Sikap Responden tentang Kebersihan Diri Tindakan Responden tentang Kebersihan Diri

diharapkan mencoba menciptakan suasana agar anak merasa senang untuk belajar dan sebisa mungkin menjadi pendampingan saat anak belajar.

5.2.2 Sikap Responden tentang Kebersihan Diri

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial Notoadmodjo, 2012. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 98,6 atau 74 orang responden menunjukkan sikap yang positif dalam kebersihan diri dan hanya 1,3 atau 1 orang responden yang menunjukkan sikap yang negatif. Sikap positif adalah sikap yang sesuai dengan yang diharapkan berupa menerima, bersahabat, ingin membantu, penuh inisiatif dan ingin bertindak sesuai dengan yang diharapkan Juanda, 2005. Sikap responden yang positif dapat dimungkinkan karena tingkat pendidikan dan mendapat informasi yang diperoleh dari media elektronik. Sikap yang positif dari siswa dalam kebersihan diri sejalan dengan tingkat pengetahuan siswa yang baik 58,6. Sesuai dengan pendapat Puwanto 2002 bahwa pengetahuan seseorang baik maka sikapnya juga positif. Hal ini didukung oleh Notoadmodjo 2003 sikap yang positif terhadap suatu objek baru akan muncul ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang objek tersebut. Dari hasil penelitian Shari 2006 di SDN 060895 Padang Bulan Medan, menunjukkan tidak terjadi perubahan sikap siswa Sd terhadap personal hygiene pada kelompok kontrol. Sikap siswa pada saat pretest sama dengan sikap siswa Universitas Sumatera Utara pada saat pstest. Perubahan sikap tidak terjadi pada kelompok kontrol karena pada kelompok ini responden tidak diberikan penyuluhan sehingga responden tidak mendapat informasi yang dapat menambah pengetahuannya tentang personal hygiene . Hal ini sesuai dengan Notoadmodjo 2003 yang mengatakan pengetahuan seseorang tentang suatu objek akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap objek tersebut.

5.2.3 Tindakan Responden tentang Kebersihan Diri

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas Notoadmodjo, 2012. Walaupun hasil pengetahuan siswa baik dan sikap siswa positif dalam kebersihan diri belum tentu pengetahuan dan sikap tersebut konsisten dengan tindakannya. Menurut Juanda 2005 sikap dan tindakan merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. Mengetahuai sikap tidak berarti dapat memprediksi tindakan yang dilakukan, ketika sikap seseorang positif, bisa saja tindakan yang diambil negatif atau sebaliknya. Tidak selamanya pengetahuan yang baik dan sikap positif menunjukkan tindakan yang baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan dari 44 orang responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan 74 orang responden yang bersikap positif hanya 29 orang responden yang menunjukkan tindakan baik dan sisanya 46 orang responden menunjukkan tindakan tidak baik. Dilihat dari jenis kelamin siswa, tindakan siswa tentang kebersihan diri laki-laki dan perempuan tidak baik yaitu laki-laki 26 orang 34,6 dan perempuan 20 Universitas Sumatera Utara orang 26,6. Siswa laki-laki lebih sering bermain di halaman sekolah dibandingkan siswa perempuan yang menghabiskan waktu istirahatnya di kelas. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Totih 2007 diperoleh hasil bahwa dalam kejadian skabies ternyata anak laki-laki lebih banyak yang menderita skabies sebanyak 53 responden laki-laki 80,3 dari 66 responden laki-laki, dibandingkan responden perempuan sebanyak 4 responden perempuan 9,1 dari 44 orang responden perempuan. Dari 46 orang responden kelas IV 18 orang 24, kelas V 15 orang 20, kelas VI 13 orang 17,3 menunjukkan tindakan tidak baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Luthfianti 2008 bahwa ada perbedaan yang signifikan perilaku mencuci tangan anak diantara ketiga jenjang kelas responden. Dari 75 orang responden orang tua yang berperan dalam kebersihan diri 37 orang responden 49,3 tetapi tindakan kebersihan diri responden tidak baik. Walaupun orang tua berperan dalam kebersihan diri responden, tindakan kebersihan diri responden juga dipengaruhi oleh lingkungan, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, menurut Notoatmodjo 2003, lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Dilihat dari pekerjaan orang tua responden, mayoritas orang tua responden bekerja sebagai petani sebanyak 32 orang 42,6. Hal ini karena orang tua responden yang bekerja sebagai petani seharian berada di sawah, dan kurang memperhatikan anaknya. Menurut penelitian oleh Tonny Universitas Sumatera Utara Sadjimin bahwa ada perbedaan kebersihan anak yang ibunya bekerja dengan anak yang ibunya tidak bekerja dan penelitian Fauziah 2004 bahwa pekerjaan ayah tidak berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat anak Luthfianti, 2008. Menurut penelitian tersebut, ibu sangat berperan dalam kebersihan anak. Penghasilan orang tua sebanyak Rp 850.000-1.700.000 dengan mayoritas menunjukkan tindakan tidak baik tentang perilaku kebersihan diri 41,3. Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan fasilitas dan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Hal ini di dukung Notoatmodjo 2003, status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang akan diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku atau tindakan seseorang. Hal ini juga didukung Potter Perry 2005, status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan perorangan. Sosila ekonomi yang rendah memungkinkan kebersihan perorangan yang rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktik hygiene seperti, sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi. Tingkat pengetahuan responden baik dan sikap responden me menunjukkan positif tetapi tindakan responden tidak baik hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fasilitas untuk melakukan tindakan kebersihan diri, dan praktek sosial seseorang tersebut. Universitas Sumatera Utara 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN