Jumlah kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1 persen sebesar 45 kab/kota
3. Jumlah kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1 persen sebesar 45 kab/kota
a. Penjelasan Indikator
Indikator ini digunakan untuk melihat jumlah kabupaten/kota yang berhasil dalam menurunkan prevalensi mikrofilaria (mf Rate) menjadi <1% melalui program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis selama 5 tahun berturut-turut.
b. Definisi operasional
Jumlah kab/kota yang telah selesai melakukan Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Filariasis selama 5 tahun berturut, kemudian 6 bulan setelahnya pada pemeriksaan darah jari berhasil menurunkan angka mikrofilaria (mf rate) menjadi < 1%.
c. Rumus/cara perhitungan
Akumulasi jumlah kab/kota endemis yang berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi < 1%.
d. Capaian indikator
Target indikator Laporan Kinerja tahun 2016 adalah 45 kabupaten/kota berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%, pada realisasi kinerja 2016 telah dicapai 46 kabupaten/kota yang berhasil menurunkan angka mikrofilaria < 1% dengan capaian 2016 sebesar 102.2% seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini.
Terjadi peningkatan jumlah kab/kota endemis filariasis yang berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1% dari tahun 2013-2016. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya komitmen kabupaten/kota dalam melaksanakan program pengendalian Filariasis melalui Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis selama 5 tahun berturut-turut sehingga dapat menurunkan angka mikrofilaria menjadi <1%
Sebelum suatu kabupaten/kota dinilai penurunan mikrofilarianya, kabupaten/kota tersebut harus melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis pada seluruh penduduk sasaran di kabupaten/kota tersebut selama 5 tahun berturut-turut dengan cakupan pengobatan minimal 65%. Berdasarkan hal tersebut, keberhasilan penurunan angka mikrofilaria sangat bergantung pada partisipasi masyarakat untuk minum obat filariasis. Kendala atau masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan POPM diantaranya kurangnya sosialisasi kepada masyarakat untuk minum obat pencegahan filariasis yang menyebabkan partisipasi masyarakat dalam minum obat, keterlambatan distribusi obat sampai ke kabupaten/kota sehingga pelaksanaan POPM mundur dari waktu yang telah ditentukan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat. Adapun kabupaten/kota yang dapat menurunkan angka mikrofilaria <1% adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kab/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria
<1 persen
NO
KAB/KOTA
NO
KAB/KOTA
1 Bangka Barat
24 Bekasi
2 Belitung
25 Kota Depok
3 Kota Dumai
26 Merauke
4 Lima Puluh Koto
27 Jayapura
5 Kota Bogor 28 Kota Bukit Tinggi 6 Kota Waringin Barat
29 Luwu Timur
7 Kota Gorontalo
30 Agam
8 Gorontalo 31 Tidore Kepulauan 9 Gorontalo Utara
32 Kuantan Singingi 10 Pahuwoto
33 Pesisir Selatan
11 Parigi Mountong 34 Tanjung Jabung Barat 12 Bombana
35 Sigi
13 Kolaka Utara
15 Polewali Mandar
38 Subang
16 Alor 39 Hulu Sungai Utara 17 Rote Ndao
19 Labuhan Batu
42 Mappi
20 Kota Serang
22 Tangerang Selatan 45 Pasaman Barat 23 Bandung
46 Deli Serdang 46 Deli Serdang
Indikator jumlah kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1 persen telah tercapai. Hal ini dipengaruhi oleh cakupan penduduk minum obat pencegahan filariasis terutama pada tahun 2016 yang semakin meningkat terutama dengan adanya kampaye Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA). Upaya tersebut sesuai dengan hasil penelitian para ahli yang menunjukkan bahwa cakupan minum obat yang efektif dapat menurunkan angka mikrofilaria. Selain itu, pembangunan fisik dan perkembangan di daerah-daerah endemis juga semakin meningkat sehingga mengurangi tempat-tempat perindukan nyamuk vektor filariasis.
f. Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator
1. Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) Salah satu upaya strategis yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian obat massal pencegahan (POPM) filariasis adalah dengan menjadikan bulan Oktober sebagai “Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA)”. Dengan adanya program bulan POPM Filariasis diharapkan seluruh lapisan masyarakat dari pusat hingga daerah tergerak dengan serempak mendukung POMP Filariasis di wilayahnya, seiring dengan pemahaman masyarakat yang semakin tinggi terhadap pentingnya program pengendalian filariasis di Indonesia.
2. Sosialisasi Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis secara Intensif Sosialisasi POPM Filariasis secara intensif dilaksanakan ke seluruh lapisan masyarakat serta Lintas Sektor dan Lintas Program terkait untuk meningkatkan cakupan dalam minum obat pencegahan Filariasis baik melalui pertemuan maupun melalui media KIE
3. Penyediaan Dana untuk kegiatan pengendalian dan Operasional POPM Filariasis melalui Dana Dekon.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
1) Kurangnya partisipasi masyarakat dalam minum obat sehingga cakupan POPM Filariasis masih dibawah target (< 65%).
2) Keterlambatan distribusi obat ke kabupaten/kota sehingga pelaksanaan POPM mundur dari waktu yang telah ditentukan.
3) Adanya efisiensi menyebabkan berkurangnya dukungan dana dekon dalam membiayai sosialisasi maupun operasional POPM Filariasis di daerah 3) Adanya efisiensi menyebabkan berkurangnya dukungan dana dekon dalam membiayai sosialisasi maupun operasional POPM Filariasis di daerah
1) Peningkatan promosi POPM Filariasis melalui media yang efektif dengan menggunakan pendekatan kearifan lokal.
2) Mempersiapkan SDM baik di tingkat pusat maupun daerah, konsolidasi, koordinasi serta upaya penguatan kapasitas lainnya.
3) Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis di tingkat provinsi, kabupaten, dan puskesmas.