Persepsi Pengakuan dan Perlindungan

perjanjian hak-hak atau kontrak sewa dapat mempengaruhi tingkat hak karena tingkat formalitas dapat berkisar dari perjanjian tidak tertulis secara informal menjadi kontrak-kontrak formal antara pemilik tanah dan penghunipenyewa.

2.3.1.1 Status Kepemilikan Lahan dan Agunan Pinjaman

Keamanan hak kepemilikan adalah hak dari seluruh individu dan kelompok untuk mendapatkan perlindungan yang efektif oleh Negara terhadap penggusuran paksa. Sebaliknya, hak kepemilikan lahan yang tidak aman dengan demikian harus dipandang sebagai suatu risiko terjadinya penggusuran paksa. Tidak adanya kepastian juga menghambat pemberian hipotek dan pinjaman perbaikan rumah kepada masyarakat oleh lembaga-lembaga keuangan dan swasta, bahkan ketika individu memiliki pendapatan dan aset yang sama, memungkinkan mendapatkan pelayanan berbeda dalam bentuk jaminan untuk kredit perumahan. UNHabitat, 2007:16. Efek potensial dari peningkatan keamanan kepemilikan lahan antara lain adalah efek perbaikan kondisi rumah dikarenakan rumah tangga memiliki insentif sumber baru untuk merenovasi rumah-rumah mereka karena mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pinjaman, juga memberikan efek tidak langsung pada kesehatan dan pendidikan, mendorong investasi dan menabung, juga mendorong aktivitas rumahan Alain Durand - Lasserve, 2007:11.

2.3.2 Persepsi Pengakuan dan Perlindungan

Sudut pandang terhadap keamanan kepemilikan lahan yang diterima tidak meniadakan kemungkinan bahwa dari status lahan dapat menimbulkan kemamanan kepemilikan lahan, namun beberapa pendapat menyatakan bahwa keamanan kepemilikan lahan dapat dicapai dengan beberapa pengertian. Dalam kalimatnya, Payne 2001:421 berkata: “Adalah suatu hal yang tidak dapat ditolak, bahwa keamanan kepemilikan lahan yang dirasakan dan diterima masyarakat secara luas adalah suatu prasyarat bagi rumah tangga untuk berinvestasi 40 40 dalam pembangunan maupun perbaikan rumah. Status kepemilikan lahan bukanlah satu-satunya pengertian dalam pencapaian tingkat keamanan yang dapat diterima. Dalam beberapa contoh keberadaan investasi, ditimbulkan hanya dengan adanya pernyataan pejabat pemerintah, bahwa permukiman tidak akan digusur, atau dengan adanya penerbitan sertifi kat hak guna”. Faktor-faktor lain yang telah seringkali dibahas adalah dengan mengusahakan bentuk-bentuk hukum tambahan dari keamanan kepemilikan lahan yaitu lama penghunian, besar luasan rumah, dan jumlah masyarakat di dalam suatu permukiman. Broegaard menyatakan dari studi kepemilikan lahan di akhir 1980, kenyataan menunjukkan dalam berbagai konteks, kepemilikan status lahan berdasar hukum sama dengan keamanan kepemilikan lahan telah mengabaikan kenyataan bahwa secara de facto atau keamanan lahan yang dirasakan sebagai suatu permasalahan empiris, untuk itu sebaiknya diabaikan dari status hukum lahan dengan keamanan lahan yang secara formal dan beralasan secara konsep. Namun kemudian hal ini menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan, karena keamanan lahan yang dirasakan adalah sangat berarti di mata penghuni permukiman informal dan melakukan perubahan pada permukiman dari persepsi ini. Baik keamanan lahan dari status lahan maupun persepsi ini tidak selalu terjadi secara bersamaan pada setiap permukiman informal 2005:849. Lebih jauh lagi perhatian atas penyediaan keamanan kepemilikan lahan dalam arti status lahan dapat disisihkan disebabkan kenaikan spekulatif atas lahan, sehingga menyebabkan lahan tidak dapat diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan mengarahkan penghuni keluar, atau lebih secara tidak langsung biaya dari bentuk pelayanan dan pajak properti yang semakin tidak terjangkau Azuela Duhau, 1998.

2.4 Lesson Learn dari Permasalahan Yang Serupa

Lesson learn merupakan pelajaran yang dapat kita ambil dari contoh-contoh keberhasilan implementasi teori-teori di lapangan. Peningkatan kondisi fi sik rumah 41 41