Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)

B. Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)

Program RTLH merupakan salah satu program Pemerintah Kota Surakarta yang bertujuan unruk menjadikan kota Surakarta menjadi Brand Image dalam penataan kawasan hunian layak huni.Selain itu salah satu misi kota surakarta adalah Solo bebas Slum Area.

tahun 2006, diketahui bahwa terdapat 6.612 rumah tidak layak huni yang menempati kawasan kumuh seluas + 41, 607 Ha yang dihuni oleh sekitar 3.421 KK atau 15.850 jiwa. Kondisi perumahan kumuh tersebut 39,45% rumah permanen, 31,6% rumah semi permanen dan sisanya 28,9% rumah tidak permanen. Salah satunya berada di wilayah kelurahan Kratonan, Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Dari data tersebut maka pemerintah kota Surakarta merespon dengan dikeluarkannya kebijakan program RTLH berbasis pemberdayaan masyarakat. Namun sebelum mengetahui lebih jelas mengenai Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni ini, maka kita perlu mengetahui pengertian kemiskinan terlebih dahulu.

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002).

Dari buku panduan mengenai pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan yang dikeluarkan oleh World Bank, menunjukkan bahwa masalah kemiskinan merupakan hal yang multidimensi. Secara khusus, World Bank menggarisbawahi hal terpenting dalam penanggulangan kemiskinan adalah Dari buku panduan mengenai pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan yang dikeluarkan oleh World Bank, menunjukkan bahwa masalah kemiskinan merupakan hal yang multidimensi. Secara khusus, World Bank menggarisbawahi hal terpenting dalam penanggulangan kemiskinan adalah

Buku panduan ini memiliki pembahasan yang menyeluruh, di dalamnya menekankan empat elemen kunci dalam perbaikan pemerintah guna pemberdayaan masyarakat miskin; (1) akses terhadap informasi; (2) inklusi/ partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan; (3) akuntabilitas pemerintah; (4) keterlibatan organisasi masyarakat.

Menurut Riant Nugroho Dwidjowijoto, kriteria kemiskinan yang menggunakan pendekatan gabungan antara konsep kebutuhan dasar dan rumah tangga menghasilkan empat asumsi dasar, yaitu (1) unit masyarakat paling kecil adalah keluarga sehingga status kemiskinan seseorang/individu sangat terkait dengan status kemiskinan keluarga/rumah tangga; (2) setiap rumah tangga miskin selalu beranggotakan individu miskin sehingga keberhasilan menentukan sebuah rumah tangga miskin berarti menunjukkan keberhasilan menentukan individu- individu miskin dalam sebuah rumah tangga; (3) kebutuhan dasar lebih mudah diformulasikan dalam unit rumah tangga dibandingkan dalamunit individu; (4) tidak setiap individu miskin mampu mempunyaipekerjaan dan penghasilan, dan tidak setiap individu miskin yang mempunyai/memiliki pekerjaan dan penghasilan

Nugroho Dwidjowijoto, 2007 : 152). Kondisi umum Rumah Tidak Layak Huni di Surakarta berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 5A Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Pemberian Bantuan Pembangunan atau Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Bagi Masyarakat Kota Surakarta, adalah sebagai berikut:

1) Bangunan : Dinding terbuat dari anyaman bambu (gedheg), tripleks, papan;

2) Sanitasi & Air bersih terbatas;

3) Lantai : dari tanah dan lembab;

4) Lay out ruangan : tidak ada pembagian ruangan;

5) Tidak mempunyai akses MCK sendiri;

6) Kondisi Lingkungan:

a. Lingkungan kumuh (padat penduduk, padat rumah, tidak beraturan).

b. Saluran pembuangan air tidak memenuhi standar (rendah sanitasi lingkungan).

c. Minim sarana & prasarana dasar.

d. Lahan tidak sesuai peruntukkan.

7) Kondisi Sosial Ekonomi:

a. Masyarakat berpenghasilan di bawah UMK dan tidak tetap (buruh, pengemudi becak, piƱata parkir).

b. Tingkat pendidikan rendah & putussekolah.

c. Rawan kriminalitas.

d. Mobilitas social ekonomi rendah.

pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan pada:

1) Peningkatan dan pengembangan melalui usaha-usaha penyediaan

pembangunan perumahan, perbaikan perumahan agar memenuhi syarat kesehatan, rasa aman, damai, tenteram dan sejahtera bagimasyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah.

2) Pembangunan perumahan dan permukiman berdasarkan prinsip swadaya

gotong-royong.

3) Penyuluhan tentang perbaikan perumahan dan permukiman perlu terus dilakukan dengan menempuh semua jalur dan kesempatan yang ada.

4) Penciptaan lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih,

sehat dan aman.

5) Pembangunan perumahan dan permukiman harus mampu memperluas

kesempatan kerja, kesempatan berusaha.

6) Peningkatan sumber-sumber pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman oleh Pemerintah, usaha swasta dan koperasi masyarakat.

Program RTLH ini menggunakan Pendekatan Tridaya dalam pelaksanaannya. Pendekatan Tridaya atau Tribina adalah model pendekatan yang berupa:

a. Pembinaan lingkungan, yaitu mendorong masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih, indah dan sehat, dengan menempatkan ruang hijau, sarana umum MCK dalam setiap pembuatan site plan.

bantuan hibah RTLH, yang memungkinkan terjadinya proses social sharring pembiayaan antar warga dan semangat gotong-royong masyarakat.

c. Pembinaan ekonomi, yaitu memberikan pelatihan usaha sesuai kebutuhan warga setempat dan memberikan kemudahan akses kepada Bank untuk mendapat kanpinjaman, bagi perbaikan kualitas rumah dan usaha ekonomi produktif, melalui program penjaminan yang dikelolaoleh BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) Griya Layak Huni.