Laporan Keuangan Bank Tingkat Kesehatan Bank

17

2.1.4 Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan adalah laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas operasi serta posisi keuangan perusahaan Margaretha, 2011:20. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan maka berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor: 322PBI2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusn dan meyajikan laporan keuangan dengan bentuk yang terdiri dari Siamat, 2005:368: 1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan Bank, adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun. Laporan Keuangan Tahunan Bank adalah laporan akhir tahun yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan Publik. Laporan Keuangan Tahunan terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. 2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan, adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan. 3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan, adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan. 4. Laporan Keuangan Konsolidasi, adalah laporan keuangan yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. 18

2.1.5 Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Peraturan Bank Indonesia No 610PBI2004, Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Setiap bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suaru periode tertentu. Dari laporan ini, kemudian dianalisis dan dipelajari sehingga dapat diketahui kondisi kesehatan bank yang sesungguhnya dan akan memudahkan bank tersebut untuk memperbaiki tingkat kesehatannya. Perkembangan industri perbankan yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan profil risiko bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia terus memperbaiki dan menyempurnakan penilaian tingkat kesehatan bank agar dapat mencerminkan kondisi sebenarnya dari suatu bank. Penyempurnaan ini dilakukan agar penilaian tingkat kesehatan bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko, kepatuhan pada aturan yang berlaku dan penerapan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan peraturan baru mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum yaitu PBI No. 131PBI2011 yang mulai berlaku efektif mulai Januari 2012. Dari segi prinsip dan proses peraturan baru ini tidak jauh beda dari PBI No. 610PBI2004 yang membahas penilaian kesehatan bank melalui 19 pendekatan CAMELS. Peraturan yang baru menggolongkan faktor penilaian menjadi 4 faktor yaitu: Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital atau yang disingkat dengan REGC. Beberapa indikator sebelumya dalam CAMELS ditata ulang dan dimasukkan ke dalam faktor baru yaitu REGC. Faktor kualitas aset A, manajemen M, likuiditas L dan sensitivitas terhadap risiko pasar S melebur dalam faktor profil risiko R dalam REGC. Berdasarkan PBI No. 131PBI2011 risiko yang dihadapi bank risiko inheren dalam operasional bank yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Faktor Earning E dan Capital C dalam pendekatan sebelumnya tetap dipertahankan dan ditambah dengan dengan faktor penilaian baru yaitu Good Corporate Governance GCG yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan perubahan atau perkembangan situasi terkini. Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko Risk-based Bank Rating merupakan penilaian yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas dan permodalan. Pendekatan tersebut memungkinkan Bank Indonesia sebagai pengawas melakukan tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu karena penilaian secara komprehensif terhadap semua faktor penilaian dan difokuskan pada risiko yang signifikan serta dapat segera dikomunikasikan kepada bank dalam rangka menetapkan tindak lanjut pengawasan. 20 Selain itu, sejalan dengan penerapan pengawasan berdasarkan risiko maka pengawasan tidak cukup hanya untuk bank secara individu tetapi juga harus dilakukan harus dilakukan terhadap bank secara konsolidasi termasuk dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Oleh sebab itu, penilaian tingkat kesehatan bank juga harus mencakup penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi. Untuk menilai kinerja bank, Bank Indonesia kini menggunakan pendekatan risiko yang disebut Risk Based Bank Rating RBBR. RBBR menggunakan 4 faktor yaitu profil risiko, Good Corporate Governance GCG, Earning Rentabilitas dan Capital Permodalan. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan secara self assesment melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan faktor lain seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasioanl. Berikut adalah masing-masing uraiannya: 1. Profil Risiko Risk Profile Penilaian terhadap profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank yang dilakukan terhadap 8 delapan risiko yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Berdasarkan hasil pengawasan jenis risiko yang menonjol dalam industri perbankan nasional adalah risiko kredit dan operasional. Hal ini merupakan konsekuensi dari usaha perbankan yang mayoritas masih mengandalkan penyaluran kredit. Dari sisi risiko kredit, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan pada beberapa bank antara lain adalah penyempurnaan 21 kebijakan dan internal control bank. Sementara itu, untuk risiko operasional perlu ditingkatkan kualitas SDM dan infrastrukur teknologi. 2. Good Corporate Governance GCG Penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur dalam PBI GCG yang didasarkan pada 3 tiga aspek utama yaitu Governance Structure, Governance Process dan Governances Outcomes. Governance Structure mencakup pelaksaan tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance Process mencakup penerapan fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Governances Outcomes mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, pelaporan internal. Penerapan GCG yang memadai sangat diperlukan dalam pengelolaan perbankan mengingat SDM yang menjalankan bisnis perbankan merupakan faktor kunci yang harus memiliki integritas dan kompetensi yang baik 3. Rentabilitas Earnings Penilaian terhadap faktor rentabilitas earnings meliputi penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings dan sustainability earnings bank. Tindakan penagwasasn yang dilakukan antara laian meminta bank agar meningkatkan kemampuan menghasilkan laba seperti melalui peningkatan efisiensi dan volume usaha dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. 22 4. Permodalan Capital Penilaian terhadap faktor permodalan capital meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan modal untuk mendukung kegiatan usaha. Bank Indonesia meminta agar pemegang saham bank menambah modal, mencari investor baru danatau mengurangi proporsi pembagian dividen kepada pemegang saham. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu krisis ekonomi global, perkembangan standar internasional dan menghilangkan potensi duplikasi dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Seiring dengan perubahan tersebut, terhitung mulai Desember 2011 penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR pada kondisi normal dilakukan secara berkala setiap 6 bulan. Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia mewajibkan bank umum untuk menyampaikan hasil penilaian self assesment tingkat kesehatan bank paling lambat 1 satu bulan setelah prose penilaian. Hasil penilaian yang dilakukan bank tersebut selanjutnya menjadi bahan pertimbangan Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank. Tindak lanjut pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia terkait dengan penilaian tersebut adalah meminta manajemen bank untuk melakukan langkah perbaikan dan melaporkannya secara berkala.

2.1.6 Rasio Keuangan Tingkat Kesehatan Bank