Identifikasi Peran yang Dibutuhkan

4.4 Identifikasi Peran yang Dibutuhkan

Dalam banyak literatur disebutkan bahwa hanya kurang dari 20% masyarakat Indonesia sadar akan eksistensi ASEAN. Menurut Journal of Current Southeast Asian Affairs (Guido Benny dan Kamarulnizam

2 http://www.bantenekspose.com/2015/03/revisi-uu-persaingan-usaha-perlu.html

Abdullah – 2011), kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai ASEAN masih sangat terbatas. Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan mengingat ASEAN sudah lama didirikan, yaitu pada tahun 1967. Perkembangan global menuntut anggota ASEAN untuk mengantisipasi dampak negatif dan juga peluang positif. Kesadaran regional ini mendorong munculnya konsep MEA 2015 yang memiliki derivasi AFTA dan FTA. Dalam hal ini dibutuhkan peran penyebaran isu-isu terkait pelaksanaan MEA 2015, AFTA, dan FTA.

Untuk mengantisipasi dampak negatif dari pelaksanaan AFTA dan FTA terhadap persaingan usaha di Banten, dibutuhkan kesadaran dan kesefahaman akan pentingnya arti sinergitas kekuatan. Oleh karena itu, pendekatan lintas sektoral harus dilakukan dengan koordinasi berintensitas tinggi sebab jatuh tempo pelaksanaan MEA 2015 sudah tinggal menghitung bulan. Peran yang dibutuhkan di sini adalah koordinasi lintas sektor.

Untuk menyiapkan UMKM Banten menyongsong MEA 2015, banyak sisi yang harus diperbaiki. Setidaknya hal ini dilakukan dengan memertimbangkan dua sisi, pertama SKPD yang terkait UMKM Banten, kedua UMKM itu sendiri. Perbaikan bertujuan meningkatkan daya saing UMKM Banten. Oleh karena itu, perlu pembinaan, fasilitasi, dan pemberian bantuan kepada para pelaku UMKM Banten. Hal yang harus Untuk menyiapkan UMKM Banten menyongsong MEA 2015, banyak sisi yang harus diperbaiki. Setidaknya hal ini dilakukan dengan memertimbangkan dua sisi, pertama SKPD yang terkait UMKM Banten, kedua UMKM itu sendiri. Perbaikan bertujuan meningkatkan daya saing UMKM Banten. Oleh karena itu, perlu pembinaan, fasilitasi, dan pemberian bantuan kepada para pelaku UMKM Banten. Hal yang harus

Untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Banten di kancah pasar tenaga kerja, perlu dilakukan penyesuaian keahlian dengan kebutuhan industri pengguna tenaga kerja serta peningkatan keterampilan kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan bersertifikasi; penyediaan sekolah-sekolah kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Peran yang dibutuhkan di sini meliputi pengadaan pelatihan kerja dan pendirian sekolah-sekolah kejuruan.

4.4.1 Akademisi Akademisi dalam hal ini adalah para pegiat pendidikan khususnya

para dosen dan guru. Menurut UU no.14 tahun 2005 definisi dari guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan para dosen dan guru. Menurut UU no.14 tahun 2005 definisi dari guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan

Dengan fungsi pendidikannya, kedua profesi ini berperan sentral dan memang seyogyanya mengemban peran penyebaran isu-isu tentang MEA 2015, AFTA dan FTA. Penyebaran ini secara kongkrit dilaksanakan oleh satuan pendidikan seperti sekolah dan kampus melalui kegiatan belajar mengajar, diskusi panel, dan seminar umum tentang topik tersebut di atas. Akademisi beserta peserta didiknya, harus membiasakan membahas isu-isu hangat terkait pengejawantahan konsep MEA 2015, AFTA, dan FTA di kelas-kelas rombongan belajar. Hal ini merupakan alternatif tindakan paling efektif dalam pencapaian tujuan penyebaran isu- isu penting. Setelah akademisi menggugah rasa ingin tahu peserta didiknya, selanjutnya mereka dibiarkan/dimintai pendapat tentang sumbangsih apa yang bisa diberkan bagi kemajuan Banten, dari sudut pandang dunia pendidikan.

4.4.2 Pemerintah Provinsi Merujuk kepada peran koordinasi lintas sektor, sesuai tugas pokok

fungsi dan kewenangan yang dimilikinya, pemerintah daerah harus menjadi regulator segala kegiatan yang berada di bawah kewenangannya. Pemerintah provinsi perlu mendirikan sebuah sekretariat bersama yang mengoordinasi semua SKPD terkait isu MEA 2015, AFTA, dan FTA.

Lebih jauh lagi, sekretariat ini juga perlu dibentuk dengan tujuan utama adalah melaksanakan fungsi sinergitas kekuatan Banten melalui SKPD- SKPDnya.

Kendatipun proses pembuatannya lama, Perda terkait perlindungan dunia usaha, khususnya UMKM Banten perlu segera dibuat dan disetujui. Perda ini nantinya akan menjadi payung hukum bagi semua pemangku kepentingan, khususnya SKPD-SKPD baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Bagaimanapun juga, pemerintah provinsi memiliki kewenangan regulatif terhadap berjalannya persaingan di Banten. Pemerintah Provinsi Banten harus menginisiasi kesadaran dan antisipasi dampak negatif pemberlakuan MEA 2015, AFTA, dan FTA di Banten.

4.4.3 SKPD Terkait SKPD-SKPD yang berperan meningkatkan daya saing UMKM

Banten, antara lain: Disperindag, Dinas Koperasi dan UMKM, BPTSI. Secara lebih rinci peran dari SKPD-SKPD ini dipaparkan sebagai berikut:

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan berperan dalam peningkatan kualitas UMKM dari sisi produksi dan proses pengolahan produk. Selain itu, SKPD ini juga berperan dalam proses pemasaran produk UMKM. Peningkatan daya saing UMKM dari aspek produksi dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, melalui pemberian pelatihan yang 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan berperan dalam peningkatan kualitas UMKM dari sisi produksi dan proses pengolahan produk. Selain itu, SKPD ini juga berperan dalam proses pemasaran produk UMKM. Peningkatan daya saing UMKM dari aspek produksi dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, melalui pemberian pelatihan yang

2. BPTSI sebagai bagian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, berperan dalam peningkatan standardisasi UMKM Banten, melalui fasilitasi kemasan yang standar, fasilitasi sertifikasi produk, proses, manajemen, dan person UMKM. BPOM Banten berperan memberi dan/atau memfasilitasi sertifikasi halal yang harus dipenuhi produk di Banten.

3. Dinas Koperasi dan UMKM adalah SKPD yang paling spesifik tugas pokok, fungsi, dan kewenangannya terkait peningkatan daya saing UMKM. Oleh karena itu anggaran untuk tujuan peningkatan daya saing ini perlu dialokasikan secara proporsional agal berhasil efektif. Dinak Koperasi dan UMKM berperan meningkatkan daya saing UMKM melalui fasilitasi pembiayaan seperti pemberian akses pembiayaan kredit untuk

UMKM, penyediaan informasi pembiayaan yang transparan bagi semua UMKM di Banten; fasilitasi kelembagaan seperti sertifikasi pengurus koperasi dan layanan konsultansi kelembagaan bagi UMKM. Lebih jauh lagi, SKPD ini juga perlu melaksanakan pelatihan-pelatihan terkait kelembagaan UMKM seperti pelatihan manajemen koperasi, menajemen aset koperasi, manajemen SDM koperasi dan aktivitas bisnis UMKM.

4. Berkaitan dengan aspek fasilitasi pembiayaan, perusahaan penanggung jaminan seperti Jamkrida Banten juga perlu dilibatkan untuk peningkatan daya saing UMKM Banten. Hal yang harus dilakukan PT. Jamkrida adalah berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan UMKM dalam kaitannya dengan upaya perluasan atau permudahan akses ke pembiayaan UMKM.

Merujuk kepada persaingan usaha pada aspek SDM Banten, hasil kajian ini menunjukkan bahwa SDM Banten perlu ditingkatkan daya saingnya dengan pelibatan SKPD-SKPD yang terkait. Perlu adanya penyesuaian lulusan dengan kebutuhan industri, yang dalam hal ini, peran penyesuaian dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Banten melalui pendirian dan/atau membantu pendirian sekolah-sekolah kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Peningkatan daya saing SDM Banten juga perlu dilakukan melalui peningkatan keterampilan teknis. Peran ini dijalankan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui pendirian BLKI di WKP I, II dan III dan BLKN Provinsi Banten. Merujuk kepada persaingan usaha pada aspek UMKM, terdapat sejumlah peran penting yang harus dijalankan oleh SKPD-SKPD di Banten. Daya Saing UMKM Banten yang kurang baik dari sisi produk, produksi, SDM, dan pendanaan, perlu diatasi dengan sinergitas pelaksanaan peran-peran dari SKPD terkait. Sinergitas ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi melalui sekretariat MEA Provinsi Banten atau sinergitas antar-SKPD secara langsung. Segala hal yang diperlukan untuk membuat sinergitas ini berjalan harus dilaksanakan, misalnya pembuatan kebijakan dari Pemerintah Provinsi tentang keharusan sinergi antar-SKPD terkait peningkatan daya saing UMKM Banten.

SKPD yang berperan dalam menjaga kelestarian budaya positif Banten adalah Dinas Budaya dan Pariwisata, melalui kegiatan formal pelestarian Budaya Banten. Setidaknya, pelestarian ini bisa berupa fasilitasi kegiatan pertunjukan budaya di event-event tingkat provinsi dan nasional.

4.4.4 UMKM Pada bagian ini, secara khusus dianalisis peran yang diemban

UMKM terkait dengan FTA, menggunakan modifikasi dari teori Five

Forces Porter. Modifikasi dilakukan dengan mengurangi jumlah indikator yang dianalisis dan menambah 2 faktor kekuatan yaitu kekuatan regulasi nasional dan regional. Analisis dilakukan secara kualitatif dan normatif.

Gambar 4-5 Diagram Persaingan UMKM Provinsi Banten 3

Dari diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan tingkat persaingan dipengaruhi oleh kekuatan 4 faktor lainnya. Bagi UMKM Provinsi Banten, penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Daya Tawar Pemasok Daya tawar pemasok di sini yaitu bargaining position dari pemasok kebutuhan produksi UMKM. Dimana bargaining position ini

3 http://penbaihat.blogspot.co.id/2015/10/aplikasi-dan-modifikasi-5-forces-porter.html

berlawanan arah antara pemasok dengan UMKM. Pemasok tentu menginginkan kontinuitas permintaan dari UMKM, dengan margin yang menguntungkan. Jika UMKM Banten hanya memiliki pemasok tunggal untuk suatu komoditi smber daya produksinya, maka tidak banyak yang bisa dituntut UMKM Banten terhadap pemasoknya. Maka dari itu, untuk meningkatkan daya saing UMKM Provinsi Banten, maka mereka harus meningkatkan bargaining position nya terhadap pemasok dengan cara: tidak menggantungkan pemenuhan kebutuhan dari satu pemasok saja, berkolaborasi dengan sesama UMKM pengguna pasokan dalam hal berbisnis dengan pemasok. Untuk situasi MEA 2015 nanti, pemasok dari ASEAN bisa jadi memberi penawaran yang lebih baik.

2. Daya tawar konsumen Sama seperti bargaining position pemasok, bargaining position konsumen terhadap UMKM berbanding terbalik. Peningkatan daya tawar konsumen berarti menurunnya bargaining position UMKM. Konsumen meningkat daya tawarnya jika produk UMKM sifatnya komoditi (tidak unik) yang menyebabkan ketersediaan produk sejenis sangat tinggi. Peningkatan daya tawar konsumen juga terjadi jika hanya ada sedikit permintaan untuk banyaknya produk yang ditawarkan. Untuk situasi MEA 2015 nanti, jika fokus UMKM

Banten masih melayani permintaan konsumen lokalnya maka dengan dihilangkannya hambatan perdagangan, secara serta merta diikuti oleh meningkatnya daya tawar konsumen. Solusinya, UMKM Banten harus meningkatkan daya saingnya dengan standardisasi produk, proses produksi, dan personnya. Hal ini pada gilirannya akan menghasilkan keluaran yang baik seperti produk yang unik dan kapasitas produksi yang meningkat. Dampaknya adalah penjualan meningkat.

3. Ancaman pendatang baru Pendatang baru di sini adalah semua perusahaan yang berpotensi untuk ikut meramaikan persaingan yang sudah ada. Tinggi rendahnya ancaman dari pendatang baru dilihat dari ukuran asetnya dan akses terhadap jalur distribusi. Bertambahnya pemain dalam persaingan usaha menyebabkan diperlukannya kesetimbangan baru dalam persaingan. Untuk mengurangi dampak negatif dari hal ini, UMKM Banten harus membuat yang baru dan/atau memertahankan jejaring bisnis khususnya penguasaan jalur distribusi.

4. Ancaman produk pengganti Produk pengganti di sini adalah produk yang menyelesaikan masalah kebutuhan yang sama. Artinya pesaing produk dari UMKM Banten bukan pesaing merek, tetapi pesaing penyedia

solusi masalah. Dengan demikian, bukan hanya UMKM atau perusahaan besar dengan produk sejenis saja yang harus diwaspadai UMKM Banten, melainkan juga produk dari siapapun yang fungsinya mampu mengganti fungsi dari produk UMKM Banten. Kuat tidaknya ancaman produk pengganti ini, ditentukan dengan perbedaan harga dan manfaat yang ditawarkan produk pengganti, dibandingkan dengan yang ditawarkan produk UMKM. UMKM Banten harus mampu mengidentifikasi produk apa saja yang mampu mengganti fungsi produknya. Selain itu, juga harus meningkatkan efisiensi produksinya agar harga dan manfaat yang ditawarkan ke konsumen lebih baik dari produk pengganti.

5. Persaingan Industri UMKM Persaingan industri UMKM di sini adalah tingkat/intensitas persaingan antarpelaku yang berada pada lahan bisnis yang sama. Tingkat persaingan industri UMKM dipengaruhi oleh seberapa banyak jumlah pemain dalam persaingan dan juga bagaimana tingkat pertumbuhan industri. UMKM Banten harus memahami bahwa daya saing mereka harus ditingkatkan untuk bisa bertahan dalam persaingan intensitas tinggi.

6. Kekuatan Regulasi Nasional Kesemua faktor dalam teori 5 Forces Porter, untuk kasus UMKM Banten, dipengaruhi oleh kekuatan regulasi yang berlaku berdasarkan teritorial. Di Indonesia, KPPU memegang peranan penting dalam mengatur bagaimana jalannya persaingan usaha yang bebas dari monopoli, namun juga menghargai HaKI. Menindaklanjuti pernyataan Kuncoro (2015) tentang pentingnya revisi UU persaingan usaha agar KPPU bisa menindak selain para pelaku usaha nasional, juga para pelaku usaha asing (ASEAN),. Wilayah yurisdiksi peraturan tentang persaingan usaha yang diemban oleh KPPU adalah nasional. Oleh karena itu, UMKM Banten harus memahami bagaimana regulasi persaingan yang ada di Indonesia dijalankan karena semua faktor yang sudah dibahas berada di dalam yurisdiksi KPPU.

7. Kekuatan Regulasi Regional Selain kekuatan regulasi nasional juga ada kekuatan regulasi regional. Sebagai bagian dari komunitas masyarakat ekonomi di ASEAN, UMKM Banten harus memahami bagaimana mekanisme pelaksanaan MEA 2015 yang berpengaruh terhadap aktivitas bisnisnya. Bagaimanapun juga MEA 2015 adalah kesepakatan yang mengatur bagaimana aktivitas ekonomi khususnya persaingan 7. Kekuatan Regulasi Regional Selain kekuatan regulasi nasional juga ada kekuatan regulasi regional. Sebagai bagian dari komunitas masyarakat ekonomi di ASEAN, UMKM Banten harus memahami bagaimana mekanisme pelaksanaan MEA 2015 yang berpengaruh terhadap aktivitas bisnisnya. Bagaimanapun juga MEA 2015 adalah kesepakatan yang mengatur bagaimana aktivitas ekonomi khususnya persaingan

4.4.5 Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat yang dimaksud di sini adalah orang yang dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam menyikapi suatu fenomena sosial maupun alam. Dengan demikian, tokoh masyarakat dapat mengarahkan, mendorong, melarang, dan mengendalikan perilaku masyarakat. Tokoh masyarakat bisa berarti patron masyarakat seperti kasepuhan, kiyai, haji, atau orang yang menjadi tempat bertanya masyarakat. Terkait dampak sosial dan budaya akibat pelaksanaan AFTA dan FTA, sebagaimana dicontohkan pada tinjauan pustaka adalah kasus berdatangannya ribuan buruh Cina di Bayah Pandeglang.

Untuk kasus buruh Cina di Bayah Pandeglang, tokoh masyarakat setempat perlu memberi pengertian kepada masyarakat untuk mewujudkan ketertiban masyarakat secara santun kepada para pendatang. Jika memang para pendatang tidak bisa/mau beradaptasi dengan adat-istiadat setempat, maka cara-cara anarkis harus dihindari. Di sinilah peran penting tokoh masyarakat dalam mengendalikan gerak sosial masyarakat yang secara budaya dan ekonomi tertekan oleh kedatangan para buruh Cina. Tokoh masyarakat perlu mengarahkan masyarakat untuk meningkatkan Untuk kasus buruh Cina di Bayah Pandeglang, tokoh masyarakat setempat perlu memberi pengertian kepada masyarakat untuk mewujudkan ketertiban masyarakat secara santun kepada para pendatang. Jika memang para pendatang tidak bisa/mau beradaptasi dengan adat-istiadat setempat, maka cara-cara anarkis harus dihindari. Di sinilah peran penting tokoh masyarakat dalam mengendalikan gerak sosial masyarakat yang secara budaya dan ekonomi tertekan oleh kedatangan para buruh Cina. Tokoh masyarakat perlu mengarahkan masyarakat untuk meningkatkan