Teknik dan Model Analisis Definisi Operasional

diperoleh data-data sekunder yang telah diolah oleh instansi yang terkait dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan data, dimana data yang digunakan adalah data time series dengan sampel perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang terdaftar pada IHSG dengan analisis data waktu secara bulanan sepanjang tahun 2007 sampai tahun 2009.

3.4. Pengolahan Data

Dalam mengolah data, penulis menggunakan program Eviews 5.1 sebagai software utama untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini. Selain itu juga digunakan software Microsoft Excel sebagai software pembantu dalam mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan oleh sumber ke dalam bentuk yang lebih representatif untuk digunakan pada software utama di atas dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan pencatatan secara manual.

3.5. Teknik dan Model Analisis

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan metode Ordinary Least Square OLS. Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu ke dalam bentuk fungsi sebagai berikut : Y = f X 1 ,X 2 ,X 3 ……………………………………………………. 1 Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan dalam metode ekonometrika dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + µ …………………………………… 2 Dimana : Y = Harga Saham Industri Manufaktur Rp α = Intercept Konstanta β 1 β 2 β 3 = Koefisien regresi X 1 = Tingkat Suku Bunga SBI X 2 = Tingkat Inflasi X 3 = Nilai Tukar Rupiah US Rp µ = error term Secara matematis bentuk hipotesisnya adalah : , artinya jika terjadi kenaikan pada variabel X 1 tingkat suku bunga SBI maka variabel Y harga saham industri manufaktur akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. , artinya jika terjadi kenaikan pada variabel X 2 tingkat inflasi maka variabel Y harga saham industri manufaktur akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. , artinya jika terjadi kenaikan pada variabel X 3 nilai tukar rupiah terhadap US maka variabel Y harga saham industri manufaktur akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. 3.6. Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit 3.6.1. Koefisien Determinasi R 2 Koefisien Determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel- variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Koefisien determinasi R-square yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel- variabel independen yang menerangkan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel dependennya. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 0R 2 1, dimana nilai koefisien determinasi mendekati 1 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat.

3.6.2. Uji Keseluruhan Uji F-Statistik

Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan pengujian ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Membuat Hipotesa Ho : β 1 = β 2 = 0 Ha : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 = β 4 = 0 Kriteria H akan diterima dan Ha akan ditolak bila F-stat F-tabel. H akan ditolak dan Ha akan diterima bila F-stat F-tabel. Mencari Nilai F-tabel Dengan interval 1, maka akan diperoleh nilai F-tabel sebagai berikut : F = Dimana : R 2 = Koefisien Determinasi K = Jumlah Variabel n = Jumlah Sampel Ha diterima Ho diterima Gambar 3.1 : Kurva Uji F-Statistik

3.6.3. Uji Statistik T Uji Parsial

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Untuk itu kita bisa membandingkan nilai t-statistiknya dengan nilai t-tabelnya. Jika t-stat t-tabel, maka signifikan, berarti ada pengaruh nyata dari variabel independent terhadap variabel dependen, serta sebaliknya. Bila jumlah df adalah 20 atau lebih dan derajat kepecayaan α = 1, maka Ho yang menyatakan β 1 = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 dalam nilai absolut. Dengan kata lain, menerima Ha yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya disebut Quick Look. Dengan interval 1 maka akan diperoleh nilai t-tabel sebagai berikut : Dimana : t = nilat t-hitung βi = koefisien variabel i SEβi = Standard error variabel 3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1. Multikolinearity Uji multikolinearitas dilakukan dengan pendeteksian atas nilai R 2 dan signifikansi dari variabel yang digunakan. Rule of Thumb mengatakan apabila didapatkan R 2 yang tinggi sementara terdapat sebagian besar atau semua yang secara parsial tidak signifikan, maka diduga terdi multikolinearitas pada model tersebut Gujarati, 2003 : 369. Lebih dari itu, multikolinearitas biasanya terjadi pada estimasi yang menggunakan data runtut waktu sehingga dengan mengkombinasikan data yang ada dengan data cross section mengakibatkan masalah multikolinearitas secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan data panel, jadi sebenarnya secara teknis sudah dapat dikatakan masalah multikolinearitas sudah tidak ada. Hal tersebut diperkuat dengan hasil estimasi model bahwa semua variabel yang digunakan signifikan sehingga dengansendirinya model ini seudah terbebas dari penyimpangan asumsi klasik. Adapun multikolinearity ditandai dengan : 1. Standar error tidak terhingga 2. Nilai koefisien t- statistik tidak signifikan pada α = 5 3. Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuainya dengan teori 4. R 2 sangat tinggi

3.7.2. Auto Correlation

Autokorelasi terjadi bila nilai gangguan dalam periode tertentu berhubungan dengan nilai gangguan sebelumnya. Uji autokorelasi yang paling sederhana adalah menggunakan uji Durbin-Watson DW. Sebagai rule of thumb nilai DW hitung yang mendekati 2 dianggap menunjukkan bahwa model terbebas dari autokorelasi Gujarati,2003: 469. Keterbatasan yang dihadapi dengan menggunakan pedoman DW adalah jika observasi yang besar. Oleh karena itu digunakan trial and error terhadap regresi yang dilakukan dengan melakukan itersi regresi sehingga ditemukan nilai DW yang terbaik dari model tersebut. Perumusan Hipotesis : a. Ho : ρ 1 = ρ 2 = ... = ρp = 0 Non Autokorelasi Faktor pengganggu periode tertentu tidak berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain. Ha : ρ 1 = ρ 2 = ... = ρp ≠ 0 Autokorelasi Faktor pengganggu periode tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain. b. Kriteria Pengujian. Jika d-hitung dL atau d-hitung 4-dL, Ho ditolak, berarti ada autokorelasi. Jika dU d-hitung 4-dU, Ho diterima, berarti tidak terjadi autokorelasi. Jika dL d-hitung dU atau 4-dU d-hitung 4-dL, maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi. Inconclusive Inconclusive Auto + Auto - Ho diterima no autokorelasi dL dU 2 4-dU 4-dL 4 Gambar 3.2. Uji Durbin – Watson

3.8. Definisi Operasional

1. Indeks Harga Saham Industri Manufaktur yang terdaftar di IHSG adalah indeks harga saham di sektor industri manufaktur yang telah disusun dan diperhitungkan seta merupakan catatan terhadap perubahan harga saham sampai pada saat tertentu dan telah tercatat pada IHSG. Variabel tersebut dinyatakan dalam rupiah. 2. Suku Bunga SBI adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Variabel tersebut dinyatakan dalam persen. 3. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian dari harga barang-barang lain. Variabel tersebut dinyatakan dalam persen. 4. Nilai tukar Rupiah terhadap US adalah rasio perbandingan antara mata uang rupiah terhadap dollar Amerika. Satuannya adalah RpUS. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Harga Saham 4.1.1. Pengertian Indeks Harga Saham