Urusan Penunjang
30. Urusan Penunjang
Penyelenggaraan urusan penunjang meliputi: Perencanaan Pembangunan, Penelitian Pengembangan, Keuangan, Kepegawaian serta Fungsi Penunjang lainnya. Permasalahan urusan penunjang terkait tata kelola pemerintahan di Kota Bandung, diantaranya mencakup 1) pelayanan publik, 2) akuntabilitas kinerja dan keuangan, 3) Keuangan daerah serta (4) dukungan teknologi informatika.
1. Berdasarkan survey kepuasan kualitas pelayanan publik di Kota Bandung pada
63 perangkat daerah tahun 2017, sebanyak 61 perangkat daerah yang memperoleh capaian IKM di atas 75,00. Akan tetapi kualitas pelayanan publik tetap menjadi orientasi penyelenggaraan pemerintahan Kota Bandung. Selain belum seluruh perangkat daerah mencapai kinerja yang baik, standar pelayanan di Kota Bandung perlu ditingkatkan lebih tinggi dan standar survei kepuasan masyarakat yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Terkait standar pelayanan publik di Kota Bandung perlu dilakukan reviu dalam rangka perbaikan berkelanjutan, mengingat standar yang dikeluarkan oleh Ombudsman RI masih berorientasi pada pemenuhan atau dimensi tangible. Permasalahan lainnya yang dirasakan oleh masyarakat adalah ketidaktepatan mekanisme, waktu, dan biaya layanan. Hal ini memerlukan perbaikan secara berkesinambungan.
2. Kinerja penyelenggaraan pemerintah Kota Bandung diantaranya melalui capaian nilai evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP), opini BPK terhadap laporan keuangan daerah, dan nilai laporan penyelenggaraan pemerintah darah (LPPD), dengan uraian sebagai berikut:
a. Capaian kinerja hasil evaluasi AKIP Kota Bandung pada tahun 2017 adalah 80,31 atau kategori ―A‖, capaian tersebut sudah sesuai dengan target RPJMD periode sebelumnya. Akan tetapi capaian tersebut cenderung
stagnan dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, yaitu sebesar 80,22 pada tahun 2015 dan 80,61 pada tahun 2016. Capaian tersebut tidak terlihat
Berdasarkan komponen akuntabilitas kinerja yang harus diperbaiki antara lain: komponen perencanaan, pengukuran, pelaporan, evaluasi, dan capaian kinerja.
b. Nilai LPPD Kota Bandung pada tahun 2017 adalah sebesar 3.3040 dengan kategori ―Sangat Tinggi‖, capaian tersebut melebihi target yang ditetapkan sebesar 3.0913 atau sebesar 106,88%. Capaian tersebut lebih tinggi b. Nilai LPPD Kota Bandung pada tahun 2017 adalah sebesar 3.3040 dengan kategori ―Sangat Tinggi‖, capaian tersebut melebihi target yang ditetapkan sebesar 3.0913 atau sebesar 106,88%. Capaian tersebut lebih tinggi
3. Pengelolaan Keuangan terkait kinerja tingkat penerimaan daerah melalui peningkatan pendapatan asli daerah. Realisasi pajak daerah tahun 2017 sebesar 90.62%, belum dapat memenuhi capaian yang ditargetkan. Adapun mata pajak yang tidak tercapai adalah : Pajak Hotel dengan persentase penerimaan sebesar 98.46%; Pajak Reklame dengan realisasi penerimaan sebesar 5.34%; Pajak Air Bawah Tanah dengan realisasi sebesar 91.11%; PBB target perubahan sebesar sebesar 93.90 %. Selain permasalahan PAD, pengelolaan keuangan terkait dengan Opini pemerintah Kota Bandung dengan audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2018 yang diberikan oleh BPK RI pada tahun 2017 mendapatkan opini WDP (Wajar dengan Pengecualian). Hal ini menunjukkkan tidak tercapainya target WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) pada tahun 2017. Tidak tercapainya target WTP terdapat pada tatanan pengelolaan asset Pemerintah Kota Bandung yang dirasakan masih belum baik.
4. Level kematangan smart city di Kota Bandung berdasarkan hasil survei Tim RKCI bersama ITB pada tahun 2017 berada pada kategori integrative dengan nilai 60,80%. Capaian ini perlu ditingkatkan ke level smart. Pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology) atau yang lebih dikenal dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang hampir tidak terpisahkan dan menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan oleh manfaat TIK yang dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas suatu aktifitas kegiatan. Melalui jaringan internet basis data, aplikasi bahkan sistem informasi terhubung satu sama lainnya membentuk jaringan yang jauh lebih kompleks. E-Gov, E-Health, E- Learning merupakan beberapa contoh sistem informasi layanan publik yang dibangun dengan basis internet. Namun demikian pemanfaatan yang optimal dari TIK belum sepenuhnya dapat tercapai. Salah satu penyebabnya adalah basis data dan aplikasi di- bangun menggunakan platform sistem informasi dan data yang berbeda- beda. Akibatnya suatu basis data atau sistem informasi belum tentu dapat saling berhubungan untuk melayani suatu kegiatan yang sifatnya terpadu.