Kerangka Teori

4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja

a. Pengertian dan Landasan Hukum Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat kaitannya dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat memepengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Terdapat beberapa pengertian kesehatan kerja, Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal (Lalu Husni, 2005:140).

Kesehatan kerja (occupational health) adalah bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran yang memepelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh-faktor-

commit to user

dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial (Tarwaka, 2008:22).

Secara garis besar dalam Pasal 164 – Pasal 166 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur mengenai:

1) Kesehatan kerja diselenggarakan dengan maksud setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

2) Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Syarat kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku dan proses kerja serta persyaratan tenpat atau lingkungan kerja.

3) Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai tenaga kerja paling sedikit 10 (sepuluh) orang.

Dalam upaya penyelenggaraan kesehatan kerja di tempat kerja atau perusahaan, pada dasarnya bertujuan untuk:

1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial di semua lapangan pekerjaan.

commit to user

kondisi lingkungan kerja.

3) Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang

ditimbulkan akibat pekerjaan.

4) Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.

b. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja dan bisa terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses dalam jangka waktu tertentu. “Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Pasal 1 Keppres No 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Kerja).” Penyakit akibat kerja ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan proses terjadinya yang lambat. Sedangkan kecelakaan terjadi karena proses terjadinya cepat dan cenderung mendadak. Di tempat kerja mengandung sumber-sumber bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja. Pengenalan potensi bahaya harus dilaksanakan sedini mungkin untuk mengadakan upaya pengendalian dan upaya untuk mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Berikut adalah potensi-potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja:

1) Potensi Bahaya Fisik

Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas,dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi, dll.

commit to user

Potensi yang berasal dari bahan-bahan kimia yang dipergunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau

mempengaruhi tubuh tenaga kerja. Terjadinya pengaruh dari bahaya kimia ini terhadap tubuh tenaga kerja tergantung dari jenis bahan kimia, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap, dll), daya racun bahan (toksitas), cara masuk ke tubuh, dll.

3) Potensi Bahaya Biologis

Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman- kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya: TBC, Hepatitis A/B, aids, dll ataupun yang berasal dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses produksi.

4) Potensi Bahaya Fisiologis

Potensi bahaya yang berasal atau disebabkan oleh penerapan kesehatan kerja yng tidak baik ataupun tidak sesuai dengan norma-norma Ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan sera peralatan kerja. Termasuk dalam potensi bahaya fisiologis ini antara lain: sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidaks esuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara mesin dan manusia.

5) Potensi Bahaya Psikologis

Potensi bahaya ini berasal atau ditimbulkan oleh kondisi atau aspek-aspek psikologis tenaga kerja yang kurang baik dan kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya ketrampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya

commit to user

tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja yang kesemua potensi ini dapat menimbulkan stress akibat kerja.

6) Potensi Bahaya dari Proses Produksi Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat tergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan. (Tarwaka, 2008:24).

commit to user