Dimensi Sociocultural Practice

5.4.3 Dimensi Sociocultural Practice

  Sociocultural practice atau praksis sosial menurut Fairclough (dalam Eriyanto, 2001; Haryatmoko, 2016) didasarkan pada asumsi bahwa sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Dimensi ini memang tidakberhubungan langsung dengan produksi teks namun menentukan bagaimana teks itu diproduksi dan dipahami. Praksis sosial biasanya tertanam dalam tujuan, jaringan dan praktis budaya sosial yang luas. Pada dimensi ini telah masuk ke pemahaman intertektual, peristiwa sosial di mana teks dibentuk dan Sociocultural practice atau praksis sosial menurut Fairclough (dalam Eriyanto, 2001; Haryatmoko, 2016) didasarkan pada asumsi bahwa sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Dimensi ini memang tidakberhubungan langsung dengan produksi teks namun menentukan bagaimana teks itu diproduksi dan dipahami. Praksis sosial biasanya tertanam dalam tujuan, jaringan dan praktis budaya sosial yang luas. Pada dimensi ini telah masuk ke pemahaman intertektual, peristiwa sosial di mana teks dibentuk dan

5.4.3.1 Level Situasional

  Teks dihasilkan dari situasi tertentu yang khas sehingga teks dihasilkan berbeda dari teks yang lain.

Kuthane Dhewe

  Pada tahap dimensi sociocultural practice, memperlihatkan bahwa sosial di luar media mempengaruhi bagaimana wacana muncul dalam media. Berdasarkan hasil analisis dan penjelasan yang telah dijabarkan, pada level situasional dapat kita lihat bahwa program acara Kuthane Dhewe merupakan program acara yang diproduksi dan ditayangkan menggunakan bahasa pengantar Jawa ngoko Semarangan. Program ini menggunakan bahasa tersebut karena program acara Kuthane Dhewe sendiri diproduksi di Semarang, sehingga untuk memudahkan masyarakat dalam memahami informasi yang diberikan maka, dipilihlah bahasa Jawa ngoko Semarangan. Faktor daerah atau domisili dan covered area dari kantor Kompas TV Jawa Tengah berada turut memberikan pengaruh dalam pemilihan bahasa pengantar program acara Kuthane Dhewe. Bahasa ini juga digunakan oleh masyarakat Semarang dengan demikian sangat menarik jika bahasa yang digunakan dalam produksi program acara tersebut adalah bahasa Jawa yang memang telah memiliki kedekat dengan masyarakat.

Campursarinan

  Pada tahap dimensi sociocultural practice, faktor sosial dari luar media turut mempengaruhi bagaimana wacana muncul dalam media.

  Berdasarkan hasil analisis dan penjelasan yang telah dijabarkan, pada level situasional dapat kita lihat bahwa program acara Campursarinan merupakan program acara yang diproduksi menggunakan bahasa Jawa ngoko Semarangan yang disisipi bahasa Indonesia. Bahasa pengantar tersebut digunakaan dalam program acara Campursarinan karena, Semarang notabene sebagai domisili dari kantor Kompas TV Jawa Tengah sehingga untuk memudahkan masyarakat yang ada di sekitar area domisili Kompas TV Jawa Tengah untuk memahami informasi dan bahasa yang digunakan. Dalam program acara Campursarinan yang merupakan program acara hiburan ditambahkan juga bahasa-bahasa lelucon untuk menghidupkan suasana program acara Campursarinan dan tidak terkesan monoton, sepi dan lebih menarik.

5.4.3.2 Level Institusional

  Berasal dari dalam maupun luar media yang akan menentukan proses sebuah produksi berita atau teks. Tidak hanya itu saja, faktor dari institusi seperti ekonomi media, tema berita, persaingan antar media, modal atau kepemilikan terhadap media dan faktor politik turut mempengaruhi dalam proses produksi sebuah berita atau teks.

Kuthane Dhewe

  Daerah atau domisili Kompas TV Jawa Tengah berada di daerah Semarang, faktor inilah yang akhirnya mempengaruhi penggunaan bahasa Jawa ngoko Semarangan sebagai bahasa pengantar dalam program acara Kuthane Dhewe. Namun tidak hanya itu, Kompas TV Jawa Tengah yang memiliki visi yang bertujuan untuk menjadi partnership bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyukseskan program-program pembangunan yang berbasis kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah. Dengan adanya visi tersebut maka Kompas TV Jawa Tengah harus mampu menjaga dan Daerah atau domisili Kompas TV Jawa Tengah berada di daerah Semarang, faktor inilah yang akhirnya mempengaruhi penggunaan bahasa Jawa ngoko Semarangan sebagai bahasa pengantar dalam program acara Kuthane Dhewe. Namun tidak hanya itu, Kompas TV Jawa Tengah yang memiliki visi yang bertujuan untuk menjadi partnership bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyukseskan program-program pembangunan yang berbasis kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah. Dengan adanya visi tersebut maka Kompas TV Jawa Tengah harus mampu menjaga dan

  “Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penyelenggaraan program siaran muatan lokal dan apabila diperlukan, untuk mendukung mata acara

  tertentu.” 12

  Salah satu program acara di Kompas TV Jawa Tengah yaitu program acara Kuthane Dhewe juga diproduksi dan ditayangkan dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko Semarangan. Bahasa yang digunakan tentunya tidak terlepas dari dukungan UU RI Nomor 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran. Sehingga untuk mendukung Kompas TV Jawa Tengah sebagai stasiun lokal atau daerah, program acara Kuthane Dhewe diproduksi dan ditayangkan menggunakan bahasa Jawa ngoko Semarangan dan memberikan informasi yang mengangkat isu-isu yang terjadi di wilayah Semarang dan sekitarnya. Dengan adanya program acara Kuthane Dhewe yang memiliki keunikan dari segi bahasa pengantar, ini dapat menjadi strategi bagi Kompas TV Jawa Tengah seperti, menarik perhatian dan minat masyarakat untuk menyaksikan program tersebut karena menggunakan bahasa lokal dan menjadi ciri khas bagi program acara Kuthane Dhewe yang membedakan dari stasiun televisi lainnya.

  Kemudian dari segi ekonomi media, sebagai salah satu biro Kompas TV di daerah tentu diberikan slot lokal untuk memproduksi serta menayangkan program acara yang mengangkat tentang kearifan lokal daerahnya. Ini sebagai strategi stasiun televisi dan tujuan dari diproduksinya program acara Kuthane Dhewe. Pak Agus menuturkan bahwa,

  12 https:www.komisiinformasi.go.id , diakses pada tanggal 3 Mei 2017 pada pukul 21:27 WIB)

  “Jadi ketika program acara dari Kompas TV Jawa Tengah mendapat respon baik dari masyarakat itu merupakan apresiasi bagi Kompas TV Jawa Tengah. Dari respon tersebut, para pihak sponsor maupun pengiklan dan klien melihat bahwa Kompas TV Jawa Tengah dapat dipercaya untuk memproduksi sekaligus menanyangan produk mereka. Sehingga tingkat kepercayaan klien kepada Kompas TV Jawa Tengah yang kemudian membuat klien memutuskan untuk bekerja sama dengan kami. Produk klien yang diproduksi dan ditayangkan

  dalam bentuk workshop special, iklan maupun feature.” 13

  Kompas TV Jawa Tengah sebagai salah satu media televisi lokal di Semarang mendapatkan kepercayaan baik dari masyarakat dan juga para klien. Kemudian dari para klien, Pak Agus menjelaskan bahwa kaitannya dengan keuntungan media Kompas TV Jawa Tengah tidak lagi menargetkan berapa banyak klien atau sponsor yang ingin mempublish produk mereka. Namun hingga sekarang masih ada klien yang ingin beriklan dan juga memperkenalkan produk serta program mereka. Ini disebut sebagai bisnis kepercayaan, para klien mempercayakan produk atau program mereka untuk diperkenalkan kepada msyarakat melalui Kompas TV Jawa Tengah. Sehingga para klien memiliki penilaian tersendiri untuk Kompas TV Jawa Tengah dan mempercayakan produk dan programnya untuk diproduksi Kompas TV Jawa Tengah. Walaupun produk dan program ditayangkan bersamaan dengan penayangan program acara Kuthane Dhewe namun produk dan program akan diproduksi dan ditayangkan dalam bentuk workshop special, iklan maupun feature.

  13 Wawancara dengan Agus Sutiyono (Produser program acara Kuthane Dhewe) pada hari Rabu, 9 Agustus 2017 pukul 11.00 WIB.

Campursarinan

  Faktor daerah juga mempengaruhi penggunaan bahasa dalam sebuah produksi program acara. Program acara Campursarinan yang merupakan salah satu program acara di Kompas TV Jawa Tengah tentunya memiliki visi yang selaras dengan tujuan Kompas TV Jawa Tengah. Bahasa Jawa ngoko Semarangan yang disisipi bahasa Indonesia menjadi identitas program acara Campursarinan untuk menarik minat masyarakat untuk menyaksikan program tersebut.

  Persaingan antar stasiun televisi juga turut mempengaruhi level institusional, setiap stasiun tentu berlomba-lomba menyajikan tayangan atau program acara yang berbeda dari stasiun lainnya. Hal ini digunakan untuk menarik minat pasar dan klien, tentu penggunaan bahasa pengantar dalam program acara Campursarinan tidak luput dari faktor tersebut. Bahasa Jawa ngoko Semarangan yang disisipi bahasa Indonesia dan menampilkan lagu-lagu campursari juga menjadi identitas dan ciri khas bagi program acara Campursarinan yang membedakan dari program acara dari stasiun televisi lainnya di daerah Semarang maupun Jawa Tengah. Dan diharapkan dengan ciri khas yang berbeda ini dapat menarik minat masyarakat untuk senantiasa setia dengan program acara tersebut.

  Tidak hanya program acara Kuthane Dhewe, program acara Campursarinan juga didukung dengan adanya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran, bahwa bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penyelenggaraan program siaran muatan lokal dan apabila diperlukan, untuk mendukung mata acara tertentu. Dengan adanya peraturan Undang-Undang Republik Indonesia tentang penyiaran ini, Kompas TV Jawa Tengah juga mendapat kesempatan untuk memproduksi program acara yang mengusung kearifan lokal dalam hal ini dari segi bahasa pengantar yaitu bahasa Jawa ngoko Semarangan dan juga lagu-lagu campursari.

  Dalam program acara Campursarinan, interaksi antara host dan masyarakat dibangun dari telepon interaktif dan juga media sosial. Masyarakat diperbolehkan untuk memberikan salam dan pesan melalui nomer telepon dan media sosial yang sudah disediakan. Selain itu program acara Campursarinan termasuk dalam kategori program hiburan sehingga ditambahkan lelucon oleh para host untuk menghidupkan suasana program acara dan terlihat lebih menarik. Dari interaksi yang dibangun dalam program acara Campursarinan yang kemudian dimanfaatkan oleh klien untuk memperkenalkan produk maupun program tertentu kepada masyarakat. Produk dan program dari klien masuk ke dalam program acara Campursarinan pada saat blocking time, klien jutru tertarik memperkenalkan produk dan program mereka karena program acara Campursarinan dianggap sebagai program acara yang mampu mendekatkan masyarakat dengan budaya yang ada di daerah mereka khususnya bahasa Jawa ngoko Semarangan. Sehingga ketika klien akan memperkenalkan produk atau program mereka, masyarakat lebih mudah memahami dan mengerti bahasa pengantar yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari produk dan program tersebut.

5.4.3.3 Level Sosial

  Berpengaruh pada wacana yang muncul dalam pemberitaan. Wacana yang muncul dapat menentukan perubahan masyarakat.

Kuthane Dhewe

  Program acara Kuthane Dhewe sebagai program acara yang menggunakan bahasa Jawa ngoko Semarangan, tentunya mendapatkan respon yang baik dari masyarakat dan juga bermanfaat. Reni Nur Anggraeni sebagai pemirsa menuturkan,

  “Manfaatnya sebagai warga Semarang adalah mengetahui kejadian atau informasi apa yang terjadi di Semarang. Selain itu, kita menjadi lebih tahu dan mengenal kota

  kita sendiri melalui tv lokal.” 14

  Selain Reni, Elvana Azasa Bela juga memberikan jawaban sebagai berikut,

  “Karena televisi sekarang ini menjadi pengaruh terbesar untuk masyarakat. Jadi bahasa Jawa itu harus tetap digunakan dan dilestarikan karena sudah jarang sekali digunakan. Sehingga, lewat program acara di Kompas TV Jawa Tengah tersebut dapat memperngaruhi masyarakat untuk menggunakan bahasa Jawa khususnya Jawa Semarangan agar

  budaya Jawa itu tidak hilang begitu saja.” 15

  Dengan dipertahankannya program acara Kuthane Dhewe tersebut, masyarakat menjadi lebih paham dan mengetahui tentang peristiwa yang terjadi di Semarang dan sekitarnya. Selain itu masyarakat juga belajar tentang budaya Jawa khususnya bahasa Jawa ngoko Semarangan. Program acara Kuthane Dhewe yang yang mengangkat kearifan lokal berupa berita atau informasi seputar Semarang dan sekitarnya, tentunya juga bertujuan untuk memenuhi visi dan tujuan dari Kompas TV Jawa Tengah yaitu, memberikan pelayanan yang baik dan menginspirasi bagi masyarakat Jawa Tengah dan selaras dengan slogannya “Inspirasi Indonesia. Inspirasi Jawa Tengah.”.

  Sesuai definisi berita menurut Hornbby dalam Tamburaka (2012:135) yang menjelaskan bahwa “news” sebagai laporan tentang apa

  yang terjadi dan paling mutakhir atau sangat baru. Dari berita yang

  14 Wawancara dengan Reni Nur Anggraeni (Pemirsa Kompas TV Jawa Tengah) pada hari Jumat, 2 Juni 2017 pukul 15.00 WIB.

  15 Wawancara dengan Reni Nur Anggraeni (Pemirsa Kompas TV Jawa Tengah) pada hari Rabu, 7 Juni 2017 pukul 09:25 WIB.

  disajikan, masyarakat mendapat manfaat yaitu pengetahuan baru terkait informasi seputar Semarang dan sekitarnya. Dari bahasa Jawa ngoko Semarangan yang digunakan, diharapkan masyarakat dapat mengapresiasi bahasa Jawa ngoko Semarangan dengan cara melestarikannya, menjaga dan menggunakan bahasa tersebut sebagai salah satu bahasa dalam komunikasi sehari-hari.

Campursarinan

  Program acara Campursarinan juga diminati oleh para pemirsa yang merupakan masyarakat Semarang. Para pemirsa menuturkan bahwa lelucon yang disampaikan oleh host juga dianggap menghibur para pemirsa selain itu masyarakat juga dapat belajar dari bahasa pengantar yang digunakan yaitu bahasa Jawa ngoko Semaranga. Masyarakat menjadi lebih tahu beberapa bahasa daerah yang berasal dari Semarang baik masyarakat asli Semarang maupun pendatang. Dari lagu yang diputar, masyarakat menjadi tahu tentang lagu-lagu lokal yang ada di Jawa Tengah seperti lagu-lagu campursari.

  Secara tidak langsung Kompas TV Jawa Tengah mewujudkan kewajibannya untuk menjadi partnership bagi masyarakat dan pemerintah untuk mendukung dan mengusung kearifan lokal yang ada di daerah, khususnya Semarang dan sekitarnya. Program acara Campursarinan juga menjadi wadah untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Jawa seperti bahasa Jawa ngoko Semarang dan lagu-lagu kepada masyarakat. Dengan diterimanya program acara Campursarinan, masyarakat secara tidak langsung belajar untuk menerima budaya lokal tersebut dan juga turut menjaga bahasa lokal dengan cara menggunakannya untuk berkomunikasi di kehidupan sehari-hari.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45