Proses esterifikasi ini bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester.
e. Pembentukan keton Keton dapat dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
Tabel 2.3. Nilai Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat Minyak sawit
Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40
o
C Bilangan iod
Bilangan penyabunan 0,900
1,4565-1,4585 48-56
196-205
Sumber : Krischenbauer 1960.
2.5. Komposisi Kimia Minyak kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 perikarp kulit buah dan 20 buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp kulit buah
sekitar 34-40. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat
dilihat dari tabel 2.4 bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3.
Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
Asam Kaprilat Asam Kaproat
Asam Laurat Asam Miristat
Asam Palmitat Asam Stearat
Asam Oleat Asam Linoleat
- -
- 1,1
– 2,5 40
– 46 3,6
– 4,7 39
– 45 7
– 11
Sumber : Eckey, S.W. 1955
2.6. Standar Mutu Minyak kelapa Sawit
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu
kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01, kandungan asam lemak bebas serendah
mungkin lebih kurang 2, bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat, tidak berwarna hijau, jernih dan
kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.
Standar mutu Special Prime Bleach SPB ,dibandingkan dengan mutu ordinary dapat dilihat dalam Tabel 2.5
Tabel 2.5. Mutu Minyak Sawit
Kandungan SPB
Ordinary Asam lemak bebas
Kadar air Kotoran
Besi p.p.m Tembaga p.p.m
Bilangan iod Karotene p.p.m
Tokoferol p.p.m 1-2
0,1 0,002
10 0,5
53±1,5 500
800 3-5
0,1 0,01
10 0,5
45-56 500-700
400-600 Ketaren, 2005.
2.7. Proses Pengolahan Minyak kelapa Sawit CPO
Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit di PKS PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba dilakukan secara bertahap dalam beberapa stasiun
yang berbeda dengan tujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Pada dasarnya ada 2 macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu :
minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah Crude Palm Oil CPO dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstrak inti sawit Palm
Kernel Oil PKO .
Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adalah sebagai berikut :
1. Stasiun Penerimaan Buah Fruit Reception 2. Stasiun Rebusan Sterilization Station
3. Stasiun Penebahan Thressing Station 4. Stasiun Pengempaan Pressing Station
5. Stasiun Pemurnian Minyak Clarification Station
2.7.1. Stasiun Penerimaan Buah Fruit Reception
Sebelum diolah ke dalam pabrik kelapa sawit, tandan buah segar TBS yang berasal dari kebun pertama kali diterima distasiun penerimaan buah untuk
ditimbang di jembatan timbangan weight bridge dan ditampung sementara di penampungan buah loading ramp .
2.7.1.1. Jembatan Timbangan Weight Bridge
Sebelum ditumpuk di lokasi penumpukan buah loading ramp, terlebih dahulu tandan ditimbang pada sebuah jembatan timbangan. Penimbangan
bertujuan untuk mengetahui jumlah tandan buah yang dihasilkan dari kebun dan jumlah bahan yang masuk ke pabrik.
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk berat truk dan TBS serta pada saat keluar berat
truk. Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.
2.7.1.2. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuangkan drump langsung dari truk. Loading ramp
merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm.
2.7.2. Stasiun Rebusan Sterilization Station
2.7.2.1. Perebusan Sterilization
Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135
o
C dan tekanan 2,0 - 2,8 kgcm
2
selama 80 - 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh
hasil yang optimal. Pahan, 2006. Tujuan Perebusan TBS Tandan Buah Segar antara lain:
a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang
c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan d. Untuk
mengkoagulasikan mengendapkan
protein sehingga
memudahkan pemisahan minyak. Tim Penulis.,1997.
2.7.3. Stasiun Penebahan Treshing Stasion
2.7.3.1. Hoisting crane
Buah hasil rebusan yang telah keluar dari sterilizer diangkut keatas dengan menggunakan hoisting crane, yang kemudian dituang dengan cara memutar lori
pada titik sumbu. Buah akan jatuh kemulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan.
Naibaho,P.M.,1996 .
2.7.3.2. Stripper Pemipilan
TBS berikut yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil thresher dengan bantuan hoisting crane atau transfer
carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut
dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh
sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari bagian belakan pemipil ditampung oleh elevantor.
Kemudian, hasil tersebut di kirim ke hopper untuk dijadikan pupuk tandan kosong dan jika masih berlebihan diteruskan incinerator untuk dibakar dan dijadikan
pupuk abu janjang. Pahan,2006.
2.7.4. Stasiun Pengempaan Pressing Stasion
2.7.4.1. Pengadukan Digesting
Buah yang masuk kedalam digester disebut sebagai material passing to digester MPD , diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah
sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak
bebas dibiarkan keluar secara kontinu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai
pelumas pisau sehingga mengurangi efektifitas pelumatan pisau digester. Suhu massa digester harus selalu dipertahankan 90
– 95
o
C.
2.7.4.2. Pengempaan Presuer
Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press dengan menggunakan air pengencer screw press bersuhu 90
– 95
o
C sebanyak 15-20 TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan
di oil gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker
conveyor untuk mempermudah pemisahan biji dan serat.
2.7.5. Stasiun Pemurnian Minyak Clarification Station
2.7.5.1 Crude Oil Tank
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen yang berukuran 20-40 mesh untuk memisahkan bahan asing seperti pasir, serabut,
bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Tim Standarisasi, 1997 .
2.7.5.2. Continous Settling Tank
Continous tank berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur. Perbedaan berat jenis ini menyebabkan lapisan minyak berada dibagian atas
sedangkan lapisan sludge dan lapisan lumpur berada dibagian bawah tangki dan mengendap.
2.7.5.3. Tangki Minyak Oil Tank
Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah
lebih lanjut pada sentripusi minyak. Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk menjaga agar pemanasan tetap 90-95
o
C, Sistem pemanasan dilakukan dengan pipa spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kgcm
2
. Saringan uap dan ―steam trap‖ harus berfungsi baik dan kadar air minyak harus diusahakan kurang lebih 0,5-
0,70 dan kadar kotoran diusahakan 0,10 – 0,30. Pahan, 2006
2.7.5.4. Tangki Kotoran Sludge Tank
Tangki ini dipergunakan untuk menampung lumpur dari hasil pemisahan tangki pisahan yang masih mengandung minyak 4,5
– 5,5. Alat ini berbentuk tabung silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut. Pemanasan dalam
tangki ini dilakukan dengan sistem injeksi uap dan suhu cairan dalam tangki 95 –
115
o
C.
2.7.5.5. Decanter
Decanter adalah alat untuk memisahkan minyak, air dan padatan solid secara sentripusi datar. Alat Decanter yang digunakan ada dua jenis yaitu
berdasarkan keluaran yaitu: a. Two-Phase Decanter
Alat ini bekerja memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan fraksi padat atau fraksi padat dengan cairan, dengan penggunaan tersendiri. Cairan
minyak yang masuk dari Crude Oil Tank ke dalam Decanter dipisahkan menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat dan cair. Fraksi padat yang berbentuk lumpur padat
diangkut dengan bak trailer ke kebun, sedangkan fraksi cair dipompakan ke dalam Settling Tank untuk diolah lebih lanjut. Tujuan pengolahan ini merupakan
cara pengurangan bahan padatan dalam cairan dengan maksud agar pemisahan minyak dalam settling tank.
Decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier yakni minyak yang berasal dari Settling Tank atau Buffer Tank diolah menjadi dua fraksi yaitu
fraksi minyak dan fraksi cairan yang masih mengandung Sludge. Karena prinsip kerja alat ini menggantikan Oil Purifier maka mekanisme pemisahan berpegang
kepada kemurnian minyak, akibatnya Sludge yang keluar masih mengandung minyak, sehingga perlu diolah lagi dengan menggunakan Sludge Separator
atau Decanter, sedangkan fraksi minyak bersih langsung diolah ke Vacuum Drier. Decanter sebagai pengganti Sludge Separator, yaitu mengolah cairan yang
berasal dari Sludge Tank dipisahkan. Cairan dipisahkan menjadi cairan minyak dan Sludge. Cairan minyak yang dipisahkan dipompakan ke Settling Tank,
sedangkan fraksi Sludge dibuang ke Fat-Pit untuk diteruskan ke unit pengolah limbah.
b. Three-Phase Decanter Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter,
hanya terdapat perbedaan dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu fraksi minyak, fraksi air cair dan fraksi padat. Alat ini dapat ditempatkan sebagai
pengganti Oil Purifier dan akan menghasilkan fraksi minyak, fraksi air dan padatan. Fraksi air yang masih mengandung minyak dilanjutkan pengolahannya
pada Sludge Separator,dan Sludge dan minyak akan terpisah. Pengolahan lumpur di Pabrik Kelapa Sawit PT.Socfin Indonesia Kebun
Aek Loba menggunakan Alat Three-Phase Decanter dimana lumpur sludge yang keluar dari bagian bawah sludge tank diolah didalam decanter untuk
memisahkan minyak, air, dan lumpur. Proses pemisahan ini terjadi akibat adanya gaya sentrifugal yang
dihasilkan oleh putaran bowl yang menghasilkan : phase padat berupa solid yang akan langsung dibuang melalui solid conveyor dan akan dijadikan sebagai pupuk
di areal perkebunan kelapa sawit, phase minyak dipompakan ke continous settling tank kembali, sedangkan phase cair yang masih mengandung minyak dilanjutkan
pengolahannya pada sludge seperator. Dalam proses pemurnian minyak di unit decanter perlu diperhatikan
kerugian minyak kelapa sawit di water phase dan solid decanter yang tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu standar untuk
kerugian minyak dalam water phase decanter adalah 1,50 dan kerugian minyak dalam solid decanter adalah 3,00.
Dalam pengoperasian decanter, dapat dipengaruhi oleh : a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak, air dan
lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut. b. Fungsi alat decanter tersebut.
c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah sludge yang diolah.
2.7.5.6. Sludge Separator
Cairan sludge yang telah melalui pre cleaner, dimasukkan kedalam sludge seperator untuk dikutip minyaknya. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat
jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui sudu- sudu keruang pertama tangki pemisah settling tank. Cairan dan ampas yang
mempunyai berat jenis lebih berat dari minyak terdorong kebagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle. Tim Standarisasi, 1997.
2.7.5.7. Alat pengering Vacuum Dryer
Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak dengan cara penguapan hampa. Tekanan yang digunakan yaitu: 0,8
– 1,0 kgcm
3
. Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas
dibawah. Pahan,2006
2.7.5.8. Fat-pit
Fat-pit digunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air condensat dan stasiun klarifikasi.
Minyak yang
terkutip akan
dipompa ke
continous settling
tank. Tim Standarisasi, 1997.
2.8. Pemurnian dan penjernihan kelapa sawit
Minyak yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kelapa sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel
partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45 air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan
lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian di alirkan kedalam tangki minyak kasar crude oil tank dan setelah melalui pemurnian atau klarisifikasi
yang bertahap , maka akan di hasilkan minyak sawit mentah CPO. Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam minyak.
Minyak kelapa sawit dapat di tamping dalam tangki- tangki penampung dan siap di pasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan
minyak sawit murni PPO Processe Palm oil. Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur , masih dapat di manfaakan dengan proses daur ulang untuk
diambil minyak sawitnya. Tujuan utama dari proses pemurnian adalah untuk menghilangkan rasan
dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang massa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah
dalam industry. Cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap: 1. Pemisahan bahan suspense dan disperse koloid dengan cara penguapan,
degumming dan pencucian dengan asam 2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi
3. Dekolorisai dengan proses pemucatan
4. Deodorasi 5. Pemisahan gliserida jenuh stearin dengan cara pendinginan chilling dan
pemfilteran dengan menggunakan filter tekan. Tim penulis, ps, 1997
2.9 Filterpress