BAB IV ANALISIS HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH
DENGAN KEAMANAN LAHAN DI KAWASAN PESISIR PERKOTAAN REMBANG
4.1 Analisis Keamanan Kepemilikan Lahan
Keamanan kepemilikan lahan merupakan hak individu maupun kelompok untuk mendapatkan perlindungan efektif dari negara dari ancaman penggusuran
paksa UNHabitat, 2007:111 Perlindungan dari negara diatur melalui hukum formal dan kerangka kerja administratif. Di Indonesia, hukum formal yang mengatur
penggunaan lahan tertuang dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1960 atau yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria UUPA. Hak penggunaan
lahan di dalam UUPA dikelompokkan sesuai status atas lahan, antara lain Hak Milik dan Hak Guna Bangunan. Hak atas tanah tersebut merupakan penguasaan
tanah negara yang diberikan kepada perorangan, kelompok maupun perusahaan. Hak tersebut dapat hilang antara lain bila fi sik lahannya musnah akibat terkena
bencana alam.
4.1.1 Status Lahan
Jenis-jenis hak atas tanah diatur dalam pasal 16 UUPA. Pada jenis hak berupa status tanah yang tersurat dalam sertifi kat tanah, diakui antara lain status
Hak Milik dan Hak Guna Bangunan. Hak Milik memiliki hak terkuat dan terpenuh dibandingkan dengan hak kepemilikan yang lain, serta turun temurun atau dapat
diwariskan. Hak Guna Bangunan merupakan hak penguasaan bangunan di atas lahan milik negara, kelompok atau individu. Hak ini memiliki batas waktu penguasaan,
atau perpanjangan kepemilikan dengan persetujuan BPN, serta tidak dapat diwariskan. Hak pemanfaatan fi sik lahan yang dimiliki oleh pemegang sertifi kat
HM juga lebih kuat daripada HGB. Pada lingkup spasial studi di kawasan pesisir Perkotaan Rembang, kepemilikan lahan HM sebesar 76, HGB sebesar 23, serta
87
87 87
ilegal sebesar 1. Dari persentase kepemilikan lahan ini dapat disimpulkan bahwa kemungkinan terbesar dilakukan penggusuran terhadap lahan ilegal yang hanya
sebesar 1, dengan hanya perlu dilakukan pemberian kompensasi. Penggusuran dengan memperhatikan masa kepemilikan lahan HGB maupun pemberian ganti
rugi yang rendah pada lahan berstatus HGB, dapat dilakukan untuk pembangunan sarana dan prasarana permukiman pada 23 lahan di permukiman. Penataan
permukiman ini dapat dilaksanakan setelah penetapan RDTR Perkotaan Rembang ke depan.
4.1.2 Lahan Terkena Abrasi
Hapusnya hak atas lahan baik HM pada pasal 27 UUPA maupun HGB pada pasal 40 UUPA salah satunya disebabkan oleh musnahnya tanah. Musnahnya
tanah, rumah, dan properti dapat terjadi dengan adanya bencana alam UNHabitat, 2007:168. Salah satu bencana alam yang dapat menyebabkan musnahnya lahan
khususnya yang terletak di tepi pantai adalah abrasi pantai. Abrasi di kawasan pesisir Perkotaan Rembang baru terjadi dalam kurun
waktu 2 tahun berselang. Namun meskipun kuat arus laut tidak sekuat di pantai Sluke hingga Kragan, perlu diwaspadai akibatnya di masa mendatang. Musnahnya
lahan dan rumah yang disebabkan abrasi dapat terjadi seperti yang terjadi di Desa Karangmangu Kecamatan Sarang. Rumah dengan lahan terkena abrasi di
kawasan pesisir Perkotaan Rembang ini sejumlah 94 rumah. Saat ini air laut pasang telah mengenai sisi rumah yang menghadap ke pantai. Tanpa adanya tindakan
penanggulangan abrasi, diperkirakan dalam 2 tahun ke depan, air laut akan mencapai sisi rumah yang sebelah dalam, serta mengenai lebih banyak rumah lagi.
4.1.3 Lahan Hasil Reklamasi