BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya bogor
s’Lands Plantetuin Buintenzorg. Pada tahun 1876, Sir Yoseph Hoooker mencoba
menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera Utara. Setelah 10 tahun, tanaman yang benihnya dibawa dari Kebun Raya Kew London
ini ditebang habis dan diganti dengan kelapa. Sesudah tahun 1911, K,Schadt seorang kebangsaan Jerman dan M.Adrien
Hallet kebangsaan Belgia mulai mempelopori tanaman kelapa sawit. Schadt mendirikan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Tanah Ulu Deli, sedangkan
Hallet mendirikan perusahaan di Pulau Raja Asahan dan Sungai Liput Aceh. Sejak itulah mulai dibuka perkebunan-perkebunan baru. Pada tahun 1938,
di Sumatera diperkirakan sudah ada 90.000 Ha perkebunan kelapa sawit. Pada saat ini perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan
kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical. Produk minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdangan minyak nabati
dunia. Pahan, 2006 .
2.2. Varietas Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau
berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal dengan beberapa varietas lain yaitu :
Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Varietas Deskripsi
Dura - Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm
- Tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung
- Daging buah relatif tipis antara 35-50 - Kernel daging biji biasanya besar dengan
kandungan minyak yang rendah. - Dalam persilangan varietas dura dipakai
sebagai pohon induk betina.
Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan
hampir tidak ada - Daging buahnya tebal, sedangkan daging
bijinya sangat tipis. - Jenis
pisifera tidak
diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis yang lain dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon
jantan
Tenera - Mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua
induknya, yaitu dura dan pisifera - Tempurung
tipis dengan
ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm
- Terdapat lingkaran serabut disekelilingnya - Daging buah tebal antara 60-96
- Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih
banyak dari pada dura, tetapi relatif kecil. Marco carya
- Tempurung yang sangat tebal sekitar 5 mm - Daging buahnya sangat tipis
Tim Penulis,1997. Berdasarkan warna kulit buahnya, varietas kelap sawit dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, antara lain: Nigrescens, Virecens, dan Albescens.
Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
No Varietas
Warna Buah Muda Warna Buah Masak
1 Nigrescens
Ungu kehitaman Jingga kehitam-hitaman
2 Virescens
Hijau Jingga kemerahan, tetapi ujung
buah tetap hijau
3 Albescens
Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan
ujungnya ungu kehitaman
Fauzi, 2002.
2.3. Jenis-jenis Produk Kelapa Sawit
Sekitar 90 minyak sawit digunakan untuk produk-produk pangan seperti minyak goreng, minyak salad, margarin, shortening mentega putih,
vanaspati dan sebagainya. Sisanya 10 digunakan untuk produk-produk non pangan.
1. Bentuk-bentuk Lemak Pangan Kekentalan minyak sawit mempunyai arti yang penting dalam pembuatan
lemak makan. Contohnya : minyak goreng dan minyak salad 100 cair, sedangkan margarin dan shortening mentega putih mengandung lemak
padat sebanyak 15-20 dan selebihnya cair. 2. Produk-produk Non Pangan
a. industri asam lemak digunakan untuk pembuatan formulasi deterjen. b. industri gliserin digunakan untuk pembuatan sabun, shampoo, pasta gigi,
dan kosmetika. c. industri pertambangan, minyak sawit digunakan sebagai pengapung
floatation agent. Seto, 2001 .
2.4. Sifat Fisika-Kimia Kelapa Sawit