Uni Eropa
4.1 Uni Eropa
4.1.1 Sejarah Pembentukan Uni Eropa
European Union (EU) atau Uni Eropa bukan hanya telah menjadi pioneer dalam hal integrasi kawasan namun juga telah dilihat sebagai model integrasi
kawasan yang paling berkembang 86 . Bila dibandingkan dengan integrasi kawasan lainnya seperti Association of South East Asian Nations (ASEAN), African Union
(AU), Gulf Cooperation Council (GCC) serta Mercosur, Uni Eropa masih setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya 87 . Belum ada dari
ASEAN, AU, GCC atau Mercosur yang memberikan indikasi akan melakukan pembagian kedaulatan seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa.
Sejarah perkembangan Uni Eropa bisa dilihat sejak adanya usaha dari negara-negara di Eropa untuk memulihkan kondisi perekonomiannya pasca berakhirnya Perang Dunia II yang telah menghancurkan perekonomian mereka. Hal tersebut berawal dari adanya usaha dari Perancis untuk melakukan
modernisasi pada industri bajanya 88 . Namun terdapat hambatan bagi Perancis yakni adanya rencana pembentukan negara Jerman Barat pada tahun 1949 karena hal tersebut dianggap sebagai sebuah ancaman yang dapat mengancam keamanan negara Perancis mengingat Perancis telah tiga kali melakukan invasi ke negara
Jerman (1870, 1914, dan 1939) 89 . Serta munculnya ancaman kedua yakni
86 Fraser Cameron. The European Union as a Model for Regional Integration. EU Council of Fo-
reign Relations Website. Diakses dari http://www.cfr.org/eu/european-union-model-regional- integration/p22935 pada 12 Desember 2012 pukul 19:46 WIB.
87 Ibid. 88 Stephen George. The European Union, 1992, and the Fear of ‘Fortress Europe’. hlm 21. 89 Ibid.
kembalinya Kekaisaran Ruhr di Jerman yang dapat sewaktu-waktu menghentikan pasokan baja ke Perancis 90 .
Sehingga Perdana Menteri Perancis, Robert Schuman, memimpin sebuah usaha untuk membentuk European Coal and Steel Community (ECSC)
berdasarkan Treaty of Paris pada tahun 1951 91 . Enam negara yang bergabung dalam pembentukan ECSC di antaranya Italia, Luxembourg, Belgia, Belanda,
Perancis, serta Jerman. Kemudian pada tahun 1957 melalui Treaty of Rome, keenam negara tersebut membuat sebuah bentuk kerjasama lanjutan yakni dengan
membentuk European Atomic Energy Community (Euratom) dan European Economic Community (EEC) 92 . Tujuan pembentuk kedua komunitas tersebut bukan lagi sekedar untuk melakukan perbaikan ekonomi, namun telah selangkah lebih maju menjadi usaha untuk menjamin kemakmuran ekonomi, serta usaha untuk memerangi komunisme di kawasan Eropa Barat dan sebagai respon atas munculnya ‘american challenge’. American challenge ini diartikan sebagai adanya dominasi dari Amerika Serikat terhadap negara-negara Eropa baik secara finansial maupun teknologi.
Pada dekade 1970-an, terjadi krisis ekonomi akibat runtuhnya sistem Bretton Woods yang sehingga adanya usaha dari negara-negara anggota EEC untuk semakin mengikatkan kerangka kerjasama yang lebih mendalam dengan
menggunakan mekanisme mata uang tunggal 93 . Selain itu pula, krisis ekonomi tersebut juga berakibat dari naiknya harga minyak yang diproduksi oleh OPEC
90 Ibid. 91 Ibid. 92 Ibid. 93 Ibid. hlm 24.
serta berakhirnya masa convertibility emas terhadap mata uang dollar AS 94 . Usaha-usaha untuk mencapai monetary union, bukan lagi sekedar common
market, telah dilakukan sejak akhir tahun 1960-an hingga 1980-an, dimana diberlakukannya penghapusan hambatan-hambatan dalam perdagangan baik
berupa hambatan tarif maupun non-tarif 95 . Pada tahun 1985, Jacques Delors menjadi Presiden European Commission
(EC) yang mana setelah beberapa bulan menjabat ia membuat sebuah white paper yang isinya yakni usaha-usaha untuk membebaskan pasar internal Uni Eropa yang diharapkan dapat tercapai pada akhir tahun 1992 96 . Pembebasan pasar internal
tersebut yakni : (1) penghapusan hambatan-hambatan non-tarif bagi barang- barang industri; (2) membebaskan pasar jasa; (3) menghentikan praktek pemberian kontrak-kontrak publik hanya kepada perusahaan-perusahaan nasional (milik pemerintah); (4) mencari cara untuk memfasilitasi terciptanya pergerakan yang bebas bagi buruh melalui kerangka EC; (5) serta menghilangkan kontrol ketat bagi pergerakan capital (modal). Dari the 1992 project tersebutlah kemudian tercipta Single European Act (SEA).
Untuk melangkah pada tingkatan integrasi yang lebih tinggi lagi, pada Desember 1991 terselenggaralah Treaty on the European Union (TEU) di
Maastricht, Belanda 97 . Dari hasil intergovernmental conferences tersebutlah tercipta komitmen dari seluruh negara anggota untuk memperdalam proses
94 Ibid. 95 Ibid. hlm 25. 96 Commission of the European Communities. Completing the Internal Market. 14 Juni 1985. COM
(45) hlm 310. Dikutip dari Stephen George. The European Union, 1992, and the Fear od “For- tress of Europe”. hlm 21.
97 Stephen George. op.cit. hlm 27.
integrasi menuju terciptanya monetary union, serta political union. Melalui Treaty on the European Union (TEU), atau yang lebih dikenal dengan Treaty of Maastricht, Uni Eropa membentuk dua pilar baru yakni intergovernmental co- operation on justice and home affairs serta intergovernmental arrangements for a common foreign and security policy, melengkapi European Community sebagai
pilar yang pertama 98 . Kini, jumlah negara yang telah bergabung ke dalam Uni Eropa bukan
hanya 6 negara saja sebagaimana awal terbentuknya ECSC. Pada tahun 1973, negara Denmark, Irlandia, dan United Kingdom bergabung ke dalam keanggotaan
Uni Eropa. Selanjutnya disusul oleh Yunani pada tahun 1981, Spanyol dan Portugal di tahun 1986, Austria, Finlandia, dan Swedia di tahun 1995, serta mayoritas negara Balkan dan pecahan Uni Soviet yang bergabung pada tahun 2004 dan 2007, seperti Cyprus, Republik Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia,
Lithuania, Malta, Polandia, Slovakia, Slovenia, Bulgaria, serta Romania 99 . Hingga saat ini anggota Uni Eropa berjumlah 27 negara, ditambah 2 negara yang
masih menunggu kejelasan keanggotaan, yakni Kroasia serta Turki 100 .
98 Ibid. hlm 28. 99 European Communities. EU Integration Seen through Statistics: Key Facts on 18 Policy Areas
(Luxembourg: Office for Official Publications of the European Communities. 2006) hlm 11. Diakses dari http://epp.eurostat.ec.europa.eu/cache/ITY_OFFPUB/KS-71-05-691/EN/KS-7105-
691-EN.PDF pada 12 Desember 2012 pukul 20:20 WIB 100 Ibid.
4.1.2 Decision Making dalam Uni Eropa
Uni Eropa bukanlah sebuah entitas tunggal di regional Eropa. Uni Eropa tidak bisa dilihat sebagai sebuah negara ataupun institusi internasional karena Uni Eropa merupakan kombinasi dari institusi supranasional dan intergovernmental. Hal tersebut berarti di dalam Uni Eropa terdapat badan-badan atau institusi- institusi yang menjalankan peran dan fungsinya masing-masing.
Setidaknya terdapat 4 institusi utama dan 13 institusi komplementer di dalam Uni Eropa. Keempat institusi utama tersebut yakni European Concil,
European Parliament, Council of the European Union, serta European Commission, yang mana keempatnya berfungsi sebagai agenda setting serta legislasi di Uni Eropa 101 . Sedangkan 13 institusi komplementer tersebut yakni EU Court of Justiece, EU Court of Auditors, European Economic & Social Committee, Committee of the Regions, European Investment Bank, European Central Bank, European Ombudsman, European Data Protection Supervisor, Publications Office, European Personnel Selection Office, European School of Administration, Specialised Agencies & Decentralised Bodies, European External
Action Service 102 . Keempat institusi utama tersebut memiliki tugas yang mencakup kerangka-kerangka besar di dalam operasionalisasi kebijakan di Uni
Eropa:
101 Anonymous. EU Institutions and Other Bodies. European Union Website. Diakses dari
http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/index_en.htm pada 12 Desember 2012 pukul 19:55 WIB.
102 Ibid.
1) European Council merupakan institusi yang merumuskan arah kebijakan politik Uni Eropa secara keseluruhan, namun tidak memiliki power untuk
membuat aturan-aturan hukum 103 .
2) European Parliament merupakan institusi utama dalam urusan law-making bersama dengan the Council of the European Union 104 . Anggota-anggota
European Parliament dipilih melalui voting oleh seluruh masyarakat Uni Eropa setiap 5 tahun sekali 105 . Tiga tugas utama European Parliament adalah
: merencanakan dan mengesahkan aturan-aturan hukum di Uni Eropa; melakukan koordinasi dan kontrol terhadap institusi-institusi lain agar dapat
bekerja secara demokratis; serta merencanakan dan mengadopsi anggaran belanja Uni Eropa 106 . The Parliament sendiri terdiri atas 736 anggota yang dibagi kedalam 20 komite kebijakan khusus seperti contohnya komite lingkungan, dan sebagainya 107 .
3) Council of the European Union merupakan institusi tempat bertemunya Menteri dari seluruh anggota Uni Eropa untuk melakukan koordinas
kebijakan 108 . Tugas dan kewenangan dari the Council adalah : bersama
103 Ibid. 104 Anonymous. European Parliament. European Union Website. Diakses dari
http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/european-parliament/index_en.htm pada 12 Desember 2012 pukul 19:54 WIB.
105 Ibid. 106 Ibid. 107 Maximilian Mungersdorff. Evaluating EU Decision-Making Processes: A Case Study on the ‘Re-
newable Energy in Transport Target’ and the ‘Sustainability Criteria fo Biofuel Production’ in the Context of the EU’s Climate and Energy Package (Sweden: Stockholm Environment Insti- tute. 2009) hlm 4. Diakses dari http://www.sei-
international.org/mediamanager/documents/Publications/Sustainable-livelihoods/Evaluating- EU-WP-100319.pdf pada 6 Januari 2013 pukul 12:38 WIB.
108 Anonymous. Council of the European Union. European Union Website. Diakses dari http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/council-eu/index_en.htm pada 12 Desember
2012 pukul 19:55 WIB.
dengan European Parliament mengesahkan aturan-aturan hukum yang dirancang oleh European Commission; melakukan koordinasi dengan negara- negara anggota Uni Eropa dalam kebijakan ekonomi secara keseluruhan; melakukan penandatanganan perjanjian antara Uni Eropa dengan negara lain; menyetujui anggaran belanja Uni Eropa; mengembangkan kebijakan luar negeri dan pertahanan Uni Eropa; serta melakukan koordinasi dengan
pengadilan dan kepolisian di negara-negara anggota 109 .
4) Dan institusi utama yang terakhir yakni European Commission yang mana merupakan institusi yang merepresentasikan kepentingan Uni Eropa secara
keseluruhan. European Commission bertugas untuk : membuat draft proposal aturan-aturan hukum (perundang-undangan); mengatur anggaran belanja Uni Eropa serta melakukan alokasi anggaran; bersama dengan Court of Justice melakukan law enforcement; serta menjadi representasi Uni Eropa dalam sistem internasional 110 .
Namun, hanya tiga dari empat institusi utama tersebut yang memainkan peran di dalam decision-making Uni Eropa 111 . Ketiga institusi tersebut, yang biasa disebut sebagai institutional triangle, yakni the European Commission, the European Parliament, serta the Council of the European Union. Pada prinsipnya, the European Commission yang melakukan mengusulkan draft hukum baru, dan the
109 Ibid. 110 Anonymous. European Commission. European Union Website. Diakses dari
http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/european-commission/index_en.htm pada 12 Desember 2012 pukul 19:54 WIB.
111 Anonymous. Decision-making Process. European Commission Website. Diakses dari http://ec.europa.eu/bulgaria/abc/eu_works/decision_making/index_en.htm pada 6 Januari
2013 pukul 12:38 WIB.
European Parliament dengan the Council yang melakukan pengesahan serta pengadopsian hukum tersebut 112 . Atau dengan istilah yang lain, the European
Parliament dan the Council of the European Union merupakan representasi badan legislatif, sedangkan the European Commission merupakan representasi badan
eksekutif 113 Terdapat tiga prosedur pembuatan kebijakan di Uni Eropa 114 , yakni :
1) Consultation. Melalui prosedur ini, the European Commission mengirimkan proposal hukum kepada the Council of the European Union dan juga kepada the European Parliament. Namun, yang kemudian melakukan prosedur konsultasi ini adalah the Council of the European Union kepada the European Parliament. Setelah mendapatkan proposal dari the Commission, selanjutnya the Parliament berhak memutuskan untuk menerima, menolak atau meminta dilakukannya amandemen terhadap proposal tersebut. Bila the Parliament menyarankan untuk melakukan amandemen proposal, maka the Commission akan mempertimbangkan usulan perubahan yang diberikan oleh the Parliament. Jika proposal tersebut telah diamandemen, kemudian proposal yang telah diamandemen tersebut diberikan kepada the Council dan kemudian the Council akan memutuskan apakah akan menerima atau harus dilakukan amandemen lebih lanjut. Area atau bidang yang dapat dikenakan prosedur consultation tersebut yakni : (1) police and judicial
112 Ibid. 113 Maximilian Mungersdorff. loc.cit. hlm 3. 114 Anonymous. Decision-making Process. Ibid.
cooperation in criminal matters; (2) revisi atau perbaikan dalam treaties; (3) diskriminasi terhadap jenis kelamin, ras dan etnis, konflik agama dan politik, disability, umur, ataupun orientasi seksual; (4) kewarganegaraan EU; (5) pertanian; (6) visa, asylum, imigrasi, dan kebijakan lainnya yang terkait dengan pergerakan bebas manusia; (7) transportasi; (8) competition rules; (9) tax arrangements; (10) kebijakan ekonomi; serta (11) enhanced cooperation.
European Commission
mengirimkan draft proposal kepada the Parliament dan
the Council
The Council memutuskan memutuskan untuk
The Parliament
untuk menerima atau
menerima, menolak, atau
dilakukan amandemen dilakukan amandemen
The Parliament
The Council memutuskan
The Parliament
memutuskan untuk
memutuskan untuk
untuk dilakukan
menerima proposal amandemen
menerima proposal
The Parliament bersama dengan The Council mengesahkan draft proposal tersebut
The Parliament
mengirimkan usulan perubahan proposal
The Council
memutuskan untuk dilakukan amandemen Bagan 1 : consultation procedure
Sumber : Olahan Penulis
The Council memutuskan untuk dilakukan amandemen lebih lanjut
2) Assent. Merupakan prosedur yang hampir sama dengan consultation, namun bedanya the Council of the European Union harus mendapatkan persetujuan dari the European Parliament sebelum akhirnya menetapkan sebuah keputusan yang penting, serta the Parliament tidak memiliki hak untuk memerintahkan melakukan amandemen terhadap proposal yang diajukan oleh the European Commission. Area yang dapat dikenakan Assent Procedure ini yakni : (1) tugas-tugas khusus dari European Central Bank; (2) amandemen statuta the European System of Central Banks; (3) the Structural Funds and Cohesion Funds; (4) the uniform electoral procedure for the European Parliament; (5) perjanjian- perjanjian internasional tertentu; serta (6) proses accession anggota- anggota Uni Eropa yang baru.
European Commission
mengirimkan draft proposal kepada
the Parliament dan the Council
The Parliament memutuskan
The Council memutuskan
untuk menerima atau menolak untuk menerima atau menolak
The Council memutuskan untuk
The Parliament The Parliament
The Council
memutuskan untuk menolak proposal
memutuskan untuk
memutuskan untuk
menerima proposal
menerima proposal
menolak proposal
The Parliament bersama dengan The Council
mengesahkan draft proposal tersebut
Bagan 2 : Assent Procedure
Sumber : Olahan Penulis
3) Co-decision. Merupakan prosedur yang paling sering digunakan di dalam pembuatan aturan di Uni Eropa, dimana kedudukan power baik the Council maupun the Parliement sama-sama besar. The Commission mengirimkan proposal kepada the Council dan the Parliament dan kemudian keduanya mendiskusikan proposal tersebut secara terpisah selama dua kali suksesi. Bila keduanya belum menemui titik temu, maka dibuat Conciliation Committee yang mana terdiri atas sejumlah anggota baik dari pihak the Council maupun the Parliament dalam jumlah anggota yang sama banyak. Dan anggota perwakilan kedua belah pihak yang tergabung dalam the Counciliation Committee tersebut melakukan diskusi intensif hingga tercapai kata sepakat. Area yang dapat dikenakan Co-decision procedure ini yakni : (1) non-diskriminasi atas dasar kewarganegaraan; (2) the right to move and reside; (3) pergerakan bebas tenaga kerja; (4) social security untuk pekerja migran; (5) the right to establishment; (6) transportasi; (7) pasar internal; (8) employment; (9) customs cooperation; (10) the fight against social exclusion; (11) persamaan kesempatan dan persamaan tindakan; (12) implementasi kebijakan terkait European Social Fund; (13) pendidikan; (14) vocational training; (15) kebudayaan; (16) kesehatan; (17) perlindungan konsumen; (18) trans-European network; (19) implementasi kebijakan terkait the European Regional Development Fund; (20) penelitian; (21) lingkungan; (22) transparansi; (23) pre-venting and combating fraud; (24) statistika; (25) setting up data protection advisory body.
European Commission mengirimkan
draft proposal kepada the Parliament dan the Council
Proposal adopted
The Parliament proposal yang telah diamandemen
The Parliament mengirimkan
setuju dengan usulan kepada The Council
amandemen proposal
The Council
The Parliament untuk menerima
The Council setuju The Council
memberikan Common
mengajukan proposal
menolak
Position, dan
proposal
mengirimkan kembali
amandemen
proposal kepada the
lanjutan
Parliament
Proposal adopted
The Council setuju
The Parliament
mengirimkan
untuk menerima
Proposal adopted
proposal
kembali proposal yang diamandemen kepada The Council
Proposal The Council dan The
The Council
dropped
Parliament membentuk menolak
Conciliation Committee
proposal
The Commitee
menolak proposal
The Commitee memutuskan dilakukan
Proposal adopted
amandemen
bila The Parliament & The
Council sama-
sama menyetujui
The Commitee mengirim
amandemen proposal Proposal dropped kepada The Parliament
dan The Council
bila The Parliament & The
Council salah
satunya menolak
Bagan 3: Co-Decision Procedure
Sumber : Olahan Penulis
Berdasarkan uraian di atas, telah bisa kita ketahui institusi-institusi yang terlibat secara langsung dalam perumusan dan pembuatan kebijakan di Uni Eropa, serta tiga prosedur yang dapat digunakan di dalam setiap perumusan kebijakan. Masing-masing prosedur tersebut dipergunakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda, sesuai dengan area/bidang yang akan dilakukan pembahasan., sehingga proses pembuatan kebijakan melalui ketiga prosedur tersebut juga akan menghasilkan kebijakan yang memiliki kekuatan hukum yang berbeda-beda pula.
Dalam prosedur consultation dan assent biasanya akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bersifat umum dan tingkat kepentingan rendah hingga
sedang, seperti kebijakan terkait hukum kriminal; diskriminasi jenis kelamin, ras, serta etnis; kebijakan penambahan anggota Uni Eropa yang baru; prosedur pemilihan anggota the European Parliament, dan sebagainya. Sedangkan dalam prosedur co-decision, yang merupakan prosedur paling umum yang digunakan dalam pembuatan kebijakan di Uni Eropa, biasanya akan menghasilkan kebijakan- kebijakan yang lebih bersifat fundamental yang mana memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, seperti kebijakan terkait kebebasan berpindah wilayah (free of civil movement); kebijakan terkait pasar internal; maupun kebijakan
terkait perdagangan dan FDI 115 .
4.1.3 Common Policy
Seperti yang telah diuraikan dalam sub-bab sebelumnya bahwa masing- masing prosedur pembuatan kebijakan di Uni Eropa akan menghasilkan
115 European Commission Website, Directorate-General for Trade. 2012. Policy Making. Diakses dari http://ec.europa.eu/trade/about/policy-making/ diakses pada 12 Desember 2012 pukul
20:09 WIB.
kebijakan-kebijakan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya berdasarkan urgensi area kebijakan yang akan diambil. Prosedur consultation dan assent lebih dipergunakan untuk mengambil keputusan terkait kebijakan-kebijakan yang memiliki tingkat kepentingan rendah hingga sedang, sedangkan prosedur co- decision dipergunakan untuk mengambil keputusan terkait kebijakan-kebijakan yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Kebijakan yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi tersebut dapat dijelaskan sebagai kebijakan-kebijakan yang terkait dengan ketiga pilar Uni Eropa, yakni European Community, Common Foreign and Security Policy, dan Justice and Home Affairs.
Menurut European Commission, ketiga pilar Uni Eropa tersebut merepresentasikan tiga area kebijakan yang terpisah 116 . Ketiga pilar tersebut hampir mencakup seluruh kebijakan yang bersifat common policy di internal Uni Eropa, sehingga dalam pembuatan kebijakannya harus melibatkan ketiga institusi utama Uni Eropa, yakni European Commission, European Parliament, dan Council of the European Union. Ketiga pilar pada Uni Eropa ini merupakan usaha untuk menciptakan sistem integrasi yang lebih menyeluruh, mulai dari integrasi ekonomi hingga integrasi politik. Keinginan tersebutlah yang kemudian membuat Uni Eropa dan negara-negara anggotanya berusaha untuk mengadopsi sebuah sistem yang dapat mendorong penciptaan sebuah kebijakan (policy) yang dapat dijalankan di seluruh negara anggota.
Anggota Uni Eropa yang hingga saat ini berjumlah 27 negara merupakan negara-negara yang masing-masingnya memiliki perbedaan yang cukup
116 European Commission. 2007. Pillars of the EU. Diakses dari http://welcomeurope.com/european-funding-glossary/definition/pillars-of-eu+386
pada 30 Juni 2013 pukul 17:20 WIB pada 30 Juni 2013 pukul 17:20 WIB
Common policy tersebut pada akhirnya dapat dijadikan sebuah ukuran bahwa Uni Eropa memiliki power yang lebih besar dibandingkan semua negara- negara anggotanya karena Uni Eropa memiliki wewenang untuk membuat sebuah regulasi yang berlaku bagi seluruh anggotanya dan harus dijalankan sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan. Khusus dalam bidang sosial dan ekonomi, anggota Uni Eropa harus menyerahkan kedaulatan negara mereka dan kemudian
memberikan institusi Uni Eropa sebagai otoritas eksekutif tertinggi 119 . Hal tersebut bertujuan untuk mencapai kepentingan masing-masing negara anggota
melalui sebuah kerangka kebijakan yang lebih bersifat universal, sehingga hasil capaian yang dikehendaki bisa dapat terukur dan diperkirakan. Dengan kata lain,
117 Europedia Website. 2011. The Competences of the European Union. Diakses dari http://europedia.moussis.eu/books/Book_2/2/3/2/?all=1 pada 29 Juni 2013 pukul 17:44 WIB
118 Ibid. 119 Kristin Archick dan Derek E. Mix. op.cit. hlm 1.
seluruh negara anggota Uni Eropa harus merujukkan kebijakan ekonomi domestiknya kepada common concern serta tujuan yang telah ditetapkan dalam
Uni Eropa 120 . Sehingga, dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa common policy dapat dilihat sebagai sebuah manifestasi tujuan nyata yang
ditentukan bersama-sama, serta penetapan batasan-batasan secara ketat mengenai tindakan-tindakan yang boleh dilakukan oleh negara-negara anggota 121 .
4.1.4 Exclusive Competence Uni Eropa
Sebagai sebuah institusi regional, Uni Eropa bukan hanya terdiri atas institusi-institusi formal yang menjalankan berbagai aktivitas sesuai dengan perannya masing-masing. Uni Eropa merupakan institusi yang memiliki anggota berupa negara-negara yang berdaulat, yang secara langsung maupun tidak langsung menyerahkan kedaulatannya untuk membentuk sebuah lembaga supranasional. Oleh karena itu, pembagian kewenangan di antara aktor- aktor/pihak-pihak yang berada di bawah Uni Eropa merupakan sesuatu yang penting agar setiap kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dapat dijalankan dan diimplementasikan dengan baik tanpa terjadi benturan-benturan.
Setelah menjalankan berbagai prosedur pengambilan kebijakan, kemudian akan tercipta sebuah produk hukum berupa kebijakan-kebijakan yang kemudian tertuang dalam berbagai treaties, seperti Treaty of Rome, Treaty of Maastricht, Treaty of Lisbon, dan lain-lain. Dalam masing-masing treaty tertuang kebijakan-
120 European Communities. op.cit. hlm 16 121 Daniel C. Thomas. 2010. Still Punching below Its Weight: Actorness and Effectiveness in EU Fo-
reign Policy. Dublin: Dublin European Institute, University College Dublin. Paper for the UACES 40th Annual Conference in Bruges, Belgium. Hlm.1. Diakses dari http://uaces.org/documents/papers/1001/thomas_d.pdf pada 4 April 2012 pukul 12:12 WIB.
kebijakan yang bersifat spesifik. Selain itu juga tertuang mengenai aktor/pihak yang menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.
Berdasarkan artikel 5 dalam Treaty on European Union (TEU) yang diamandemen, bahwa kompetensi Uni Eropa dibatasi oleh prinsip conferral (pendelegasian). Hal tersebut membuat Uni Eropa hanya dapat bertindak dalam batas-batas kompetensi yang didelegasikan dari negara-negara anggota, sesuai dengan perjanjian-perjanjian (treaties) yang isinya berupa objectives (tujuan- tujuan) yang hendak dicapai 122 . Selanjutnya, dalam artikel 4 TEU yang diamandemen disebutkan bahwa kompetensi-kompetensi yang tidak didelegasikan kepada Uni Eropa, tetap menjadi kompetensi negara anggota dan Uni Eropa wajib menghormati hal tersebut 123 .
Dari Treaty on European Union inilah kemudian menghasilkan sebuah istilah exclusive competence yang berarti kompetensi/wewenang yang berhak dijalankan oleh Uni Eropa sesuai dengan prinsip conferral dalam artikel 5 TEU 124 . Exclusive competence dalam definisi singkat bisa dijelaskan sebagai kompetensi yang dimiliki oleh Uni Eropa dalam sektor/area tertentu yang mana merujuk pada
treaties terdahulu 125 . Dalam pelaksanaan exclusive competence nya, Uni Eropa berpegang pada Treaty on the Functioning on the European Union (TFEU), atau
yang biasa kita kenal dengan Treaty of Maastricht (1992). Dalam TFEU tersebut dijelaskan dalam artikel 2 bahwa exclusive competence tersebut bersifat legally
122 Ibid. 123 Ibid. 124 Ibid. 125 Ibid. hlm 24.
binding (mengikat secara hukum) 126 . Dalam TFEU, secara eksplisit tertulis mengenai pembagian wewenang antara Uni Eropa dengan negara anggotanya. Hal
tersebut tertuang dalam artikel 3 sampai 6 TFEU :
•Merupakan wewenang yang dimiliki oleh Uni Eropa dalam bidang
spesifik:
Exclusive Competence •Custom Union; pengaturan terkait kompetisi dalam internal market; Monetary Policy bagi negara yang telah mengadopsi mata uang Euro; Common Fisheries Policy; Common Commercial Policy;
•Merupakan wewenang yang dibagi antara Uni Eropa dengan negara
Competence shared
anggota. Ini berarti bahwa pengaturan kebijakan terkait bisa dilakukan
between the Union and
oleh Uni Eropa maupun negara anggota:
the Member States
•Internal market; economic & social cohesion; lingkungan; perlindungan konsumen; energi; transportasi-Trans-European Network
Competence which shall •Merupakan wewenang Uni Eropa untuk menjalankan program not resulted in Member
dengan tidak menghalangi negara anggota dalam menjalankan States being prevented
wewenang yang dimilikinya:
from exercising their •Riset, pengembangan teknologi, luar angkasa; kerjasama competence
pembangunan dan bantuan untuk kemanusiaan
•Merupakan wewenang yang dimiliki oleh Uni Eropa yang bertujuan Competence which
untuk mendukung dan melengkapi wewenang dari negara anggota: supported by the Union
•Perlindungan dan perbaikan kesehatan; industri; budaya dan turisme; pendidikan; perlindungan warga sipil, dll.
Competence which •Kebijakan ekonomi; kebijakan terkait tenaga kerja, kebijakan sosial coordinated by the Union
Bagan 4: Tipe-Tipe Kompetensi Uni Eropa Sumber : Olahan Penulis 127
126 Ibid. 127 Ibid. hlm. 25-26. Untuk mengetahui isi artikel 3 sampai artikel 6 TFEU, bisa merujuk pada
Berdasarkan bagan 4 di atas dapat disimpulkan bahwa Uni Eropa memiliki exclusive competence untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang terkait custom union, pengaturan terkait kompetisi dalam internal market, kebijakan moneter bagi negara anggota yang telah mengadopsi mata uang Euro, common fisheries policy, serta common commercial policy. Uni Eropa juga memiliki shared competence untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang terkait penciptaan internal market, economic and social cohesion, lingkungan, perlindungan konsumen, energi, serta transportasi dan trans-European network. Ketiadaan wewenang dalam sektor-sektor yang termasuk dalam exclusive competence inilah yang penulis nilai sebagai penyebab terjadinya krisis di kawasan Baltik pada tahun 2008 yang lalu, khususnya krisis yang terjadi di Latvia. Penjelasan mengenai masing-masing indikator dalam exclusive competence tersebut akan diuraikan pada pembahasan bab selanjutnya, sehingga dapat lebih mudah untuk mengaitkannya dalam studi kasus di Latvia.