Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) tertentu

12. Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) tertentu

a. Penjelasan indikator

Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global wajib diikuti oleh semua negara salah satunya adalah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit PD3I dapat dicegah dengan pemeberian imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang terbukti sangat cost efektif. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang saat ini menjadi program prioritas pemerintah adalah Tuberculosis, Hepatitis B, Polio, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hemophilus influenza type B serta campak, yang beberapa diantaranya sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dibeberapa daerah.

Surveilans yang berkualitas ditujukan untuk mengukur beban penyakit, mendeteksi wabah dan mengevaluasi dampak imunisasi untuk penyakit dapat dicegah dengan imunisasi, termasuk polio, campak, rubella, kongenital rubella syndrome (CRS), Difteri, Tetanus Neonatorum, Hepatitis B dan Pertusis.

PD3I merupakan komitmen global yang semua Negara mengikutinya termasuk Indonesia yaitu eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Campak, Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) serta kontrol Rubella/CRS. Eradikasi polio merupakan kesepakatan internasional yang ditetapkan sebagai salah satu resolusi dalam sidang WHA Mei 1988 untuk dicapai secara global pada tahun 2020. Sejalan dengan target global tersebut Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya untuk membebaskan setiap wilayahnya dari keberadaan virus polio, melalui pemberian imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi tambahan (PIN, Sub PIN, Mopping-up) pada anak balita, surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis), dan pengamanan virus polio di laboratorium (Laboratory Containtment). Pada tanggal 27 Maret 2014 Regio Asia Tenggara telah mendeklarasikan pernyataan bebas polio dimana Indonesia termasuk salah satu negara yang menerima sertifikat tersebut.

Selain pencapaian dalam hal eradikasi polio, Indonesia kini juga sedang bersiap menuju eliminasi campak pada tahun 2020 dan kontrol rubella/CRS tahun 2020. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk eliminasi campak dan control rubella/CRS tahun 2020 sesuai dengan target global yaitu: mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama lebih dari 95% di tingkat nasional dan Kota/Kota, menurunkan angka insiden campak menjadi kurang dari 5 per 1.000.000 penduduk setiap tahun dan mempertahankannya, menurunkan angka kematian campak minimal 95%, dan melakukan konfirmasi laboratorium campak 100% terhadap kasus-kasus klinis dari seluruh Kota/Kota.

Pada tahun 2016 Indonesia di validasi oleh Tim WHO dan Unicef dalam rangka pencapaian Eliminasi Tetanus Maternal Neonatal. Hasil dari validasi Indonesia di Pada tahun 2016 Indonesia di validasi oleh Tim WHO dan Unicef dalam rangka pencapaian Eliminasi Tetanus Maternal Neonatal. Hasil dari validasi Indonesia di

b. Definisi Operasional

Penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) tertentu adalah penurunan Kasus PD3I tertentu di seluruh provinsi dalam satu tahun dari baseline data tahun 2013, dinyatakan dalam persen. Yang dimaksud dengan PD3I tertentu yaitu Difteri, Campak Klinis, Tetanus Neonatorum dan Pertusis.

c. Rumus/cara perhitungan

Jumlah kasus PD3I tertentu pada baseline tahun 2013 - jumlah kasus PD3I tertentu pada tahun berjalan

x 100%

Jumlah kasus PD3I tertentu pada baseline tahun 2013

d. Capaian Indikator

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu meliputi difteri, tetanus neonatorum, campak, dan pertusis. Presentase penurunan kasus dihitung dati baseline data jumlah kasus tahun 2013, yaitu difteri 775 kasus, tetanus neonatorum 78 kasus, campak 11.521 kasus dan pertussis 4.681 kasus (per Desember 2014). Tahun 2016 (per 31 Desember 2017) tercatat kejadian difteri sebanyak 340 kasus, Tetanus neonatorum 14 kasus, campak 6.890 kasus dan pertusis 1.240 kasus. Pada tahun 2015 tercatat kajadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar 8.484 kasus. Terjadi penurunan kasus sebesar 8.571 kasus dengan presentase penurunan sebesar 50,26% dibandingkan angka kasus tahun 2013.

Grafik 3.22

Indikator Dan Realisasi Persentase Penurunan Kasus PD3I Tertentu

Tahun 2016

e. Analisa Keberhasilan

Tercapainya target ini antara lain didukung dengan adanya penguatan imunisasi rutin, penguatan surveilans PD3I, penguatan jejaring dan koordinasi mekanisme kerja antar lintas program dan sektor, peningkatan kapasitas petugas surveilans PD3I dan evaluasi pelaksanaan program surveilans PD3I di daerah dengan melakukan monitoring, pertemuan evaluasi dan melakukan feedback kinerja.

f. Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator

1) Menyelenggarakan peningkatan kapasitas petugas surveilans PD3I

2) Mempertahankan kinerja Surveilans AFP dan PD3I lainnya

3) Melakukan penguatan jejaring kerja surveilans PD3I dengan klinisi dan laboratorium

4) Melakukan pertemuan dengan Komite ahli Eradikasi Polio, Komite Surveilans AFP dan Komite Ahli Campak dan Rubela/CRS untuk mendapatkan rekomendasi untuk pencapaian indikator.

5) Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan kasus PD3I berbasis website

6) Monitoring dan Evaluasi surveilans PD3I

7) Melakukan feedback ke provinsi yang ditujukan ke gubernur cc kepala dinas kesehatan provinsi 7) Melakukan feedback ke provinsi yang ditujukan ke gubernur cc kepala dinas kesehatan provinsi

1) Cakupan Imunisasi yang belum tinggi dan merata di semua wilayah

2) Penggantian petugas yang tinggi sehingga belum terlatih.

3) Sebagian besar petugas surveilans PD3I memiliki tugas rangkap sehingga tidak fokus pada fungsinya.

4) Kondisi geografis yang sulit di jangkau sehingga petugas mengalami kesulitan saat melakukan PE.

5) Kurangnya komitmen dan dukungan pemerintah daerah baik provinsi dan kab/kota untuk program surveilans PD3I, dnegan penganggaran tidak berkelanjutan.

6) Penanggulangan KLB tidak tuntas dan efektif baik di tingkat provinsi maupun kab/kota sehingga kasus PD3I tetap ada.

7) Sistem pelaporan kasus fasyankes swasta belum terlibat.

h. Rencana Pemecahan Masalah

1) Penguatan / revitalisasi KOMITMEN pemerintah daerah

2) Mendorong Kepala Dinas dan jajarannya ikut memperkuat dan memantau kemajuan Erapo di wilayahnya

3) Advokasi pada pemerintah daerah tentang dukungan anggaran dan operasional surveilans PD3I.

4) Memberikan umpan balik rutin secara berjenjang

5) Mengusulkan kegiatan surveilans PD3I untuk daerah melalui dana dekon dan DAK/BOK

6) Melibatkan praktek swasta dalam penemuan kasus secara bertahap sereta mengaktifkan Surveilans Aktif RS (SARS) dan Hospital Record Review (HRR).

7) Meningkatkan peran jejaring organisasi profesi dalam case finding

8) Mengadakan pertemuan validasi data di setiap tingkat

9) Melakukan pelatihan penanggulangan KLB dan analisa data kepada Petugas Surveilans PD3I.

10) Melakukan pengkajian efektifitas penanggulangan KLB