Kondisi umum daerah (DDDT, geografis, demografis, aspek pelayanan umum, aspek daya saing daerah, dan keuangan daerah)

1. Kondisi umum daerah (DDDT, geografis, demografis, aspek pelayanan umum, aspek daya saing daerah, dan keuangan daerah)

a. Daya Dukung Daya Tampung (DDDT)

Berdasarkan Dokumen Studi Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Bandung yang dilakukan pada tahun 2012. 1) Daya dukung lahan pada tahun 2010 untuk wilayah Kota Bandung secara keseluruhan, status daya dukung lahannya sudah defisit (rasio 0,85). Hanya 7 kecamatan yang surplus (Kecamatan Lengkong, Gedebage, Panyileukan, Cinambo, Sumur Bandung, Bandung Wetan dan Cidadap). Dalam kurun waktu waktu 20 tahun yang akan datang tahun 2031, status daya dukung lahan untuk pengembangan perkotaan menunjukkan kondisi yang semakin defisit (Rasio 0,52). Semua kecamatan akan mengalami defisit kecuali Kecamatan Bandung Wetan. Alih fungsi lahan dan Intensitas pemanfaatan ruang yang melebihi DDDT lingkungan pada wilayah kecamatan diatas agar ada pengendalian dan pengawasan pada saat pengajuan IMB. 2) Daya dukung bahan pangan (beras), di Kota Bandung hanya terdapat lahan sawah irigasi teknis seluas 736 ha di 18 kecamatan dengan frekuensi tanam 2 hingga 3 kali per tahun sehingga luas tanam total 1.675 ha. Pemerintah Kota dapat mendistribusikan pangan beras ini kepada penduduk miskin secara merata. 3) Daya dukung air, untuk luasan jasa ekosistem penyediaan air bersih di Kota Bandung didominasi penyediaan air rendah, mencapai 88% atau mencakup luasan wilayah sebesar 14.235,15 ha. Sementara kondisi Sedang hanya 12% atau 1.891,12 ha. Untuk kondisi air tanah kritis, maka dapat dilakukan pemanfaatan potensi Debit hujan (Rain Haversting) yang jatuh di Kota Bandung dengan luas wilayah sebesar 167,31

km 2 dan curah hujan rata-rata sebesar 2371,64 mm/tahun adalah = 396,80 juta

m 3 /tahun = 12,94 m 3 /detik.

b. Kondisi Geografis

Secara geografis, Kota Bandung terletak di antara koordinat 6° 50’ 38‖-6° 58’ 50‖ LS dan 107° 33’ 34‖-107° 43’ 50‖ BT. Kota Bandung merupakan kota tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 675 – 1050 meter di atas permukaan laut (dpl). Luas Kota Bandung adalah sekitar 16.731 ha. Kota Bandung dengan wilayah di sekitarnya membentuk suatu cekungan yang biasa disebut dengan cekungan Bandung. Cekungan ini terletak di lima daerah administrasi kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan lima Kecamatan yang termasuk Kabupaten Sumedang. Sehingga Secara geografis, Kota Bandung terletak di antara koordinat 6° 50’ 38‖-6° 58’ 50‖ LS dan 107° 33’ 34‖-107° 43’ 50‖ BT. Kota Bandung merupakan kota tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 675 – 1050 meter di atas permukaan laut (dpl). Luas Kota Bandung adalah sekitar 16.731 ha. Kota Bandung dengan wilayah di sekitarnya membentuk suatu cekungan yang biasa disebut dengan cekungan Bandung. Cekungan ini terletak di lima daerah administrasi kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan lima Kecamatan yang termasuk Kabupaten Sumedang. Sehingga

c. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kota Bandung yang menempati 30 kecamatan adalah sebesar 2.497.938 jiwa. Kecamatan dengan jumlah kepadatan penduduk tertinggi terdapat

pada Kecamatan Bojongloa Kaler yaitu 39.817 jiwa/km 2 , serta Kecamatan dengan jumlah kepadatan penduduk terendah terletak pada Kecamatan Gedebage yaitu 3.732 jiwa/km 2 . Kecamatan Gedebage merupakan wilayah yang letak geografis wilayah Gedebage berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Tedapat jaringan jalan Arteri Primer dan jalan Kolektor Primer, meliputi Terusan Buahbatu, Terusan Kiaracondong, Cipagalo, Margacinta, dan Jalan Terusan Gedebage. Wilayah Gedebage merupakan lokasi yang strategis, sebab mempunyai tingkat aksesbilitas tinggi dicapai atau mencapai ke wilayah-wilayah lain baik di Kota Bandung maupun Kabupaten Bandung. Dapat disimpulkan walaupun kepadatan penduduk Kecamatan Gedebage rendah, namun letak Kecamatan Gedebage strategis. Kecamatan Gedebage juga menjadi Pusat Kegiatan Wilayah, dimana terdapatnya alun-alun gedebage. Pengelolaan di tingkat pendidikan dasar penyediaan pelayanan kesehatan dapat memperhatikan kebutuhan demografi per kecamatan. Dan dapat digunakan dalam perhitungan: 1) Ambang Batas dan Status Daya Dukung Penyedia Bahan Pangan yaitu meliputi Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan dan Kondisi Ketahanan Pangan, 2) Ambang Batas dan status Daya Dukung Penyedia Air Bersih yaitu meliputi Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih dan daya dukung air bersih untuk kebutuhan Kota Bandung, 3) Kapasitas Daya Dukung sampah.

d. Aspek Pelayanan Umum Kapasitas Daya Tampung Sampah

Sebagai pusat kegiatan nasional, Kota Bandung memiliki kawasan-kawasan dengan aktifitas tinggi dengan timbulan sampah melebihi 1.500 ton/hari dengan sumber terbesar adalah sampah organik. Tingkat pelayanan yang diukur berdasarkan jumlah timbulan sampah terangkut ke TPA Kota Bandung dengan timbulan sampah kota perkecamatan rata - rata mencapai 45.493,60

Kg/kecamatan/hari dan untuk rata – rata timbulan sampah peorang di Kota Bandung sekitar 0,55 kg/orang/hari, tingkat pelayanan baru mencapai 60%. Volume sampah di Kota Bandung sebesar 54.592,32 liter/tahun. TPA yang digunakan adalah TPA Sarimukti yang berlokasi di Desa Sarimukti Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan luas lahan ± 25 Ha. Sampah yang masuk ke TPA Sarimukti berasal dari Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. Pengelolaan sampah yang optimal merupakan suatu tantangan besar yang sekarang dihadapi hampir oleh seluruh kota besar di Indonesia, khususnya Kota Bandung, semakin besar rasio timbulan sampah per satuan unit lahan penimbunan, menunjukkan beban penimbunan semakin tinggi, dan merupakan salah satu indikasi diperlukannya lahan baru.