52
Tabel. 18: Nilai Komponen Ragam, Heritabilitas, Kecermatan Seleksi, Maternal Genetik Efek
Uraian Bobot Lahir
UPTD- BPPTD-Margawati
Ragam Genetik Ad. 0,026
Ragam Maternal 0,051
Ragam Phenotipik 0,254
Ragam Residu 0,177
Heritabilitas 0,103±0,049
Kecermatan Seleksi 0,589
Korelasi Genetik Bl-BS 0,427±0,060
NP Bobot Lahir 0,142 – -0,406 gram
Pada Tabel. 18 tampak bahwa bahwa heritabilitas untuk bobot lahir di UPTD-
BPPTD Margawati memiliki nilai 0,103±0,049. Nilai ini termasuk kedalam katagori rendah, karena menurut Warwick, dkk 1993 nilai heritabilitas
termasuk katagori rendah, bila berkisar antara 0 dan 0,1. Sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Dudi pada tahun 2002. Hal ini dapat
diterangkan, karena sebetulnya kriteria bobot lahir adalah milik tetua yang betina, nilai ragam maternal genetic effect 0,051 biasanya bila analisis tidak
menggunakan REML maka sulit dipisahkan dengan nilai heritabilitas yang sebenarnya, sehingga seolah-olah nilai heritabilitas itu tinggi, padahal nilai itu
masih bergabung antara maternal genetic effect dengan nilai heritabilitas bobot lahirnya sendiri.
4.5. Kelembagaan Pasar
Di masa lalu agribisnis ternak domba nasional masih terbatas pada orientasi pasar domestik, sehingga perkembangannya relatif lamban,
sedangkan di masa yang akan datang, agribisnis ternak domba perlu diarahkan agar mampu memanfaatkan peluang pasar internasional. Pasar
hasil ternak domba cukup terbuka di berbagai kawasan internasinal seperti kawasan Timur Tengah, ASEAN da
n Asia Timur. Agar dapat memudahkan agribisnis ternak domba nasional memasuki pasar
internasional, diperlukan untuk membentuk kawasan peternakan domba, yang dapat menarik investor untuk membentuk kemitraan dengan para
peternak. Pola kemitraan dapat bergerak pada pembibitan atau penggemukan. Peranan kedua Balai Pembibitan baik UPTD-BPPTD
53
Margawati maupun SPTD Trijaya dapat berfungsi sebagai penghasil industri Grantt Parent Stock GPS dan di Mitra dikembangkan parent
stock PS. Untuk lebih jelasnya lembaga pemasaran dapat dilihat pada gambaran skema di bawah ini, yang disesuaikan dengan subsistim masing-
masing komodity.
Illustrasi.5: Arah Pengembangan Sistim Agribisnis Ternak Domba di Indonesia sumber: Saragih 1998
54
Pada illusttrasi di atas terlihat bahwa dalam kotak pertama adalah seluruh lembaga yang berkaitan dengan subsistim pertama subsistim hulu atau upstream off-farm,
sedangkan pada kotak yang kedua termasuk kedalam sub-sistim kedua yaitu budidaya atau on-farm agribisnis yang dijalankan dengan kemitraan wilayah dengan luar Jawa
Barat, namun hal ini dapat dilaksanakan bila rancang bangun dari Breeding Village telah terbentuk dan kemitraan diawali dengan investor telah di uji terap di lingkungan yang
sama. Kelembagaan berikutnya yang terhimpun pada sub-sistim hilir downstream off- farm, yaitu pengolahan dan pemasaran produk usaha tetrnak domba, sedangkan yang
terakhir juga menentukan keberhasilannya pamasaran, subsistim yang terakhir adalah lembaga dan penunjang supporting institution.
4.6. Outputs dan Outcomes Serta Kegiatan Pendidikan