Gambaran Perilaku Kebersihan Diri Siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan

(1)

SKRIPSI

Oleh

Wenni Haryuni Nasution 121121065

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

i


(3)

(4)

i

Judul : Gambaran Perilaku Kebersihan Diri Siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan

Nama Mahasiswa : Wenni Haryuni Nasution

NIM : 121121065

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kebersihan diri adalah perawatan diri yang secara positif mempengaruhi kesehatan manusia yang dilakukan sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Permasalahan kesehatan anak banyak ditemukan pada periode anak sekolah, hal ini sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari. Permasalahan perilaku sehat pada anak biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku kebersihan diri siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Peneliti menggunakan desain deskriptif yang dilakukan selama Oktober 2013. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi data demografi, pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan kebersihan diri. Jumlah sampel sebanyak 75 responden, dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan siswa baik (58,6%), sikap siswa positif (99%) dan tindakan siswa tidak baik (61%). Untuk ini diharapkan agar siswa lebih meningkatkan kebersihan diri melalui tindakan kebersihan diri untuk mempertahankan kesehatan individu.

Kata Kunci : Kebersihan Diri, Pengetahuan, Sikap, Tindakan


(5)

Year : 2014

ABSTRACT

Self-cleanliness is the care of yourself, positively affecting human health activity who performed as the activities of everyday life. Children’s health issue found during the period of school children, it is very determining the quality of a child at a later date. Healthy behavior problems in children is usually associated with the individual and environmental hygiene such as brushing my teeth with good and true, the habit of hand washing using SOAP. This research aims to know the desckription of the behavior if ELEMENTARY SCHOOL student hygiene South Tapanuli Siamporik Village which includes the knowledge, attitudes and actions. Researchers use descriptive design was done during October 2013. Method of collecting data by using data that contains the demographic questioner, the question about the knowledge, attitudes and actions of self-hygiene. The number of sample as many as 75 respondents, using total sampling. The results showed a good level of knowledge of students (58,6%), positive student attitudes (99%), and student action is not good (61%). It is expected that students to further improve hygiene yourself through action to preserve the health of the individual hygiene.

Key words : Self-cleanliness, Knowledge, Attitude, Action  

           


(6)

iii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat, bimbingan, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Kebersihan Diri Siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan”.

Skripsi ini tidak akan terlaksana penulisannya tanpa ada dukungan, doa, kasih sayang, semangat dan motivasi setiap saat oleh kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. H. Eddi Iswandi Nasution, M.Pd dan Ibunda Dra. Hj. Nurhalima Ritonga yang telah merawat, mendidik, menyayangi, memperhatikan dan memberikan dukungan penuh, baik secara material dan non material. Penulis juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M. Biomed selaku penguji I


(7)

7. Adik tercinta Ahmad Rizal Nasution dan Wina Fajar Rahayu Nasution

8. Abang Febri Ade Putra Srg, S.Psi yang memberi semangat dan motivasi selama proses pengerjaan skripsi.

9. Kepada teman-teman saya Sari, Nuna, Wardah, Yunitha, Hijrah, Dessy, Ihsan, Syahidin yang memberikan masukan, dan semangat selama proses pengerjaan skripsi. Terkhusus buat teman-teman satu bimbingan Ayu Manalu, Ifan Pratama dan Bang Fendi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan, Februari 2014

Penulis,

Wenni Haryuni Nasution


(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PRAKATA . ... iii

DAFTAR ISI. ... v

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... ....1

1.2. Perumusan Masalah ... …4

1.3 Tujuan Penelitian ... …4

1.4 Manfaat Penelitian ... …5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku ... …6

2.1.1 Defenisi Perilaku ... …6

2.1.2 Respons terhadap Stimulus……… ... …6

2.1.3 Klasifikasi Perilaku………...7

2.1.4 Domain Perilaku……… ... ....8

2.2 Kebersihan ... 13

2.2.1 Pengertian Kebersihan Diri ... 13

2.2.2 Jenis-jenis Kebersihan Diri ... 13

2.2.3 Tujuan Perawatan Kebersihan Diri ... 19

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Diri ... 19

2.2.5 Dampak yang Timbul Masalah Kebersihan Diri ... 21


(9)

3.2 Defenisi Operasional ... 24

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 25

4.2 Populasi dan Sampel ... 25

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ... 26

4.4 Pertimbangan Etik ... 26

4.5 Instrumen Penelitian ... 27

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas ... 28

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 29

4.7 Analisa Data ... 29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian . ... 31

5.1.1 Karakteristik Responden . ... 31

5.1.2 Pengetahuan Responden Tentang Kebersihan Diri . ... 33

5.1.3 Sikap Responden Tentang Kebersihan Diri . ... 33

5.1.4 Tindakan Responden Tentang Kebersihan Diri . ... 33

5.2 Pembahasan . ... 34

5.2.1 Pengetahuan responden tentang kebersihan diri……….. 34

5.2.2 Sikap responden tentang kebersihan diri ………. 36


(10)

vii BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 40

6.2 Saran ……….... 40

6.2.1 Saran bagi Pendidikan Keperawatan ………... 40

6.2.2 Saran bagi Penelitian Selanjutnya ………... 40

6.2.3 Saran bagi Sekolah ……….. 41

DAFTAR PUSTAKA ... .. 42 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Riwayat Hidup


(11)

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah siswa kelas IV, V, VI SD Desa Siamporik Dolok ... 26

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan………. 32

Tabel 5.2 Pengetahuan responden tentang kebersihan diri……… 33

Tabel 5.3 Sikap responden tentang kebersihan diri………. 33

Tabel 5.4. Tindakan responden terhadap kebersihan diri……… 34  

                   


(13)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kebersihan diri adalah perawatan diri yang secara positif mempengaruhi kesehatan manusia yang dilakukan sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Permasalahan kesehatan anak banyak ditemukan pada periode anak sekolah, hal ini sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari. Permasalahan perilaku sehat pada anak biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku kebersihan diri siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Peneliti menggunakan desain deskriptif yang dilakukan selama Oktober 2013. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi data demografi, pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan kebersihan diri. Jumlah sampel sebanyak 75 responden, dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan siswa baik (58,6%), sikap siswa positif (99%) dan tindakan siswa tidak baik (61%). Untuk ini diharapkan agar siswa lebih meningkatkan kebersihan diri melalui tindakan kebersihan diri untuk mempertahankan kesehatan individu.


(14)

ii

Title : Description of the Behavior of Self Hygiene Students South Tapanuli Dolok Siamporik Village

Student Name : Wenni Haryuni Nasution Student number : 121121065

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Self-cleanliness is the care of yourself, positively affecting human health activity who performed as the activities of everyday life. Children’s health issue found during the period of school children, it is very determining the quality of a child at a later date. Healthy behavior problems in children is usually associated with the individual and environmental hygiene such as brushing my teeth with good and true, the habit of hand washing using SOAP. This research aims to know the desckription of the behavior if ELEMENTARY SCHOOL student hygiene South Tapanuli Siamporik Village which includes the knowledge, attitudes and actions. Researchers use descriptive design was done during October 2013. Method of collecting data by using data that contains the demographic questioner, the question about the knowledge, attitudes and actions of self-hygiene. The number of sample as many as 75 respondents, using total sampling. The results showed a good level of knowledge of students (58,6%), positive student attitudes (99%), and student action is not good (61%). It is expected that students to further improve hygiene yourself through action to preserve the health of the individual hygiene.

Key words : Self-cleanliness, Knowledge, Attitude, Action  

           


(15)

1.1Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan, karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang. Kebersihan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya disebabkan oleh kebersihan yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan diri adalah masalah yang kurang penting, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Mubarak & Chayatin, 2007).

Kebersihan diri adalah perawatan diri yang secara positif mempengaruhi kesehatan manusia yang dilakukan sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Lazimnya personal hygiene pada anak usia sekolah 6-12 tahun meliputi kebersihan tangan, kebersihan kuku dan kebersihan baju (Ardhiyarini, 2008 dalam Umy, 2010).

Permasalahan kesehatan anak banyak ditemukan pada periode anak sekolah, hal ini sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi perilaku hidup sehat, gangguan infeksi, gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan perilaku sehat pada anak biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri (Anonim, 2007 dalam Diliani, 2011).


(16)

2

Kebersihan diri (personal hygiene) menjadi penting karena kebersihan diri yang baik akan meminimalkan mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Kebersihan diri merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti: mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamana, dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri (Saryono & Widianti, 2011).

Munculnya sebagian penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, ternyata berkaitan perilaku hidup bersih. Perilaku hidup bersih dan sehat upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, dan pemberdayaan masyarakat. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat adalah kebersihan diri (personal hygiene), dalam hal ini meliputi kebiasaan atau perilaku buang air besar (BAB) dan perilaku benar mencuci tangan (Riskesdas, 2007).

Hasil survei kebersihan diri dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2005 didapatkan persentase kurangnya kebersihan diri di kabupaten Tapanuli Utara (66,67%), Tapanuli Selatan (55%), Nias (52,17%), Labuhan Batu (45,59%), Asahan (45,58%), Tapanuli Tengah (45,33%), Deli Serdang (39,56%) dan Padangsidimpuan (32,23%).


(17)

Hasil Riskesdas tahun 2007, di Provinsi Sumatera Utara perilaku BAB di jamban proporsinya mencapai 76,2%. Perilaku cuci tangan dengan benar sangat bervariasai menurut kabupaten/kota dengan rata-rata 14,5%. Bila dilihat perilaku BAB yang benar berdasarkan kabupaten/kota yang tertinggi, secara berurutan adalah Kota Binjai (99,6%), Pematang Siantar (98,2%) dan Medan 96%, sedangkan yang terendah secara berurutan adalah Kabupaten Tapanuli Selatan (30,4%), Mandailing Natal (37,3%) dan Samosir (46,4%). Perilaku cuci tangan dengan benar secara berurutan dari yang tertinggi adalah Kabupaten Nias (45,8%), Nias Selatan (40%) dan Binjai (31,4%), sedangkan yang terendah secara berurutan adalah Tapanuli Utara (0,1%), Tapanuli Tengah (8,7%), Tapanuli Selatan (15,8%) dan Medan (24,6%).

Hasil penelitian Fitria (2012) mengatakan bahwa perilaku personal hygiene siswa yang menjadi faktor resiko kecacingan antara lain kebersihan kuku, penggunaan alas kaki dan kebiasaan cuci tangan. Dari kuesioner dan observasi di lapangan menunjukkan sebagian besar responden memiliki personal hygiene yang tidak baik. Kebersihan kuku siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 43% siswa yang baik dan 57% siswa yang tidak baik. Penggunaan alas kaki siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 42% siswa yang baik dan 58% siswa yang tidak baik. Kebiasaan cuci tangan siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 37% siswa yang baik dan 63% siswa yang tidak baik. Personal hygiene siswa berdasarkan kriteria kebersihan kuku, penggunaan alas kaki dan kebiasaan cuci tangan siswa adalah sebanyak 28% siswa baik dan 72% siswa yang tidak baik.


(18)

4

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri Siamporik Dolok Tapanuli Selatan, terdapat 10 siswa memakai pakaian tidak rapi, 20 orang bau badan yang tidak enak, 5 orang ingus masih dilap ke baju, 7 orang kuku panjang dan hitam, 25 orang jarang menggosok gigi sebelum tidur, 15 orang tidak mencuci tangan sebelum jajan dari 30 siswa kelas IV SD Negeri Siamporik Dolok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang perilaku kebersihan diri pada siswa SD Negeri Siamporik Dolok. Dengan penelitian ini peneliti dapat mengetahui bagaimana tingkat kebersihan diri pada siswa SD.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku kebersihan diri siswa SD desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perilaku kebersihan diri pada siswa SD yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan siswa SD tentang kebersihan diri 2. Mengetahui sikap siswa SD tentang kebersihan diri 3. Mengetahui tindakan siswa SD tentang kebersihan diri


(19)

1.4Manfaat Penelitian 1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat komunitas tentang perilaku kebersihan diri siswa SD untuk lebih meningkatkan pelaksanaan program UKS di sekolah, melalui kerjasama dengan puskesmas.

2. Pendidikan keperawatan

Sebagai sumber informasi bagi pendidikan keperawatan dan dapat diintegrasikan pada keperawatan komunitas.

3. Pada siswa SD

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan pengetahuan bagi siswa SD tentang perilaku kebersihan diri.

4. Untuk penelitian selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan program UKS.

               


(20)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

2.1.1 Defenisi Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Dari bentuk respons terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka ( overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.


(21)

2.1.3 Klasifikasi Perilaku

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu:

1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat. Misalnya


(22)

8

bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, dan pembuangan limbah.

2.1.4 Domain Perilaku a. Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Bloom 1908 dalam Notoadmodjo 2012, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni tahu (know) yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Memahami (comprehension) yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Analisis (analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi


(23)

masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan. Sintesis (synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dan dapat menyesuaikan. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2012). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (questioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo , 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

1. Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahaminya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.

2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.


(24)

10

3. Umur, bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis, aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya.

6. Informasi, kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru. b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Ciri-ciri sikap adalah

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari. Sikap dapat berubah - ubah karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila


(25)

terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

b. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.

c. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merapakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni menerima (receiving) yaitu bahwa orang mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan seegala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2012). Sikap itu terdiri dari tiga komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalam faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.


(26)

12

c. Praktik atau Tindakan (practice)

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yakni respons terpimpin (guided response) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama. Mekanisme (mechanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua. Adopsi (adoption) yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoadmodjo, 2012). Faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status social, jenis kelamin, ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.

3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan dan lingkungan.


(27)

2.2 Kebersihan Diri

2.2.1 Pengertian Kebersihan Diri

Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

2.2.2 Jenis-jenis Kebersihan Diri

Jenis-jenis kebersihan diri dapat meliputi beberapa hal, yaitu: a. Kulit

Umumnya, kulit dibersihkan dengan cara mandi. Dalam memilih dan memakai sabun, make-up, deodorant, dan sampo hendaknya pilih produk yang yang tidak menimbulkan rasa perih/iritasi. Kulit anak-anak cenderung lebih tahan terhadap trauma dan infeksi. Meski demikian kita harus rutin membersihkannya karena anak sering sekali buang air besar dan senang bermain dengan kotoran (Mubarak & Chayatin, 2007).

Masalah yang sering terjadi pada kulit: kulit kering, jerawat, hirsutisme (pertumbuhan rambut badan dan muka yang berlebih terutama pada wanita), ruam kulit dan abrasi (lapisan epidermis yang hancur atau terpotong sehingga terjadi perdarahan local dan mengeluarkan cairan serosa (Saryono & Widianti, 2011).

Cara perawatan kulit adalah:

1. Biasakan mandi minimal dua kali sehari atau setelah beraktivitas. 2. Gunakan sabun yang tidak bersifat iritasi.

3. Sabuni seluruh tubuh, terutama pada area lipatan kulit seperti sela-sela jari, ketiak, belakang telinga.


(28)

14

5. Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah, tangan, badan, hingga kaki.

(Mubarak & Chayatin, 2007) b. Kaki, tangan, dan kuku

Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah usang dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Indonesia adalah Negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan dan untuk kebutuhan toileting. Oleh karena itu butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku.

1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan, setelah dari kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci tangan harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan.

2. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari.

3. Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, saat menyiapkan makanan.

(Webhealthcenter, 2006 dalam Shari 2006).


(29)

Kuku terdiri atas jarinagan epitel. Badan kuku adalah bagian yang tampak sebelah luar, sedangkan akarnya terletak didalam lekuk kuku tempat kuku tumbuh dan mendapat makanan. Kuku yang sehat berwarna merah muda. Cara-cara merawat kuku:

1. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus.

2. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan kulit disekitar kuku.

3. Jangan membersihkan kotoran dengan benda tajam, sebab akan merusak jaringan di bawah kuku.

4. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan.

5. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu.

6. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku. (Mubarak & Chayatin, 2007).

c. Rambut

Rambut yang sehat terlihat mengilap, tidak berminyak, tidak kering, atau tidak mudah patah. Pertumbuhan rambut bergantung pada keadaan umum tubuh. Normalnya, rambut tumbuh karena mendapat suplai darah dari pembuluh-pembuluh darah disekitar rambut. Beberapa hal yang dapat menggangu pertumbuhan rambut antara lain panas dan kondisi malnutrisi (Mubarak & Chayatin, 2007).


(30)

16

Masalah yang sering terjadi apabila tidak merawat rambut: ketombe, kehilangan rambut, kutu pada rambut, kutu pada badan seperti di ketiak, kutu pada daerah kemaluan (Saryono & Widianti, 2011).

Cara-cara merawat rambut:

1. Cuci rambut satu-dua kali seminggu atau seseuai kebutuhan dengan memakai sampo yang cocok.

2. Pangkas rambut agar terlihat rapi.

3. Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut dengan minyak.

4. Jangan gunakan sisir bergigi tajam karena bisa melukai kulit kepala.

5. Pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut.

6. Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung hingga kepangkal dengan pelan dan hati-hati.

(Mubarak & Chayatin, 2007). d. Gigi dan Mulut

Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Selain gigi dan lidah, ada pula saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Mulut merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri, karenanya harus selalu dibersihkan. Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan manis, menggit benda keras dan kebersihan mulut yang kurang (Mubarak & Chayatin, 2007).


(31)

Masalah yang sering terjadi pada mulut: karies gigi, plak, penyakit periodontal merupakan penyakit jaringan sekitar gigi dan bau nafas (Saryono & Widianti, 2011).

Cara merawat gigi dan mulut:

1. Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam.

2. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras (mis. membuka tutup botol).

3. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah. 4. Menyikat gigi setelah makan dan khususnya sebelum tidur.

5. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, kecil sehinnga dapat menjangkau bagian yang dalam gigi.

6. Memeriksakan gigi secara teratur setiap enam bulan. (Mubarak & Chayatin, 2007).

e. Mata

Tujuan menjaga kebersihan mata adalah untuk mempertahankan kesehatan mata dan mencegah infeksi. Mata yang sehat akan tampak jernih dan bersih dari kotoran. Kotoran mata dapat menempel pada bulu mata dan sudut mata. Cara merawat mata:

1. Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut bagian luar. 2. Saat mengusap mata, gunakanlah kain yang paling bersih dan lembut. 3. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran.


(32)

18

5. Bila mata sakit cepat periksakan ke dokter. (Mubarak & Chayatin, 2007).

f. Hidung

Cara merawat hidung:

1. Jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda kecil.

2. Jangan biarkan benda kecil masuk kedalam hidung, sebab nantinya dapat terhisap dan menyumbat jalan napas serta menyebabkan luka pada membran mukosa.

3. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara perlahan dengan membiarkan kedua lubang hidung tetap terbuka.

4. Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan menggunakan jari karena dapat mengiritasi mukosa hidung.

(Mubarak & Chayatin, 2007). g. Telinga

Kebersihan telinga mempunyai implikasi terhadap ketajaman pendengaran, bila benda asing berkumpul pada liang telinga luar maka akan rentan terhadap masalah telinga. Masalah yang sering terjadi pada telinga adalah infeksi telinga (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Saat membersihkan telingan bagian luar, hendaklah kita memerhatikan telingan bagian dalam. Cara-cara merawat telinga:

1. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara pelan dengan menggunakan penyedot telinga.


(33)

2. Bila menggunakan air yang sisemprotkan, lakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air yang berlebihan.

3. Aliran air yang masuk hendaklah di arahkan ke saluran telinga dan bukan langsung ke gendang telinga.

4. Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk membersihakan kotoran telinga karena dapat menusuk gendang telinga.

(Mubarak & Chayatin, 2007).

2.2.3 Tujuan Perawatan Kebersiahan Diri atau personal hygiene

Tujuan perawatan kebersihan diri yaitu memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Mubarak & Chayatin, 2008).

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kebersihan diri a. Praktek sosial

Kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi praktek sosial sesorang. Selama masa anak-anak, kebiasaan keluarga mempengaruhi praktik hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi, dan jenis hygiene mulut.

b. Citra tubuh

Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik kebersihan seseorang. Ketika seorang perawat dihadapkan pada klien yang tampak berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya


(34)

20

hygiene untuk kesehatan, selain itu dibutuhkan juga kepekaan perawat untuk melihat kenapa hal ini bisa terjadi, apakah memang kurang/ ketidaktauan klien akan kebersihan perorangan atau ketidakmampuan klien dalam menjalankan praktik kebersihan dirinya, hal ini bisa dilihat dari partisipasi klien dalam hygiene harian.

c. Status sosial ekonomi

Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktek kebersihan perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan kebersihan perorangan yang rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktek hygiene seperti, sabun, sampo, sikat gigi dan pasta gigi.

d. Pengetahuan dan motivasi

Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktek hygiene seseorang. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam pelaksanaan hygiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang perawat yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah mendiskusikan dengan klien, memeriksa kebutuhan praktek hygiene klien dan memberikan informasi yang tepat dan adekuat kepada klien, tetapi bagaimanapun juga kembalinya adalah klien, bahwa klienlah yang berperan penting dalam menentukan kesehatan dirinya.

e. Variabel budaya

Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi perawatan hygiene seseorang. Di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan


(35)

sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu. Beberapa budaya juga memungkinkan juga menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting. Dalam hal ini sebagai seorang perawat jangan menyatakan ketidaksetujuan jika klien memiliki praktek hygiene yang berbeda dari nilai-nilai perawat, tetapi diskusikan nilai-nilai standar kebersihan yang bias dijalankan oleh klien.

f. Pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk yang berbeda (misalnya, sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadi.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya (Potter & Perry, 2005).

2.2.5 Dampak yang sering Timbul pada masalah kebersihan diri atau personal hygiene

a. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.


(36)

22

b. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan kebersihan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial (Isro’in & Andarmoyo, 2012).  

                                     


(37)

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat merekomendasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel. Kerangka konsep membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2003). Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran perilaku kebersihan diri anak SD desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan.

3.2 Kerangka Penelitian

Berdasarkan konsep di atas, maka peneliti membuat kerangka penelitian seperti skema di bawah ini:

Skema 1: Kerangka Penelitian Perilaku Kebersihan Diri:

- Pengetahuan -Baik -Cukup -Kurang - Sikap

-Positif -Negatif - Tindakan

-Baik -Tidak Baik


(38)

24

3.3 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. 2. 3. Pengetahuan Sikap Tindakan

Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami tentang kebersihan diri, meliputi defenisi, tujuan dan perawatan diri responden secara menyeluruh pada siswa SD Siamporik Dolok.

Hal-hal yang menggambarkan

penerimaan, merespon, menghargai,

bertanggung jawab akan apa yang sudah dilakukan oleh siswa SD Siamporik Dolok.

Pelaksanaan responden dalam pemeliharaan kebersihan diri pada siswa SD Siamporik Dolok. Kuisioner Kuisioner Kuisioner -Baik 14-20 -Cukup 7-13 -Kurang 0-6 -Positif 31-40 -Negatif 20-30 -Baik 44-66 -Tidak Baik 22-43 Ordinal Ordinal Ordinal              


(39)

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif. Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku kebersihan diri siswa SD desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas IV, V, VI, Siamporik Dolok Tapanuli Selatan yaitu sebanyak 75 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 75 orang siswa. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini secara total sampling. Menurut Arikunto (2010), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua.


(40)

26

Tabel 4.1: Jumlah siswa SD kelas IV, V, VI Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan

No Kelas Jumlah Siswa

1. Kelas IV 30 orang

2. Kelas V 23 orang

3. Kelas VI 22 orang

Jumlah 75 orang

Sumber: Guru SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Siamporik Dolok Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada 24 s/d 26 Oktober 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan izin dari kepala sekolah SD Siamporik Dolok. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan masalah etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan, manfaaat dan prosedur pelaksanaan penelitian. Responden berhak untuk menentukan sendiri kesedian berpartisispasi sampai akhir penelitian ini selesai atau menarik diri dari penelitian walaupun penelitian berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum dengan jelas dalam informed consent yang berupa pernyataan persetujuan partisipasi yang


(41)

ditandatangani oleh responden sebelum penelitian dilaksanakan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Instrumen penelitian berupa kuisioner terdiri dari data demografi, pengetahuan, sikap, tindakan.

Data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi no responden, jenis kelamin, kelas, suku, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, dan peran keluarga.

Kuesioner pengetahuan 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban: A, B, C, dengan kategori, ‘benar’ nilainya 1 dan ‘salah’ nilainya 0. Pertanyaan nomor 1 tentang defenisi kebersihan diri, pertanyaan nomor 2 tentang tujuan kebersihan diri, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 tentang jenis-jenis kebersihan diri.

Kuesioner sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa SD tentang kebersihan diri. Kuesioner sikap 20 pernyataan dengan menggunakan skala likert dengan menggunakan pernyataan positif nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 16, 18, 19, 20 dan negatif nomor 5, 11, 12, 14, 15, 17. Pernyataan positif, tidak setuju bernilai 1, setuju bernilai 2 dan pernyataan negatif, tidak setuju bernilai 2, setuju bernilai 1.

Kuesioner tindakan 22 pernyataan dengan menggunakan skala Likert dengan menggunakan pernyataan positif nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,


(42)

28

16, 17, 18, 19, 20, 22 dan pernyataan negatif nomor 8 dan 21. Pernyataan positif sering bernilai 3, kadang-kadang bernilai 2, tidak pernah bernilai 1 dan pernyaan negatif sering bernilai 1, kadang-kadang bernilai 2, tidak pernah bernilai 3.

4.6 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Instrumen pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Uji validitas menggunakan validitas isi. Uji validitas dilakukan oleh satu orang yang ahli di bidanganya.

Uji reabilitas instrument menunjukan pada sutu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Uji reabilitas dalam penelitian ini dilakukan pada 10 responden siswa SD sekolah lain dengan kriteria yang sama dengan siswa SD yang akan diteliti. Test reabilitas pengetahuan menggunakan KR-21 nilai r11 (0,735) di atas r tabel (0,7). Reabilitas sikap menggunakan cronbac alpa dengan nilai 0,771 dan reabilitas tindakan dengan nilai 0,763.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama bulan Oktober 2013 dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi gambaran perilaku kebersihan diri siswa SD. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara:

a. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(43)

b. Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di SD Siamporik Dolok.

c. Setelah mendapatkan izin, penelitian melaksakan pengumpulan data.

d. Mengumpulkan siswa kelas IV, V, VI, di kelas masing-masing yang menjadi responden.

e. Menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian.

f. Meminta kesedian responden untuk mengikuti penelitian.

g. Setelah mendapatkan persetujuan responden, pengumpulan data dimulai. h. Peneliti menganalisa data.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah kuesioner dikumpulkan oleh peneliti, dan diolah melalui beberapa tahapan berdasarkan Notoatmodjo (2010). Tahapan pertama Editing, yaitu peneliti memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan agar dapat dipastikan bahwa responden telah mengisi semua kuesioner. Jika terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data maka dilakukan pendataan ulang. Tahapan kedua Coding, yaitu peneliti melakukan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehinggga memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Tahapan ketiga Entry atau Processing, yaitu peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer dengan menggunakan sistem komputerisasi. Tahapan keempat Cleaning, yaitu peneliti mengecek kembali data yang sudah dientri, apakah ada


(44)

30

kesalahan atau tidak. Tahapan kelima saving, yaitu peneliti menyimpan data untuk siap dianalisa.

Data dianalisa dengan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan perilaku kebersihan diri siswa SD. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat, yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pengolahan data perilaku kebersihan siswa SD, dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel.

                             


(45)

5.1

Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran perilaku siswa SD Desa Siamporik Dolok. Jumlah responden yang yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 75 orang. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku kebersihan diri siswa SD Desa Siamporik Dolok.

5.1.1. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, didapatkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki 56% dan perempuan 44%. Sedangkan untuk kelas IV 40%, kelas V 30,6%, dan kelas VI 29,3% . Untuk karekteristik suku responden mayoritas suku Batak sebanyak 97,3%, suku Jawa 1,3%, dan suku Minang 1,3%. Berdasarkan pekerjaan orang tua responden mayoritas petani sebanyak 72%, pedagang 25,3%, PNS 1,3%, dan Peg.swasta 1,3% . Penghasilan orang tua responden mayoritas sebesar Rp 850.000 – Rp 1.700.000,- sebanyak 69,3%, Rp 1.700.000 – Rp 2.500.00,- sebanyak 25,3%, dan Rp < 850.000 sebanyak 5,3%. Untuk kategori peran orang tua terhadap responden mayoritas responden mengatakan ya (orang tua berperan) sebanyak 82,6%, dan sebanyak 17,3% responden mengatakan tidak (orang tua tidak berperan). Hasil penelitian tentang karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1


(46)

32

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan

No. Karakteristik Frekuensi (N) Persentase% 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Kelas IV V VI Suku Batak Jawa Minang

Pekerjaan Orang Tua Peg.Negeri

Peg.Swasta Pedagang Petani

Penghasilan Orang Tua Rp < 850.000,-

Rp 850.000 – Rp 1.700.000,- Rp 1.700.000 – Rp 2.500.000,-

Peran Orang Tua Ya Tidak 42 33 30 23 22 73 1 1 1 1 19 54 4 52 19 62 13 56,0 44,0 40,0 30,7 29,3 97,3 1,3 1,3 1,3 1,3 25,3 72,0 5,3 69,3 25,3 82,7 17,3


(47)

5.1.2 Pengetahuan responden tentang kebersihan diri

Hasil penelitian tentang kebersihan diri siswa dapat dilihat pada tabel 5.2 yang menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden baik yaitu 44 orang (58,6%).

Tabel 5.2 Pengetahuan responden tentang kebersihan diri

Kategori Frekwensi(N) Persentasi Baik

Cukup Kurang

44 29 2

58,6% 38,6% 2,6%

5.1.3 Sikap responden tentang kebersihan diri

Hasil penelitian tentang kebersihan diri siswa dapat dilihat pada tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa sebagian besar sikap responden positif yaitu 74 orang (98,6%).

Tabel 5.3 Pengetahuan responden tentang kebersihan diri

Kategori Frekwensi (N) Persentasi Positif

Negatif

74 1

99% 1%

5.1.4 Tindakan responden tentang kebersihan diri

Hasil penelitian tentang tindakan kebersihan diri siswa dapat dilihat pada tabel 5.4 yang menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan responden tidak baik yaitu 46 orang (61%).


(48)

34

Tabel 5.4. Sikap responden terhadap kebersihan diri berdasarkan kategori

Kategori Frekwensi (N) Persentasi

Tindakan baik Tindakan tidak baik

29 46

39% 61%

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Responden tentang Kebersihan Diri

Menurut Bloom 1908 dalam Notoadmodjo 2012, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar tingkat pengetahuan responden baik yaitu 58,6% dan responden dengan tingkat pengetahuan cukup 38,6%. Dari 75 responden kelas V sebanyak 22,6% dan kelas VI sebanyak 25,3% memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan tingkat pengetahuan cukup pada kelas IV sebanyak 28%. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2012) yang mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengalaman, umur, minat, dan informasi. Lingkungan juga memberikan pengaruh bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya


(49)

makin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun responden masih Sekolah Dasar tetapi jika ia mendapakant informasi yang baik tentang kebersihan diri dari berbagai media misalnya TV maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Dilihat dari jenis kelamin responden, mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56% dan perempuan sebanyak 44%. Tingkat pengetahuan perempuan lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh siswa perempuan lebih rajin belajar, membaca buku dan bertanya tentang hal-hal atau sesuatu yang belum diketahuinya (lebih aktif). Sedangkan siswa laki-laki lebih fokus pada aktivitas di luar (bermain). Hasil penelitian berdasarkan suku responden, mayoritas responden berasal dari suku batak yaitu 73 orang (97,3%). Tingkat pengetahuan responden suku batak baik sebanyak 43 orang (57,3%) dan tingkat pengetahuan cukup hanya 28 orang (37,3%). Hasil penelitian Sihombing (2008) bahwa peran ibu didalam keluarga dari ibu bersuku batak dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan menunjukkan bahwa 83,9% responden selalu mengingatkan anak belajar, 51,6% responden selalu membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah dan 35,5% responden selalu memberi hadiah bila anak berprestasi di sekolah. Dilihat dari peran orang tua responden, orang tua berperan terhadap kebersihan anaknya sebanyak 38 orang (50,6%) dengan tingkat pengetahuan baik dan yang berada pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (29,3%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunarsa (2000) yang mengatakan bahwa seorang ibu


(50)

36

diharapkan mencoba menciptakan suasana agar anak merasa senang untuk belajar dan sebisa mungkin menjadi pendampingan saat anak belajar.

5.2.2 Sikap Responden tentang Kebersihan Diri

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmodjo, 2012).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 98,6% atau 74 orang responden menunjukkan sikap yang positif dalam kebersihan diri dan hanya 1,3% atau 1 orang responden yang menunjukkan sikap yang negatif. Sikap positif adalah sikap yang sesuai dengan yang diharapkan berupa menerima, bersahabat, ingin membantu, penuh inisiatif dan ingin bertindak sesuai dengan yang diharapkan (Juanda, 2005). Sikap responden yang positif dapat dimungkinkan karena tingkat pendidikan dan mendapat informasi yang diperoleh dari media elektronik. Sikap yang positif dari siswa dalam kebersihan diri sejalan dengan tingkat pengetahuan siswa yang baik (58,6%). Sesuai dengan pendapat Puwanto (2002) bahwa pengetahuan seseorang baik maka sikapnya juga positif. Hal ini didukung oleh Notoadmodjo (2003) sikap yang positif terhadap suatu objek baru akan muncul ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang objek tersebut.

Dari hasil penelitian Shari (2006) di SDN 060895 Padang Bulan Medan, menunjukkan tidak terjadi perubahan sikap siswa Sd terhadap personal hygiene pada kelompok kontrol. Sikap siswa pada saat pretest sama dengan sikap siswa


(51)

pada saat pstest. Perubahan sikap tidak terjadi pada kelompok kontrol karena pada kelompok ini responden tidak diberikan penyuluhan sehingga responden tidak mendapat informasi yang dapat menambah pengetahuannya tentang personal hygiene. Hal ini sesuai dengan Notoadmodjo (2003) yang mengatakan pengetahuan seseorang tentang suatu objek akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap objek tersebut.

5.2.3 Tindakan Responden tentang Kebersihan Diri

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Notoadmodjo, 2012). Walaupun hasil pengetahuan siswa baik dan sikap siswa positif dalam kebersihan diri belum tentu pengetahuan dan sikap tersebut konsisten dengan tindakannya. Menurut Juanda (2005) sikap dan tindakan merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. Mengetahuai sikap tidak berarti dapat memprediksi tindakan yang dilakukan, ketika sikap seseorang positif, bisa saja tindakan yang diambil negatif atau sebaliknya.

Tidak selamanya pengetahuan yang baik dan sikap positif menunjukkan tindakan yang baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan dari 44 orang responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan 74 orang responden yang bersikap positif hanya 29 orang responden yang menunjukkan tindakan baik dan sisanya 46 orang responden menunjukkan tindakan tidak baik. Dilihat dari jenis kelamin siswa, tindakan siswa tentang kebersihan diri laki-laki dan perempuan tidak baik yaitu laki-laki 26 orang (34,6%) dan perempuan 20


(52)

38

orang (26,6%). Siswa laki-laki lebih sering bermain di halaman sekolah dibandingkan siswa perempuan yang menghabiskan waktu istirahatnya di kelas. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Totih (2007) diperoleh hasil bahwa dalam kejadian skabies ternyata anak laki-laki lebih banyak yang menderita skabies sebanyak 53 responden laki-laki (80,3%) dari 66 responden laki-laki, dibandingkan responden perempuan sebanyak 4 responden perempuan (9,1%) dari 44 orang responden perempuan.

Dari 46 orang responden kelas IV 18 orang (24%), kelas V 15 orang (20%), kelas VI 13 orang (17,3%) menunjukkan tindakan tidak baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Luthfianti (2008) bahwa ada perbedaan yang signifikan perilaku mencuci tangan anak diantara ketiga jenjang kelas responden. Dari 75 orang responden orang tua yang berperan dalam kebersihan diri 37 orang responden (49,3%) tetapi tindakan kebersihan diri responden tidak baik. Walaupun orang tua berperan dalam kebersihan diri responden, tindakan kebersihan diri responden juga dipengaruhi oleh lingkungan, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, menurut Notoatmodjo (2003), lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Dilihat dari pekerjaan orang tua responden, mayoritas orang tua responden bekerja sebagai petani sebanyak 32 orang (42,6%). Hal ini karena orang tua responden yang bekerja sebagai petani seharian berada di sawah, dan kurang memperhatikan anaknya. Menurut penelitian oleh Tonny


(53)

Sadjimin bahwa ada perbedaan kebersihan anak yang ibunya bekerja dengan anak yang ibunya tidak bekerja dan penelitian Fauziah (2004) bahwa pekerjaan ayah tidak berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat anak (Luthfianti, 2008). Menurut penelitian tersebut, ibu sangat berperan dalam kebersihan anak. Penghasilan orang tua sebanyak Rp 850.000-1.700.000 dengan mayoritas menunjukkan tindakan tidak baik tentang perilaku kebersihan diri (41,3%). Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan fasilitas dan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Hal ini di dukung Notoatmodjo (2003), status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang akan diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku atau tindakan seseorang. Hal ini juga didukung Potter & Perry (2005), status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan perorangan. Sosila ekonomi yang rendah memungkinkan kebersihan perorangan yang rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktik hygiene seperti, sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi. Tingkat pengetahuan responden baik dan sikap responden me menunjukkan positif tetapi tindakan responden tidak baik hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fasilitas untuk melakukan tindakan kebersihan diri, dan praktek sosial seseorang tersebut.

   


(54)

40 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian dengan judul gambaran perilaku kebersihan diri siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan responden baik tentang kebersihan diri. 2. Sikap responden positif tentang kebersihan diri.

3. Tindakan responden mayoritas tidak baik.

6.2. Saran

6.2.1. Saran bagi pendidikan keperawatan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa data pengetahuan siswa tentang kebersihan diri mayoritas baik, sikap siswa mayoritas positif sedangkan untuk tindakan siswa mayoritas tidak baik. Untuk itu perlu diharapkan adanya peningkatan dan pengembangan dalam penyuluhan kebersihan diri siswa SD bagi keperawatan komunitas.

6.2.2 Saran bagi Penelitian Selanjutnya

Kekurangan peneliti, suku batak pada responden tidak dipisah antara batak toba dan batak mandailing. Pada penelitian sikap dan tindakan, instrumen penelitian hanya menggunakan kuesioner. Pada penelitian selanjutnya peneliti diharapkan mengobservasi sikap dan tindakan siswa SD tentang kebersihan diri


(55)

dan peneliti selanjutnya memisah-misah antara suku batak toba dan batak mandailing.

6.2.3 Saran bagi Sekolah

Untuk meningkatkan perilaku kesehatan pada siswa SD diperlukan pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan oleh perawat puskesmas. Melalui pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan baik fisik, sosial dan mental. Disamping itu sebaiknya sekolah menyediakan toilet untuk siswa dan melaksanakan program UKS.

                             


(56)

42

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi., Jakarta: PT Rineka Cipta.

Diliani. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Role Play terhadap Perilaku Personal Hygiene pada Anak Kelas III di SD Pandak I Bantul: Portal Garuda

Fitri, J. (2012). Analisa Faktor-faktor Risiko Infeksi Kecacingan Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/download/964/957 di akses 13 Juli 2013.

Gunarsa, S.D. (2000). Psikologi Praktis; Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Edisi Pertama., Jakarta: Salemba Medika.

. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Medika.

Isro’in & Andarmoyo. (2012). Personal Hygiene; Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan, Edisi Pertama., Yogyakarta: Graha Ilmu. Luthfianti. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Mencuci

Tangan memakai Sabun pada Siswa-siswi di MI AL.Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2 Kedaung Wetan, Kota Tangerang: Lontar UI Mubarak & Chayatin. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan

Aplikasi dalam Praktik, Jakarta: EGC

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi., Jakarta: PT Rineka Cipta.


(57)

. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta

. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4. Vol 2., Jakarta: EGC.

Purwanto H. (2002). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC.

Saryono & Widianti. (2011). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi, Totih Ratna Sondari Setiadi. (2007). Faktor-faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren AL-Karimiyah Sawangan Depok Tahun 2007: Lontar UI

Shari, Y. (2006). Efektifitas Penyuluhan terhadap Sikap Personal Hygiene Siswa SDN 060895 Padang Bulan Medan Tahun 2004. Skripsi. Fakultas Keperawatan USU

Sihombing, Rut Lina Puspita Pebriyanti. (2008). Peran Ibu dalam Keluarga Budaya Batak dan Minangkabau. Skripsi. Fakultas Keperawatan USU Umy, (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene Pada Anak

Usia Sekolah di SD Negeri Pleret Lor Kecamatan Panjatan Kabupaten

Kulon Krogo. 

http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/viewFile/3124/1892    diakses 12 April 2013. 

     


(58)

44

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Gambaran Perilaku Kebersihan Diri Siswa SD Desa Siamporik Dolok

Tapanuli Selatan Oleh

Wenni Haryuni Nasution

Saya adalah mahasiswa program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui perilaku kebersihan diri siswa SD Desa Siamporik Dolok Tapanuli Selatan.

Saya mengharapkan kesediaan adik-adik untuk memberikan jawaban /tanggapan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas adik-adik. Informasi yang adik-adik berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud–maksud lain.

Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa sanksi apapun. Jika adik bersedia menjadi anggota penelitian ini silahkan menandatangani kolom dibawah ini.

Siamporik Dolok, 2013 Responden

( )


(59)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA A.Data Demografi

1. No Responden : 2. Jenis Kelamin :

Perempuan Laki-laki

3. Kelas :

IV V VI

4. Suku :

Batak Jawa

Minang Aceh

5. Pekerjaan orang tua :

Pegawai Negeari Pegawai Swasta

Pedagang Petani

Lain-lain, Sebutkan…..

6. Penghasilan :

<Rp 850.000,-

Rp 850.000 – Rp 1.700.000,- Rp 1.700.00 – Rp 2.550.000,- Rp 2.500.000 – Rp 3.400.000,- >Rp 3.400.000,-

7. Apakah keluarga berperan dalam kebersihan diri adik : Ya Tidak


(60)

46

B.Pengetahuan

Pilihlah salah satu jawaban yang adik anggap benar dengan menyilang jawabannya (silang/ X).

1. Yang dimaksud dengan kebersihan diri adalah a. Memelihara kebersihan keluarga b. Memelihara kebersihan orang tua c. Memelihara kebersihan seseorang 2. Tujuan kebersihan diri adalah

a. Agar seseorang mudah sakit b. Agar seseorang tidak mudah sakit

c. Agar seseorang dapat memelihara kebersihan 3. Yang harus melakukan kebersihan diri adalah

a. Orang Tua b. Anak-anak c. Semua Orang

4. Yang termasuk kebersihan diri adalah a. Menyuci piring dan pakaian b. Menyapu dan mengepel lantai c. Menyikat gigi dan memotong kuku 5. Penyakit yang timbul apabila malas mandi adalah

a. Bisul b. Kutil c. Gatal-gatal

6. Berapa kali seharusnya kita mandi dalam sehari? a. Satu kali sehari

b. Dua kali sehari c. Dua kali dalam sejam 7. Cara perawatan kulit adalah

a. Menyabuni kepala saat mandi

b. Menyabuni seluruh tubuh saat mandi c. Menyabuni sebagian tubuh saat mandi


(61)

8. Masalah yang sering terjadi pada kulit adalah a. Kulit bersih

b. Kulit kering c. Kulit lembab

9. Berapa kali seharusnya kita mencuci rambut? a. satu kali sebulan

b. Tiga kali sebulan c. Dua kali seminggu

10. Masalah yang sering terjadi apabila tidak mencuci rambut adalah a. Kutu pada rambut

b. Rambut tidak kering c. Rambut tidak berminyak

11.Yang sebaiknya dilakukan apabila mata kemasukan debu adalah a. Memakai obat tetes mata

b. Memakai obat salep mata

c. Memakai kain yang lembut saat mengusap mata 12.Masalah yang sering terjadi pada mulut adalah

a. Sakit gigi b. Bau nafas c. Gigi busuk

13.Penyebab kerusakan gigi adalah a. Makan makanan pahit b. Makan makanan pedas c. Makan makanan manis

14.Menyikat gigi seharusnya dilakukan pada waktu a. Saat ingat saja

b. Setelah makan c. Di waktu mandi

15.Berapa kali sebulan memeriksakan gigi ke Dokter? a. Dua bulan sekali


(62)

48

c. Enam bulan sekali

16.Cuci tangan seharusnya dilakukan pada waktu a. Di waktu mandi

b. Setelah bangun pagi

c. Sebelum dan sesudah makan 17.Cara mencuci tangan yang baik adalah

a. Keringkan dengan handuk, bilas dengan air dan sabun

b. Bilas dengan air, tangan disabun dan keringkan dengan handuk c. Tangan disabun, bilas dengan air dan keringkan dengan handuk 18.Perawatan kaki yang baik adalah

a. Memakai sepatu yang pas b. Memaki sepatu yang bersih c. Memakai sepatu yang longgar

19.Menggunakan kaos kaki yang sama setelah dua hari dapat menyebabkan a. Kulit kaki menebal

b. Kulit kaki bau c. Kulit kaki halus

20.Penggunaan sepatu yang sempit dapat menyebabkan a. Kulit kaki bersih

b. KulitKaki kering

c. Bengkak pada ibu jari kaki


(63)

C. Sikap

Beri tanda check list (√) sesuai dengan pernyataan

No Pernyataan Setuju Tidak

Setuju 1. Mandi minimal dua kali sehari dapat

mencegah bau badan

2. Saya selalu memakai sabun saat mandi 3. Saya selalu merasa segar setelah mandi 4. Saya merasa senang dengan tubuh bersih dan

rapi

5. Saya merasa senang apabila tidak mandi setelah bermain di luar rumah

6. Apabila malas mandi maka kulit saya akan gatal-gatal

7. Rambut saya selalu rapi setelah selesai mandi 8. Menyisir rambut menggunakan sisir yang

jarang

9. Rambut gatal akan mengganggu konsentrasi belajar saya

10. Tujuan menjaga kebersihan mata adalah agar tidak sakit mata

11. Telinga saya selalu bersih walaupun tidak dibersihkan

12. Saya merasa hidung saya selalu bersih walaupun tidak dibersihkan ketika mandi 13. Sikat gigi dilakukan setelah makan dan

sebelum tidur

14. Saya menyikat gigi hanya setelah makan saja 15. Saya merasa senang apabila gigi saya

berlobang

16. Membersihkan kotoran kuku tidak boleh dengan benda tajam

17. Saya merasa senang apabila kuku saya panjang dan kotor

18. Tangan saya harus tetap bersih ketika mau makan

19. Saya selalu mencuci tangan setelah buang air besar

20. Mengganti kaos kaki dua kali sehari dapat mencegah bau pada kaki


(64)

50

D. Tindakan

No Pernyataan Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah 1. Saya mencuci tangan dengan cara

menggosok-gosokkan kuku

2. Saya mencuci tangan dengan cara menggosok-gosokkan jari tangan

3. Saya mencuci tangan dengan menggosok-gosok punggung tangan

4. Saya mencuci tangan sebelum makan dan setelah makan

5. Saya mencuci tangan dengan sabun setelah selesai buang air besar

6. Saya mandi 3 kali sehari

7. Saya menggunakan sabun saat mandi 8. Saya menyabuni sebagian tubuh saat mandi 9. Saya mengeringkan tubuh dengan handuk

setelah selesai mandi

10. Saya mencuci rambut 2 kali seminggu 11. Saya menggunakan sampo saa tmencuci

rambut

12. Saat mencuci rambut saya memijat-mijat kulit kepala

13. Saya menyisir rambut setelah mandi

14. Saya membersihkan kotoran mata dengan menggunakan kain yang bersih

15. Saya membersihkan telinga 1 kali seminggu

16. Saya membersihkan kotoran telinga menggunakan korek kuping

17. Saya menyikat gigi sebelum tidur 18. Saya memakai sikat gigi yang berbulu

banyak dan halus

19. Saya memotong kuku 1 kali seminggu 20. Saya memotong kuku menggunakan

gunting kuku

21. Saya mengganti kaos kaki 1 hari sekali 22. Saya memakai sandal keluar rumah


(65)

(66)

41

 


(67)

(68)

43

 


(69)

(70)

45

 


(71)

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Wenni Haryuni Nasution Tempat/Tanggal Lahir : Sitinjak, 13 Juni 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kelurahan Panyanggar Gg. Melati P. Sidimpuan

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1996-1997 : TK BUNGA TANJUNG P.SIDIMPUAN Tahun 1997-2003 : SD NEGERI 17 P. SIDIMPUAN

Tahun 2003-2006 : SMP NEGERI 1 P.SIDIMPUAN Tahun 2006-2009 : SMA 3 P.SIDIMPUAN

Tahun 2009-2012 : D-III KEPERAWATAN USU MEDAN Tahun 2012-2014 : SI-KEPERAWATAN USU MEDAN  

   


(1)

41

 


(2)

42


(3)

43

 


(4)

44


(5)

45

 


(6)

46

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Wenni Haryuni Nasution Tempat/Tanggal Lahir : Sitinjak, 13 Juni 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kelurahan Panyanggar Gg. Melati P. Sidimpuan

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1996-1997 : TK BUNGA TANJUNG P.SIDIMPUAN Tahun 1997-2003 : SD NEGERI 17 P. SIDIMPUAN

Tahun 2003-2006 : SMP NEGERI 1 P.SIDIMPUAN Tahun 2006-2009 : SMA 3 P.SIDIMPUAN

Tahun 2009-2012 : D-III KEPERAWATAN USU MEDAN Tahun 2012-2014 : SI-KEPERAWATAN USU MEDAN