugikan, dan tidak tercemar secara senyawa beracun tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak keruh. c. Alat yang digunakan
Agar jamu yang dihasilkan mempunyai keamanan, maka harus dibuat menggunakan peralatan yang bersih dan tidak mencemari jamu.
d. Kebersihan dan perilaku penjual Perilaku merupakan pangkal terjadi kondisi bersih atau kotor. Bakteri
yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterococcus,
dan Escherichia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Angka Lempeng Total, yang merupakan metode perhitungan jumlah mikroba hidup yang paling sensitif untuk menentukan mikroba karena beberapa
hal yaitu hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba,
karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikroba yang mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik.
i. Hipotesis
Pembuatan jamu gendong beras kencur yang beredar dipasaran tidak terstandarisasi dapat menimbulkan Angka Lempeng Total yang melebihi batas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif dan komparatif.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian a. Variabel bebas : jamu gendong beras kencur yang beredar di
tiga pasar di kodya Yogyakarta. b. Variabel tergantung : Angka Lempeng Total ALT
c. Variabel pengacau terkendali : sterilisasi media, sterilisai alat, media yang digunakan, waktu inkubasi 18
– 48 jam, suhu inkubasi.
2. Definisi operasional : a. Jamu gendong beras kencur yang digunakan adalah jamu beras
kencur dalam bentuk cairan yang diramu dan dijual dengan wadah botol plastik maupun plastik yang dijual di tiga pasar di
kotamadya Yogyakarta. b. Jamu beras kencur adalah jamu yang dibuat dengan bahan
utama kencur dan beras PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Tiga pasar di Kotamadya Yogyakarta : Pasar Karangwaru, pasar Kranggan, pasar Pingit.
d. Angka Lempeng Total adalah jumlah bakteri aerob mesofil dalam tiap 1 ml sampel jamu gendong beras kencur.
e. Mesofil adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu 20°C- 40°C.
C. Subyek dan Bahan Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek uji yang digunakan untuk penelitian ini adalah cemaran mikroba jamu gendong. Jamu gendong ini diperoleh dari tiga pasar yang ada di Kotamadya
Yogyakarta, yaitu Pasar Karangwaru, pasar Kranggan, pasar Pingit.
2. Bahan Penelitian
Ekstrak Jamu gendong , media Plate Count Agar PCA + Triphenyl Tetrazolium Chloride
TTC, pereaksi Pepton Dilution Fluid PDF.
D. Alat Penelitian
Blender stomacher, Autoklaf, Inkubator, cawan petri, waterbath, alat hitung koloni, pipet ukur, stomacher, Laminar Air Flow LAF, Mikropipet,
Bunsen, alat-alat gelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Tata cara penelitian
1. Pengambilan sampel
Sampel diperoleh dari beberapa penjual jamu di pasar di kotamadya Yogyakarta yaitu pasar Karangwaru, pasar Pingit, dan pasar Kranggan.
2. Persiapan dan homogenisasi sampel
Penanganan wadah kemasan Wadah terbuat dari plastik bagian wadah yang akan dibuka dibersihkan
dengan kapas beralkohol 70, kemudian dibuka secara aseptik didekat nyala api Bunsen.
Dengan cara aseptik dipipet 10 ml cuplikan, ke dalam wadah steril yang sesuai ditambahkan 90 ml LB kemudian dihomogenkan dengan
stomacher sehingga diperoleh suspensi pengenceran 1:10
3. Cara Pembuatan Media a. Plate Count Agar PCA,
22,5 gram PCA dilarutkan dalam 2 liter air suling, dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk, dinginkan hingga 45-60
o
C. Tuangkan dalam wadah yang lebih kecil, sterilkan pada suhu 121
o
C selama 15 menit dengan autoklaf, pH akhir 7,0.
b. Pepton Dilution Fluid PDF,
1 gram peptone dilarutkan dalam 1 liter air suling dan diukur pH 7,0 + 1. didisikan ke dalam labu dengan volume tertentu, kemudian
disterilkan dengan autoklaf 121
o
C selama 15 menit.
c. Letheen broth LB,
37,8 gram LB dilarutkan dalam air 1 liter air suling dan diukur pH 7,2 + 2. didisikan ke dalam labu dengan volume tertentu, kemudian
disterilkan dengan autoklaf 121
o
C selama 15 menit.
4. Uji Angka Lempeng Total