Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswi S-1 Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS terhadap profesi jurnalis

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswi S-1 Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS terhadap profesi jurnalis

Persepsi mahasiswi S-1 Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS terhadap profesi jurnalis baik itu tipe idealistis maupun realistis pada prinsipnya sama-sama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pesan (jurnalis), penerima (perempuan) dan faktor stuasional. Hanya saja pada masing-masing tipe tersebut terdapat kecenderungan faktor dominan yang berbeda.

Persepsi Idealistis

Persepsi tipe idealistis didominasi oleh pengaruh dari faktor pesan dan personal. Sebagaimana telah disampaikan di awal bahwa persepsi ini

suasana euphoria setelah berhasil diterima di jurusan Ilmu Komunikasi. Mahasiswi Ilmu Komunikasi menyadari bahwa mereka belajar di lembaga pendidikan yang salah satu tujuannya yaitu mencetak praktisi di bidang media. Idealisme untuk memiliki pekerjaan sesuai disiplin ilmu telah mendorong mahasiswi semester awal merancang karir sebagai jurnalis. Pengetahuan Informan mengenai pendidikan Ilmu Komunikasi dan profesi jurnalis masih sangat terbatas sehingga persepsi yang muncul pun belum akurat sebatas pengetahuan mereka.

Dalam kondisi ini media massa cukup berpengaruh dalam pembentukan persepsi. Media ibarat aquarium. Secara tidak langsung media telah menjadi objek observasi para Informan untuk memahami dan menilai profesi sebagai jurnalis. Media tidak memiliki maksud untuk mempengaruhi persepsi mahasiswi mengenai profesi sebagai jurnalis, namun kehadiran mereka secara tidak langsung telah menjadi daya tarik bagi para Informan.

Persepsi Realistis

Pada tipe realistis, terbentuknya persepsi sangat dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Mahsiswi masih memiliki ketertarikan untuk menjadi jurnalis, namun dibalik ketertarikan itu terselip keraguan apakah jurnalis sungguh-sungguh pantas untuk dirinya yang beridentitas seks sebagai perempuan.

mempraktekkannya jurnalistik secara langsung. Hal itu ditambah lagi dengan pengalaman melaksanakan magang di media sehingga gambaran konkrit praktek kerja jurnalis semakin jelas. Bagi yang serius ingin menjadi jurnalis mereka dibantu untuk mendefinisikan ulang media apa yang mereka pilih. Namun bagi yang kurang berminat ada yang memilih mundur karena merasa tidak yakin dapat bertahan.

Seperti halnya yang terjadi pada mahasiswi semester tengah, konsep femininitas mulai aktif pada mahasiswi semester akhir. Bahkan untuk kelompok ini jauh lebih serius. Mereka semakin dekat dengan kelulusan, dunia kerja dan rencana pernikahan. Pernikahan menjadi agenda mendesak yang perlu untuk mereka pikirkan. Jurnalis dinilai kurang sejalan dengan beran ibu rumah tangga yang mereka anggap mutlak sebagai tugas perempuan.

Significant others menjadi manifestasi budaya patriarkhi yang merongrong mahasiswi untuk melepas mimpi menjadi jurnalis. Saran-saran mereka membuat persepsi mengenai jurnalis semakin negatif. Sosok ayah, ibu menjadi peletak nilai-nilai femininitas bagi perempuan. Sedangkan adanya stereotipe jurnalis laki-laki bagi para perempuan yang akan berprofesi sebagai jurnalis mewakili iklim media yang maskulin. Significant others telah berhasil mengurunkan niat perempuan untuk menyeberang terlampau jauh ke ranah publik.

menunjukkan adanya proses pengamatan dan pembelajaran secara terus menerus. Persepsi yang muncul pada awal masa kuliah berbeda dengan persepsi yang muncul pada pertengahan masa kuliah dan akhir masa kuliah. Pengalaman dan pengetahuan membuka pikiran para Informan untuk memperbaiki penilaian mereka mengenai profesi jurnalis. Idealisme yang mereka bangun perlahan mengalami pergeseran karena adanya harapan yang ternyata kurang sesuai dengan pola kerja jurnalis.

Disamping pergulatan secara kognitif, pergeseran persepsi terjadi berkat pengaruh pihak-pihak lain yang secara emosional dekat seperti orangtua, guru dan teman. Masukan dari para significant others itu justru semakin menguatkan mereka untuk melihat jurnalis secara lebih rasional. Penulis melihat, fenomena ini sesuai dengan teori pembelajaran sosial yang disampaikan oleh Charles Osgood dimana media massa sebagai agen sosialisasi yang pertama dalam komunikasi di samping keluarga, guru di sekolah dan sahabat karib. Menurut teori ini, media massa menjadi objek imitasi dan identifikasi bagi setiap orang. Imitasi adalah replika atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati. Sedangkan identifikasi merupakan perilaku meniru yang bersifat khusus dimana pengamat tidak meniru secara persis sama apa yang dilihatnya. Meskipun lebih sulit untuk dilihat dan dipelajari, identifikasi dinilai memberikan pengaruh terhadap perilaku individu.

Setelah Penulis melakukan analisa, maka Penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN DISPOSISI MATEMATIS DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA Wahyu Tricahyanti, Dwi Astuti, Dian Ahmad Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email: Wahyutricahyanti96gmail.com Abs

0 0 11

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI DI KELAS IX SMP NEGERI 1 SUNGAI RAYA Herlina Ningsih, Dwi Astuti, Romal Ijudin Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email: herlinani

0 1 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS DI SMP Agustina Poligrentia, Zubaidah R, Dian Ahmad. B.S Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email: Agustina_poligrentiayahoo.

0 0 9

Resta Lara, Abas Yusuf, Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: restalara93gmail.com Abstract - ANALISIS LAYANAN INFORMASI TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 PONT

0 1 9

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PUTIH DI KPMKP KRAI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Program Studi Agribisnis

0 2 105

Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali

0 0 39

Penerapan Contractor Safety Management System (Csms) Tahap Prakualifikasi di PT. Pageo Utama Jakarta Selatan

2 13 92

Analisis Potensi Pembangunan Ekonomi (Studi Kasus Tingkat Kecamatan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010)

0 0 210

Analisis Biaya, Keuntungan dan Daya Saing Usahatani Tembakau di Kabupaten Boyolali

1 2 87

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sistem Tanam Benih Langsung di Kabupaten Karanganyar

0 2 139