Acara Gondang Naposo Periode Kedua (1999-2008)

3.3. Acara Gondang Naposo Periode Kedua (1999-2008)

Sekitar tahun 70-an sampai dengan pertengahan 80-an, Gondang Naposo diadakan sekali dalam setahun setelah panen dan bertepatan dengan ulang tahun PERMUSIMDES. Namun pada tahun 1986 sampai tahun 1998 (± duabelas tahun) Gondang Naposo tidak diadakan, adapun faktor yang menyebabkan antara lain:

1. Pada masa tersebut banyak pemuda/i dari Desa Desagajah yang merantau dan melanjutkan pendidikan di luar daerah Desa Desagajah sehingga aktivitas organisasi PERMUSIMDES pun bekurang.

2. Pengaruh meningkatnya teknologi seperti lancarnya transportasi dan komunikasi sehingga aktivitas sehari-hari dari masyarakat khususnya naposo menjadi meningkat dan mata pencaharian pun berkembang bukan hanya berpusat pada sektor pertanian di Desa Desagajah melainkan mata pencaharian lain di luar Desa Desagajah. (wawancara dengan Sari Simangunsong tanggal 21 Juni 2008)

Orang tua di Desa Desagajah menyadari bahwa kegiatan tradisional termasuk Gondang Naposo semakin terlupakan. Melihat keadaan tersebut para orang tua merasa perlu untuk menjaga agar kegiatan-kegiatan tradisional tetap dilestarikan. Pada tahun 1999 sampai saat ini (tahun 2008) acara Gondang Naposo kembali diadakan rutin bukan hanya sekali dalam setahun tetapi dua kali dalam setahun. Hal ini juga berkaitan dengan musim panen yang telah mengalami peningkatan menjadi dua kali dalam setahun dan di laksanakan terus sampai sekarang.

3.3.1. Pelaku Acara

3.3.1.1. Panitia pelaksana

Dalam kepanitiaan tidak ada perbedaan antara acara Gondang Naposo pada periode pertama (1972-1985) dengan acara Gondang Naposo periode kedua (1999- 2008) yaitu muda-mudi yang tergabung dalam Pesatuan Muda-mudi Simpang Desagajah (PERMUSIMDES).

Pembentukan panitia harus melalui rapat pengurus PERMUSIMDES, mewakili orang tua, tokoh adat dan pembina dari PERMUSIMDES. Setelah panitia terbentuk maka panitia akan bekerja untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk persiapan acara Gondang Naposo. Rapat akan terus diadakan untuk membahasan dan mengevaluasi sejauh mana persiapan yang telah dilakukan oleh panitia.

Tugas panitia adalah merencanakan dan melaksanakan acara, mengundang peserta, mencari dana serta menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam acara Gondang Naposo yang akan mereka adakan.

3.3.1.2. Pemusik

Musik merupakan bagian yang sangat penting dan harus ada dalam acara Gondang Naposo . Oleh karena hampir dari keseluruhan acara Gondang Naposo adalah manortor yang otomatis harus diiringi musik.

Mulai tahun 1999 hingga sekarang (tahun 2008) pemain musik untuk acara Gondang Naposo juga didatangkan dari luar daerah Desa Desagajah seperti Kisaran, Tiga Dolok dan Limapuluh, namun yang menjadi pengiring bukanlah ensambel Gondang Sabangunan melainkan Sulkibta (sulim keyboard taganing). Grup musik Sulkibta yang diundang untuk mengiringi Gondang Naposo yang diadakan pada bulan Juni 2008 adalah Grup Udut Manik Raja dari Tiga Dolok. Hingga kini belum ada grup musik di Desa Desagajah yang dapat mengiringi acara Gondang Naposo.

Jumlah pemusik pada acara Gondang Naposo periode kedua berbeda dengan jumlah pemusik pada periode yang kedua karena ensambel pengiring dalam acara ini juga telah berubah. Pemusik berjumlah empat orang, yaitu : pemain keyboard, pemain taganing, pemain sulim, pemain hasapi. Walaupun musik pengiring dalam acara Gondang Naposo ini bukanlah ensambel Gondang Sabangunan, namun panggilan untuk pemusik dalam acara Gondang Naposo pada periode ini juga adalah pargonsi .

3.3.1.3. Peserta Acara

Pada prinsipnya peserta acara yang terlibat dalam acara ini juga tidak berbeda dengan acara Gondang Naposo pada periode sebelumnya yaitu naposo (PERMUSIMDES), komunitas muda-mudi dari daerah Desa Desagajah maupun dari daerah luar Desa Desagajah. Hanya saja jumlah peserta yang diundang dari Desa Desagajah dan daerah lain lebih banyak. Sehingga waktu yang dibutuhkan lebih panjang dibandingkan dengan acara Gondang Naposo pada periode sebelumnya.

3.3.1.4. Seksi Langit

Kata ”seksi langit” adalah kata yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat Desa Desagajah untuk istilah seorang pawang hujan. Seksi langit berfungsi untuk menangkal hujan atau menjaga cuaca tetap bagus selama acara berlangsung. Dikarenakan apabila turun hujan pada saat acara berlangsung maka akan sangat mengganggu jalannya acara. Pada dasarnya seksi langit bukanlah panitia, namun secara tidak langsung seksi langit merupakan pendukung acara yang peranannya sangat besar.

3.3.2. Waktu dan Tempat Acara

Waktu berlangsungnya acara Gondang Naposo ini diadakan selama dua hari, biasanya dimulai dengan pembukaan pada hari sabtu sekitar pukul 16.00 Wib sampai dengan selesai. Setelah selesai acara pembukaan, acara dihentikan beberapa lama kemudian acara dilanjutkan kembali mulai pukul 20.00 Wib sampai dengan selesai.

Selanjutnya para orang tua dan muda-mudi baik panitia maupun peserta dapat kembali kerumah mereka untuk beristirahat dan melakukan kegiatan yang lain.

Kemudian acara dilanjutkan kembali mulai pukul 14.00 Wib pada hari minggu atau setelah makan siang dan selesai kebaktian dari gereja bagi yang beragama Kristen. Pada saat inilah kesempatan untuk manortor bagi para peserta yang belum mendapat waktu untuk manortor dihari sebelumnya dan juga bagi para peserta yang tidak hadir pada hari pertama. Acara tersebut berlangsung hingga senin subuh sekitar pukul 04.00 Wib atau sampai seluruh peserta selesai manortor.

Tempat diadakannya acara Gondang Naposo tidak berbeda dengan periode sebelumnya yaitu diadakan dilapangan terbuka, karena lapangan terbuka merupakan tempat yang cocok dan mampu menampung peserta acara dalam jumlah yang banyak. Sehingga dengan lapangan yang luas, acara manortor dapat berjalan dengan lancar.

3.3.3. Alat-alat Pendukung Acara

3.3.3.1. Alat Musik ( Sulkibta)

Sulkibta adalah istilah yang sudah cukup popular dikalangan pemusik, khususnya pemusik pengiring pesta acara-acara adat maupun hiburan pada masyarakat Batak Toba. Kata Sulkibta sendiri adalah merupakan singkatan dari Sulim, Keyboard, Taganing, dimana alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam ensambel ini terdiri dari sulim, keyboard dan taganing. Namun saat ini dalam formasi ensambel Sulkibta sering dikombinasikan dengan instumen hasapi yang merupakan salah satu instumen dari ensambel Gondang Hasapi, tetapi tidak merubah nama dari Sulkibta adalah istilah yang sudah cukup popular dikalangan pemusik, khususnya pemusik pengiring pesta acara-acara adat maupun hiburan pada masyarakat Batak Toba. Kata Sulkibta sendiri adalah merupakan singkatan dari Sulim, Keyboard, Taganing, dimana alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam ensambel ini terdiri dari sulim, keyboard dan taganing. Namun saat ini dalam formasi ensambel Sulkibta sering dikombinasikan dengan instumen hasapi yang merupakan salah satu instumen dari ensambel Gondang Hasapi, tetapi tidak merubah nama dari

pesta baik itu pesta adat maupun hiburan, karena harganya yang jauh lebih murah dari ensambel musik tiup atau Brassband.

• Sulim (seruling) Pada awalnya sulim merupakan salah satu intrumen tunggal, namun setelah musik Batak Toba mengalami perkembangan sulim tergabung dalam ensambel Gondang Hasapi yang merupakan salah satu ensambel musik tradisional Batak Toba.

Mengacu pada klasifikasi alat musik menurut Sach-Hornbostel, sulim termasuk pada jenis aerofon, dimana suara yang dihasilkan berasal dari udara yang dihembuskan melalui lubang tiup. Sulim terdiri dari enam buah lubang nada dan satu lubang tiup. Setiap sulim memiliki nada dasar yang berbeda. Nada-nada yang dihasilkan dari setiap lubang nada berbeda-beda, tergantung dari nada dasar pada sulim tersebut. Apabila nada dasar sulim adalah F maka nada-nada yang dihasilkan dari setiap lubang nada adalah F-G-A-Bb-C-D-E-F. Sehingga dari interval nada yang yang ada (1-1- 1/2 -1-1-1- 1/2 ) menghasilkan tangga nada diatonis Barat dan dapat menjangkau nada hingga dua oktaf. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

12 Wawancara dengan Bapak Manik selaku pimpinan Grup Musik Udut Manik Raja (tanggal 22 Juni 2008).

Lubang nada

Lubang tiup

Gambar 1.

Sulim

• Keyboard Keyboard adalah satu-satunya instrumen elektrik yang digunakan dalam

ensambel Sulkibta (sulim keyboard taganing). Keyboard merupakan alat musik yang berfungsi sebagai akord pengiring ketika sulim membawakan melodi lagu. Namun pada lagu-lagu tertentu keyboard selain memainkan akord juga berfungsi membawa melodi khususnya pada lagu-lagu pop. Keyboard terdiri dari tuts-tuts nada dan tombol-tombol untuk mengganti karakter suara yang diinginkan.

Tangga nada pada instrumen ini adalah tangga nada diatonis Barat dan instumen ini dapat menjangkau nada minimal empat oktaf tergantung pada tipe dari keyboard tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Tombol suara

Tuts nada

Gambar 2.

Keyboard

• Taganing Taganing merupakan salah satu instrumen yang tergabung dalam ensambel Gondang Sabangunan . Taganing terdiri dari enam buah gendang dengan satu sisi kulit gendang. Adapun keenam gendang tersebut memiliki nama-nama sebagai berikut: gendang yang pertama disebut odap, gendang ke dua disebut paidua ni odap, gendang ke tiga disebut panonga, gendang ke empat disebut paidua ni tingting, gendang kelima disebut tingting.

Gendang keenam atau gendang yang terbesar disebut Gordang yang bentuknya sama seperti kelima gendang sebelumnya, hanya saja ukurannya lebih besar dan berfungsi sebagai pembawa ritem. Dalam formasi ensambel Gondang Sabangunan , instumen Taganing memiliki dua fungsi, yaitu berfungsi sebagai pembawa melodi bersamaan dengan Sarune Bolon dan sebagai ritem variabel pada repertoar-repertoar tertentu. Sedangkan dalam ensambel Sulkibta, taganing berfungsi sebagai pembawa ritem variabel.

Dalam penggunaannya, taganing dalam ensambel Sulkibta sebagai pengiring Gondang Naposo di Desa Desagajah telah dikombinasikan dengan alat musik perkusi dalam hal ini Remo dan satu buah Cymbal. Hal ini dilakukan untuk menambah variasi dalam mengiringi acara-acara seperti manortor dalam acara Gondang Naposo.

Paidua ni odap

Panonga

Paidua ni tingting

Gambar 3.

Taganing

• Hasapi Hasapi merupakan salah satu intrumen yang tergabung dalam ensambel Gondang Hasapi . Instrumen dalam ensambel Gondang Hasapi terdiri dari hasapi ende, hasapi doal, sarune etek, sulim dan garantung. Dalam klasifikasi alat musik menurut Sach-Hornbostel, hasapi termasuk pada jenis Chordofon dengan spesifikasi • Hasapi Hasapi merupakan salah satu intrumen yang tergabung dalam ensambel Gondang Hasapi . Instrumen dalam ensambel Gondang Hasapi terdiri dari hasapi ende, hasapi doal, sarune etek, sulim dan garantung. Dalam klasifikasi alat musik menurut Sach-Hornbostel, hasapi termasuk pada jenis Chordofon dengan spesifikasi

Hasapi merupakan instrumen pembawa melodi dan dapat juga berfungsi sebagai pembawa ritem. Dalam penggunaannya, nada dasar hasapi disesuaikan dengan nada dasar sulim. Tuner (penyetem) dalam instumen hasapi dinamakan pinggol-pinggol atau disebut juga kupingan dalam instrumen gitar.

13 Piltik-piltik adalah alat yang digunakan untuk memetik senar hasapi yang terbuar dari tanduk kerbau.

3.3.3.2. Kostum

Kostum dalam acara Gondang Naposo pada periode ini sedikit banyak telah mengalami perubahan dimana pada acara Gondang Naposo, pakaian atau kostum yang digunakan lebih bebas dibandingkan dengan periode sebelumnya. Para naposo bagi yang laki-laki banyak yang memakai celana Jeans dan baju kaos, begitu juga dengan wanita yang sebagian besar mengenakan celana Jeans tidak lagi mengenakan sarung. Namun ulos yang tetap menjadi kewajiban dikenakan pada saat manortor.

3.3.3.3. Sound System

Pada kegiatan ini sound system berfungsi untuk membantu menguatkan suara ketika parhata 14 sedang berbicara, meminta gondang dan dan untuk memperkuat

suara alat musik ketika dimainkan untuk mengiringi acara manortor. Daya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini minimal 3.000 watt karena acara tersebut diadakan di ruang terbuka.

3.3.3.4. Panggung dan Tenda

Tenda juga merupakan perlengkapan yang sangat diperlukan dalam acara Gondang Naposo . Tenda ini berfungsi untuk melindungi para peserta dan pemusik

14 Parhata terdiri dari kata “par” yang berarti orang yang melakukan dan “hata” yang berarti kata. Sehingga parhata adalah orang yang menyampaikan kata-kata. Namun yang dimaksud parhata dalam

konsep budaya Batak Toba adalah orang yang di tuakan yang dianggap layak dan berhak untuk menyampaikan kata-kata baik itu dalam bentuk pidato ataupun dalam bentuk nasehat. Dalam Gondang Naposo, Parhata adalah orang yang memimpin kelompok untuk manortor dan maminta gondang.

agar terlindung dari sengatan sinar matahari ataupun ketika turun hujan, sehingga dalam keadaan seperti itu acara dapat tetap berlangsung.

Sedangkan panggung digunakan untuk tempat untuk para pemusik berikut peralatannya. Sehingga posisi pemusik lebih tinggi dari peserta yang ingin manortor dengan demikian komunikasi antara pemusik dan parhata pada saat meminta dan memberi tanda untuk memberhentikan lagu dapat lebih mudah dilakukan

3.3.4. Tahapan Acara Gondang Naposo

3.3.4.1 Pembukaan

Acara Gondang Naposo pada pada periode yang kedua ini diawali dengan Pahundul atau Manggalang pargonsi yang dilakukan oleh orang tua, karena secara adat para naposo atau muda-mudi belum bisa untuk Pahundul atau Manggalang pargonsi . Menurut tradisi Batak Toba pargonsi hanya bisa “masisisean” (saling menyapa dan saling bertanya) dengan pengetua dari Suhut (pelaksana acara Gondang Naposo ). Hal ini dikarenakan orang yang dituakanlah yang dianggap mengerti dan memahami “ruhut-ruhut ni adat” atau sendi-sendi adat.

Pargonsi yang diundang tersebut terlebih dahulu “masisisean” dengan “Hasuhuton” apa kepentingan mereka diundang? Kemudian yang mewakili dari pihak Hasuhuton dalam hal ini Oppu Helen Gultom menjawab: bahwa mereka ingin memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk bergembira dengan Gondang yang akan diadakan tersebut. Pada tahap ini juga para orang tua menyampaikan harapan-harapan dan nasehat-nasehat mereka kepada muda-mudi, Pargonsi yang diundang tersebut terlebih dahulu “masisisean” dengan “Hasuhuton” apa kepentingan mereka diundang? Kemudian yang mewakili dari pihak Hasuhuton dalam hal ini Oppu Helen Gultom menjawab: bahwa mereka ingin memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk bergembira dengan Gondang yang akan diadakan tersebut. Pada tahap ini juga para orang tua menyampaikan harapan-harapan dan nasehat-nasehat mereka kepada muda-mudi,

Nasehat-nasehat yang diberikan juga berupa dorongan dan motivasi kepada muda-mudi khususnya panitia, agar dapat menjadi muda-mudi yang berbakti dan dapat menjadi kebanggaan orang tua serta menjadi panunduti di harajaon panorusi

dihagabeon 15 dan menjadi muda-mudi yang tidak melupakan apa yang menjadi budayanya sendiri. Disini juga para muda-mudi akan di arahkan agar dalam acara

Gondang Naposo tersebut tidak melenceng dari aturan dan norma-norma yang ada. Setelah orang tua selesai memberikan nasehat, acara dilanjutkan dengan kata- kata sambutan dari yang mewakili dari pihak Gereja dan juga dari pihak pemerintahan setempat dalam hal ini Bapak Kepala Desa Desagajah.

Tahap kedua yaitu Mambuat Tua Ni Gondang. Mambuat Tua Ni Gondang artinya adalah memohon berkat dari Tuhan untuk acara Gondang yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini parhata dari pihak Hasuhuton atau yang punya hajat

15 Panunduti di harajaon panorusi dihagabeon artinya menjadi generasi pemimpin dan penerus atau pengembang (populasi) klan.

meminta kepada pargonsi untuk memainkan repertoar Gondang pembuka dengan kata sebagai berikut:

“Ale Amang panggual pargonsi nami Dison ro do hami natua-tua akka ianakkon nami on Laho mambuat tua ni gondang asa resmi Gondang ta on di bukka Jadi alu-aluhon amang majo tu Amatta Debata.”

Artinya: Wahai bapak pemain musik/musisi kami Di sini kami datang orang tua dari anak-anak kami Ingin memohon tuah agar Gondang ini resmi di buka Untuk itu pemusik kami, elu-elukanlah dulu kepada Tuhan.”

Kemudian pargonsi memainkan gondang untuk mengelu-elukan dan sebagai pemberitahuan dan permohonan secara musikal kepada Tuhan Yang Maha Esa agar acara Gondang tersebut direstui. Tidak ada repertoar khusus ketika gondang dimainkan untuk mengelu-elukan, yang bermain disini hanyalah pemain taganing memainkan improvisasi seperti variasi-variasi pukulan. Selanjutnya parhata melanjutkan dengan kembali meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang sebagai permohonan ijin kepada roh nenek moyang/leluhur dengan kata-kata sebagai berikut:

“Mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga di alu-aluhon amang tu Amatta Debata Nuaeng alu-aluhon amang ma muse tu sahala ni ompu ta na parjolo.”

Artinya: “Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak elu-elukan kepada Tuhan Sekarang elu-elukanlah lagi kepada roh nenek moyang/leluhur.”

Kemudian pargonsi memainkan gondang sama seperti yang sebelumnya untuk mengelu-elukan kepada roh nenek moyang/leluhur sebagai pemberitahuan dan Kemudian pargonsi memainkan gondang sama seperti yang sebelumnya untuk mengelu-elukan kepada roh nenek moyang/leluhur sebagai pemberitahuan dan

“mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga di alu-aluhon amang tu ompu ta na parjolo Nuaeng alu-aluhon amang ma muse tu si tuan na torop.”

Artinya: “Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak elu-elukan kepada roh nenek moyang Sekarang elu-elukanlah lagi kepada khalayak ramai/hadirin yang hadir.”

Selanjutnya pargonsi memainkan gondang yang sama seperti sebelumnya untuk mengelu-elukan kepada khalayak ramai sebagai pemberitahuan dan permohonan ijin untuk memulai acara Gondang tersebut.

3.3.4.2. Acara Manortor

Setelah tahap demi tahap pembukaan selesai dilakukan, tibalah saatnya untuk memulai acara manortor. Pada bagian ini orang tua, naposo dan seluruh undangan yang hadir akan manortor menurut kelompok sesuai urutan pada saat mendaftar kepada panitia. Sebelum peserta dan undangan manortor, orang tua dari panitialah yang akan manortor untuk mengawali acara ini.

Pada saat orang tua dari pantia (Hasuhuton) manortor untuk mengawali acara manortor ini, gondang yang diminta adalah Gondang Mula-mula, Gondang Somba- somba, Gondang Liat-liat, Gondang Pasu-pasu, Gondang Hasahatan . Sedangkan Pada saat orang tua dari pantia (Hasuhuton) manortor untuk mengawali acara manortor ini, gondang yang diminta adalah Gondang Mula-mula, Gondang Somba- somba, Gondang Liat-liat, Gondang Pasu-pasu, Gondang Hasahatan . Sedangkan

1. Gondang mula-mula Gondang Mula-mula merupakan wujud rasa hormat para peserta yang diwakili oleh si peminta gondang kepada Tuhan dan sesamanya serta untuk mengemukakan kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini memiliki asal mula.

Gerakan tortor pada saat Gondang Mula-mula antara kaum laki-laki dan kaum perempuan berbeda. Gerakan tortor untuk kaum laki-laki adalah dengan mengangkat kedua telapak tangan keatas namun tidak melebihi kening lalu kedua telapak tangan dirapatkan namun tidak sampai bersentuhan dan jari-jari tangan direnggangkan.

Sedangkan gerakan tortor untuk kaum perempuan yaitu dengan merapatkan kedua telapak tangan dan mengangkat sampai posisi tepat di depan dada atau dibawah dagu seperti posisi menyembah. Selanjutnya daun kaki diangkat dan diturunkan sesuai dengan irama dari musik gondang yang dimainkan dan diikuti dengan gerakan sembah berirama oleh kedua telapak tangan.

2. Gondang Somba-somba Dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba, Gondang Somba-somba bertujuan untuk mengekspresikan rasa hormat kepada Sang Pencipta dan kepada 2. Gondang Somba-somba Dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba, Gondang Somba-somba bertujuan untuk mengekspresikan rasa hormat kepada Sang Pencipta dan kepada

Gerakan tortor somba untuk laki-laki yaitu kedua tangan di angkat dan telapak tangan dirapatkan kemudian ditaruh dikening dengan posisi sembah dan kepala agak menunduk. Sedangkan gerakan tortor untuk kaum perempuan yaitu dengan merapatkan kedua telapak tangan dan mengangkat sampai posisi tepat di depan dada atau dibawah dagu seperti posisi menyembah dan kepala agak menunduk. Selanjutnya daun kaki diangkat dan diturunkan sesuai dengan irama dari musik gondang yang dimainkan dan diikuti dengan gerakan sembah berirama oleh kedua telapak tangan.

Gambar 5

Posisi gerakan pada saat Gondang Somba-somba

3. Gondang Liat-liat Pada saat Gondang Liat-liat seluruh peserta akan manortor sambil mengelilingi tempat atau lokasi manortor sebanyak tiga kali.

Gambar 6.

Rombongan orang tua berkeliling pada saat Gondang Liat-liat

4. Gondang Pasu-pasu

Gondang Pasu-pasu adalah gondang untuk memberikan pasu-pasu/berkat. Gondang Pasu-pasu hanya dilakukan oleh orang tua dari panitia (hasuhuton) kepada naposo. Proses memberi berkat ini dilakukan dengan cara mengusap bagian kepala dari para naposo serta meletakkan ujung ulos yang dikenakan orang tua ke bahu dari para naposo. Dalam upacara adat Batak Toba, sebagai contoh upacara pernikahan Gondang Pasu-pasu adalah gondang untuk memberikan pasu-pasu/berkat. Gondang Pasu-pasu hanya dilakukan oleh orang tua dari panitia (hasuhuton) kepada naposo. Proses memberi berkat ini dilakukan dengan cara mengusap bagian kepala dari para naposo serta meletakkan ujung ulos yang dikenakan orang tua ke bahu dari para naposo. Dalam upacara adat Batak Toba, sebagai contoh upacara pernikahan

Gambar 7

Posisi gerakan pada saat Gondang Pasu-pasu

5.Gondang Sappe-sappe Gondang Sappe-sappe adalah gondang untuk menyampaikan Silua dari setiap kelompok peserta yang manortor kepada panitia. Pada bagian ini gerakan tortor sedikit lebih bebas, biasanya para peserta akan manortor secara menyebar di sekitar lokasi tempat manotor.

Gambar.8. Posisi gerak pada Gondang Sappe-sappe

Yang pertama berkesempatan untuk manortor adalah para orang tua dari panitia atau Hasuhuton. Setelah para orang tua dan para naposo yang menjadi panitia berkumpul, parhata menyampaikan kepada pargonsi bahwa acara manortor akan segera dimulai. Kemudian parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan repertoar Gondang pembukaan atau Gondang Mula-mula dengan kata-kata sebagai berikut:

“Ale amang panggual pargonsi nami Nunga sae be mambuat tua ni Gondang on Saonari naeng dimulai hami ma manortor Antong bahen amang ma Gondang Mula-mula i Ala marmula do sude na di tano on.”

Artinya:

“Wahai bapak pemain musik kami Telah selesai acara memohon tuah untuk Gondang ini Sekarang kami akan memulai acara manortor Oleh karena itu mainkanlah Gondang pembukaan Karena semua yang ada di bumi mempunyai asal mula.”

Kemudian pargonsi memainkan repertoar Gondang Mula-mula atau gondang pembukaan. Pada saat gondang dimainkan para orang tua dan naposo (panitia) manortor ditempat masing-masing dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena Gondang Mula-mula adalah merupakan penyampaian rasa hormat dan pemberitahuan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwasanya para orang tua dan naposo ingin memulai untuk manortor.

Setelah Gondang Mula-mula selesai, kemudian dilanjutkan kembali oleh parhata dengan meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Somba-somba dengan kata-kata sebagai berikut:

“mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen hamu Gondang Mula-mula i Saonari bahen amang majo Gondang Somba Asa di somba hami Amatta Debata dohot naliat nalolo.”

Artinya: “Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Mula-mula itu Sekarang mainkanlah dulu Gondang Somba Agar kami menyembah Tuhan dan para hadirin.”

Pargonsi memainkan repertoar Gondang Somba-somba kemudian para orang tua dan muda-mudi manortor. Setelah selesai Gondang Somba-somba, parhata kembali melanjutkan dengan meminta pargonsi untuk memainkan Gondang Liat-liat dengan kata-kata sebagai berikut:

“ mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen amang be Gondang Somba i Saonari naeng mangaliat nama hami Antong bahen amang ma Gondang Liat-liat i Asa liat gabe liat horas.”

Artinya: “Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Somba itu Sekarang kami ingin berkeliling/mengitari tempat ini Untuk itu mainkanlah dulu Gondang Liat-liat itu Agar selamat sampai ke tujuan.”

Pargonsi memainkan repertoar Gondang Liat-liat. Pada saat Gondang Liat- liat dimainkan, para orang tua dan muda-mudi manortor sambil mangaliat/mengitari tempat acara gondang sebanyak kurang lebih tiga kali putaran. Setelah Gondang Liat- liat selesai dimainkan, kembali parhata meminta gondang yaitu Gondang Pasu-pasu dengan kata-kata sebagai berikut:

“mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen amang be Gondang Liat-liat i Saonari naeng di pasu-pasu hami nama ianakkon nami on Antong bahen amang ma Gondang Pasu-pasu i Anggiat hatop jumpang si rokkap ni tondi na Jala anggiat sahat sude sinakkap ni roha na.” Artinya: “Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Liat-liat itu Sekarang kami ingin memberkati anak-anak kami Untuk itu mainkanlah Gondang Pasu-pasu itu Semoga anak-anak kami ini cepat dapat jodoh Dan dapat tercapai semua apa yang dicita-citakan.”

Pada saat Gondang Pasu-pasu dimainkan para orang tua manortor sambil berjalan kearah muda-mudi untuk memberikan pasu-pasu/berkat. Setelah orang tua selesai memberkati, maka mereka kembali pada posisi semula. Selanjutnya para Pada saat Gondang Pasu-pasu dimainkan para orang tua manortor sambil berjalan kearah muda-mudi untuk memberikan pasu-pasu/berkat. Setelah orang tua selesai memberkati, maka mereka kembali pada posisi semula. Selanjutnya para

Seluruh rangkaian gondang dan tortor telah selesai dilakukan, kemudian parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Hasahatan Sitio-tio sebagai tanda bahwa mereka telah selesai manortor dengan kata sebagai berikut:

“mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen hamu be sude gondang pangidoan nami Saonari bahen amang ma Gondang Hasahatan na i.”

Artinya: “Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan semua gondang yang kami minta Sekarang mainkanlah Gondang Hasahatan itu.”

Musik dimainkan dan para orang tua dan para muda-mudi manortor di tempat masing-masing. Tortor hasahatan merupakan penghujung dari suatu upacara adat Batak Toba. Hasahatan berasal dari kata “sahat” yang berati sampai. Hasahatan berarti seluruh permintaan dan permohonan telah disampaikan kepada Tuhan dengan harapan agar semua permohonan tersebut dapat dikabulkan. Akhir dari Gondang Hasahatan ditandai dengan mengucapkan kata “horas” sebanyak tiga kali dan sambil mengangkat ujung ulos keatas.

Setelah para orang tua dan muda-mudi dari hasuhuton selesai manortor, acara selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada naposo atau panitia. Namun para orang tua tetap melakukan pemantauan guna menghindari acara gondang tersebut Setelah para orang tua dan muda-mudi dari hasuhuton selesai manortor, acara selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada naposo atau panitia. Namun para orang tua tetap melakukan pemantauan guna menghindari acara gondang tersebut

Rombongan pertama yang datang untuk manortor adalah rombongan orang tua atas nama “Natua-tua Ni Huta” . Karena acara telah diserahkan kepada naposo, maka yang berperan adalah naposo. Beberapa orang dari naposo membagikan ulos kepada seluruh anggota rombongan dan memberikan “pinggan” atau piring yang

berisi beras. Pinggan tersebut berfungsi untuk meletakkan uang/Silua 16 yang merupakan sumbangan dari peserta untuk panitia.

Gambar 9. Silua

16 Silua adalah sumbangan/persembahan berupa uang yang disampaikan dengan cara manortor.

Yang menjadi parhata dalam rombongan ini adalah Oppu Hellen Gultom. Setelah semua peserta berbaris pada posisinya, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang dengan kata-kata sebagai berikut:

“Ale amang panggual pargonsi nami Dison ro do hami sian natua-tua ni huta laho mangadopi acara Gondang Naposo on Jadi saonari naeng manortor nama hami Antong bahen amang ma Gondang Mula-mula i Ala marmula do sude na adong ditano on.”

Artinya: “Wahai bapak pemusik kami Disini kami datang atas nama natua-tua ni huta Guna menghadiri acara Gondang Naposo ini Jadi sekarang kami ingin memulai manortor Oleh karena itu mainkanlah dulu Gondang Mula-mula itu Karena semua yang ada di dunia ini memiliki asal mula.”

Musik dimainkan para orang tua dan naposo pun manortor ditempat masing- masing. Selesai Gondang Mula-mula dimainkan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Liat-liat dengan kata-kata sebagai berikut:

“mauliate ma amang pargonsi nami Nunga dibahen amang Gondang Mula-mula i Saonari bahen amang ma Gondang Liat-liat i asa mangaliat hami Laguna anakkonki da hamoraon di ahu.”

Artinya: “terima kasih bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Mula-mula Sekarang mainkanlah dulu Gondang Liat-liat supaya kami berkeliling Lagunya anakku adalah harta yang paling berharga dalam hidupku.”

Pada saat musik dimainkan, rombongan manortor mengelilingi lokasi acara gondang sebanyak tiga kali dengan di pandu oleh dua orang naposo dari panitia. Pada Pada saat musik dimainkan, rombongan manortor mengelilingi lokasi acara gondang sebanyak tiga kali dengan di pandu oleh dua orang naposo dari panitia. Pada

Parhata kembali melanjutkan acara dengan meminta Gondang Sappe-sappe atau gondang untuk menyampaikan silua/sumbangan. Sumbangan tersebut merupakan wujud dari sikap tolong menolong yang dapat mempererat rasa persaudaraan sesama orang Batak yang ada di Desa Desagajah. Sebelum gondang dimainkan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang dengan kata-kata sebagai berikut:

“Mauliate ma amang pargonsi nami Nunga di bahen hamu be Gondang Liat-liat i Saonari naeng pasahaton nami ma silua nami on Antong bahen amang ma Gondang Sappe-sappe i Laguna Anak Medan.”

Artinya: “Terimakasih bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Liat-liat Sekarang kami akan menyampaikan sumbangan kami Untuk itu mainkanlah Gondang Sappe-sappe itu Lagunya anak Medan. ”

Ketika Gondang Sappe-sappe dimainkan, para naposo/panitia mulai manortor ketengah lapangan untuk manjalo-jalo silua/ meminta-minta sumbangan dari para rombongan yang sedang manortor. Pada bagian ini para naposo manortor dengan dengan cara mangelek/membujuk agar silua/sumbangan tersebut segera di serahkan Ketika Gondang Sappe-sappe dimainkan, para naposo/panitia mulai manortor ketengah lapangan untuk manjalo-jalo silua/ meminta-minta sumbangan dari para rombongan yang sedang manortor. Pada bagian ini para naposo manortor dengan dengan cara mangelek/membujuk agar silua/sumbangan tersebut segera di serahkan

Gambar 10.

Posisi gerakan manjalo-jalo silua pada saat Gondang Sappe-sappe

Rangkaian dari acara manortor oleh rombongan natua-tua ni huta telah selesai, namun sebelum dimainkan Gondang Hasahatan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan lagu dengan judul Gadis Melayu. Pada dasarnya ini bukanlah merupakan bagian baku dari urutan gondang, melainkan hanya sebuah tambahan/selingan. Ini adalah merupakan salah satu bentuk perubahan dalam repertoar yang dimainkan untuk mengiringi tortor dalam Gondang Naposo, untuk Rangkaian dari acara manortor oleh rombongan natua-tua ni huta telah selesai, namun sebelum dimainkan Gondang Hasahatan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan lagu dengan judul Gadis Melayu. Pada dasarnya ini bukanlah merupakan bagian baku dari urutan gondang, melainkan hanya sebuah tambahan/selingan. Ini adalah merupakan salah satu bentuk perubahan dalam repertoar yang dimainkan untuk mengiringi tortor dalam Gondang Naposo, untuk

melompat, ada juga yang membentuk lingkaran sambil marembas 17 .

Gambar 11

Manortor sambil marembas

Setelah puas manortor, para orang tua dan naposo kembali ketempat masing- masing. Parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Hasahatan dengan kata-kata yang sama seperti pada bahasan sebelumnya. Usai Gondang Hasahatan dimainkan panitia kembali mengumpulkan ulos dan bersiap-siap untuk menyambut peserta selanjutnya yang akan manortor.

17 Marembas adalah salah satu bentuk gerakan pada saat manortor.

Rombongan selanjutnya yang akan manortor adalah dari rombongan muda- mudi Sei Balai. Para naposo segera membagikan ulos kepada seluruh peserta dari rombongan muda-mudi Sei Balai. Pada dasarnya urutan gondang dan manortor pada setiap rombongan adalah sama, hanya saja ada terdapat perbedaan dalam hal permintaan lagu-lagu atau gondang yang akan dimainkan. Seperti pada saat mangaliat /berkeliling, rombongan ini meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Liat-liat dengan lagu “Tolu Sahundulan” yang merupakan lagu yang berasal dari daerah Simalungun.

Kemudian pada saat rombongan muda-mudi Sei Balai ingin menyampaikan Silua mereka, parhata dari rombongan ini meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Sappe-sappe dengan lagu yang berjudul “EGP” atau “Emang Gue Pikirin” yang berirama House Music. Setelah selesai Gondang Sappe-sappe dan Silua pun telah disampaikan kepada panitia, parhata kembali meminta kepada pargonsi untuk memainkan lagu berirama House Music yang populer mereka sebut dengan istilah “expose”. Pada saat lagu ini berlangsung hanya instrumen keyboard yang bermain mengiringi lagu tersebut.

Usai lagu tersebut dimainkan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Hasahatan dan acara manortor oleh rombongan muda-mudi Sei Balai pun selesai. Kemudian acara pun dilanjutkan kembali dan rombongan selanjutnya bersiap-siap untuk manortor. Rombongan selanjutnya yang datang untuk manortor adalah muda-mudi Parulian I. Daftar undangan yang manortor pada hari pertama dapat dilihat pada lampiran 2.

Demikianlah acara tersebut berlangsung hingga rombongan atau undangan yang terakhir selesai manortor. Acara gondang pada hari pertama tersebut berlangsung hingga subuh pukul 04.15 Wib. Sebelum para naposo meninggalkan lokasi gondang, terlebih dahulu lokasi tersebut dibersihkan dan seluruh peralatan berikut alat musik diamankan. Para pemain musik beristirahat di rumah salah satu warga yang tidak jauh dari lokasi gondang. Selanjutnya orang tua memberikan pengumuman agar para naposo/panitia dapat hadir dilokasi tepat waktu yaitu pada pukul 14.00 Wib untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Sekitar pukul 13.50 Wib beberapa dari panitia telah hadir dilokasi gondang dan mulai mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan. Sama halnya dengan para pemain musik juga mempersiapkan peralatan mereka. Setelah seluruh peralatan dan keperluan tersedia, maka acara gondang pun dilanjutkan kembali.

Pelaksanaan acara gondang pada hari pertama dan hari kedua pada dasarnya tidak ada perbedaan. Seluruh undangan yang telah mendaftar kepada panitia akan manortor sesuai dengan urutan mereka pada saat mendaftar. Demikianlah seterusnya hingga seluruh undangan selesai manortor. Seluruh undangan baru selesai manortor pada senin subuh pukul 03.30 Wib. Daftar undangan yang manortor pada hari kedua dapat dilihat pada lampiran 3.

3.3.4.3 Penutupan Gondang Naposo

Acara penutupan gondang naposo juga dipimpin oleh orang tua dari panitia, sama halnya seperti pada saat pembukaan. Acara penutupan ini diawali dengan Acara penutupan gondang naposo juga dipimpin oleh orang tua dari panitia, sama halnya seperti pada saat pembukaan. Acara penutupan ini diawali dengan

Selanjutnya parhata dari orang tua atau Hasuhuton dalam hal ini Oppu Helen Gultom meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang. Urutan gondang yang dimainkan pada acara penutupan ini sama halnya dengan pembukaan. Dengan berakhirnya seluruh rangkaian acara dalam penutupan gondang naposo, maka secara resmi acara gondang naposo tersebut ditutup.