`Pelajaran-Pelajaran` Pablois Indonesia
`Pelajaran-Pelajaran` Pablois Indonesia
Artikel Soedarso bukanlah sebuah contoh terisolasi. Kenyataannya arah yang diajukan di artikel itu memberikan tema-tema penting sebuah pernyataan yang diterbitkan tanggal 20 Maret 1966 oleh "Sekretariat Tergabung" Pablois. Berjudul "Pelajaran-Pelajaran Indonesia", itu menentang segala pemisahan dari PKI dan tidak mengeluarkan panggilan untuk pembangunan sebuah seksi Internasional Keempat. Sebaliknya, itu menyatakan bahwa "Komunis-Komunis Indonesia" dapat "menanggulangi akibat dari kekalahan saat ini" dengan mengasimilasi pelajaran- pelajaran tertentu.
"Pelajaran" pertama diajukan secara berikut:"Walaupun itu benar dan penting untuk mendukung semua pergerakan-pergerakan rakyat anti-imperialis, dan bahkan mendukung secara kritis semua tindakan-tindakan yang dilakukan oleh wakil-wakil kelas burjuis kolonial seperti Sukarno, untuk sebuah revolusi kolonial mendapat kemenangan, itu adalah sangat penting untuk mempertahankan kemandirian organisasi-organisasi proletar secara politis maupun secara keorganisasian dari kelas burjuis nasional."
Para Pablois bukan hanya mendorong ilusi-ilusi berbahaya tentang kepura-puraan "anti-imperialis" kelas burjuis nasional, kata-kata mereka tentang "kemandirian" politis organisasi-organisasi proletar adalah penuh dengan kepalsuan. Kemandirian politis kelas pekerja hanyalah dapat ditetapkan dengan membangun sebuah partai Trotskyis dalam perjuangan yang berani dan tak mengenal kasihan melawan para Stalinis yang sedang dicoba untuk disadarkan oleh para Pablois.
"Pelajaran" Pablois kedua mengajukan bahwa: "Meskipun itu benar dan penting dalam fase-fase pertama revolusi di negara-negara terbelakang untuk menekankan masalah pemenangan kemerdekaan nasional, mempersatukan negara dan menyelesaikan masalah agraris (yaitu, tugas-tugas bersejarah dari revolusi demokratis burjuis yang merupakan masalah yang paling penting di mata 80 percent sampai 90 percent populasi), itu adalah sangat penting untuk mengerti bahwa
Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 – Mencari Keadilan
penyelesaian tugas-tugas ini hanyalah mungkin bila kelas buruh, dalam persekutuan dengan para petani miskin, telah memenangkan kepemimpinan revolusi, mendirikan diktatur proletar dan petani miskin dan mendorong revolusi itu ke fase sosialisnya."
Dengan arah oportunis "dua fase", para Pablois mencoba untuk menghidupkan kembali teori "dua-tahap" Stalinis yang telah kehilangan kepercayaan, yang menuntut "fase sosialis" revolusi ditunda sampai selesainya revolusi demokratis dan nasional. Arahan para Pablois adalah kebalikan dari teori Revolusi Permanen Trotsky yang didasarkan atas sifat internasional revolusi sosialis dan peranan revolusioner proletariat internasional. Trotsky menekankan pelajaran inti dari Revolusi Rusia bahwa, dalam jaman ini, tugas-tugas demokratis dan nasional di negara-negara terbelakang dan tertindas hanya dapat dicapai melalui revolusi proletar dan penyebarannya ke seluruh dunia.
Seruan para Pablois untuk "diktatur proletar dan para petani miskin" mencoba untuk menghidupkan kembali formula "Bolshevik Lama" tentang "diktatur demokratis proletar dan petani" yang diganti oleh Lenin di tahun 1917. Lenin mengadopsi posisi Trotsky yang tegas bahwa proletariat adalah kelas revolusioner satu-satunya yang dapat memimpin para petani dan melaksanakan tugas-tugas demokratis dan sosialis negara-negara terbelakang sebagai bagian dari perjuangan kelas buruh seluruh dunia.
"Pelajaran" ketiga yang diajukan oleh para Pablois adalah:"Meskipun itu adalah penting untuk memenangkan basis rakyat seluas mungkin di desa-desa, sebuahpartai revolusioner yang dapat melaksanakan politik ini haruslah berdasarkan atas kader proletar kuat yang dididik secara menyeluruh dalam teori dan praktek revolusioner Marxis."
Sifat ganda dari "pelajaran" ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa itu ditujukan kepada para Stalinis. Penyebutan-penyebutan "kader proletar kuat" dan "teori Marxis" adalah palsu. Kenyataannya, "Sekretariat Tergabung" menasehatkan anggota-anggota kepemimpinan PKI yang selamat untuk mengambil jalan perang gerilya di daerah pedesaan. Pernyataan mereka menunjukkan harapan bahwa "apa yang tertinggal dari kepemimpinan dengan kader-kader partai yang selamat -- terutama yang berpendidikan terbaik, mereka yang dikuatkan oleh pengalaman mengerikan yang mereka alami dalam enam bulan terakhir -- akan mengambil jalan perang gerilya, jika hanya untuk pertahanan diri.
Mereka menganjurkan para Stalinis untuk berbelok ke perang gerilya yang meng- gunakan para petani, meniru para Maois di Cina. Maoisme adalah semacam Stalinis- me, berdasar atas permusuhan para petani terhadap kekuasaan kelas buruh. Berasal dari kekalahan revolusi Cina dan penghancuran keanggotaan buruh Partai Komunis Cina di tahun 1926-27, pembelokan Mao ke arah para petani menghasilkan aborsi di tahun 1949 revolusi Cina. Itu menghasilkan negara buruh yang sangat cacat di kelahirannya yang berdasarkan atas "blok empat kelas" Mao -- kelas burjuis nasional, kelas petit-burjuis urban, petani dan kelas buruh. Itu adalah doktrin ini yang memandu kebulatan tekad Aidit dari kepemimpinan PKI untuk mencegah sebuah revolusi sosialis proletar di Indonesia. Dalam kata-kata Aidit: "Kelas buruh, petani dan kelas petit-burjuis dan kelas burjuis nasional haruslah bergabung dalam satu front nasional".
Lifting the Curtain on the Coup of October 1 st 1965 – Suing for the Justice
Pamflet para Pablois adalah percobaan sinis untuk mengalihkan para buruh yang sadar akan kelasnya dari pelajaran yang paling penting dari pengkhianatan di Indonesia -- pentingnya untuk sebuah partai Trotskyis untuk mengalahkan para Stalinis dan pembantu-pembantu Pablois mereka yang berfungsi sebagai agen-agen petit-burjuis kontra-revolusioner dalam pergerakan rakyat. Hanya ada satu partai revolusioner, dulu dan sekarang, yang dapat membalas pengkhianatan di tahun 1965 dengan membimbing kelas buruh Indonesia ke kekuasaan -- sebuah seksi Indonesia Komite Internasional Internasional Keempat.