BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah adanya upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang
meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.
Penyakit-penyakit menular saat ini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan kematian serta
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai selama ini.
1
Dalam pencegahan dan pengobatan penyakit menular seperti infeksi kecacingan, pemerintah dan masyarakat telah bersama-sama melaksanakan berbagai program
pemberantasan infeksi kecacingan, terutama di sekolah dasar. Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, higiene keluarga dan
higiene pribadi.
2
Manusia merupakan hospes defenitif beberapa nematoda usus cacing perut, yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat.
3
3
Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan
anak usia sekolah dasar, terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, bermain-main di tanah
yang tercemar telur cacing tanpa memakai alas kaki.
4
Kurangnya pemakaian jamban
Universitas Sumatera Utara
keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah.
Di antara cacing perut terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah atau biasa disebut Soil Transmitted Helminths STH yakni Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura, Hookworm dan Strongyloides stercoralis. Jenis-jenis cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia.
5
Penularan STH diantaranya melalui tangan kotor yang kemungkinan terselip telur cacing yang akan tertelan ketika makan.
3
6
Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan
dengan faktor ekonomis.
7
Infeksi ini dapat mempengaruhi pemasukan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing dapat
menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat juga
menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya. Sampai saat ini infeksi STH masih tetap merupakan suatu masalah karena dilihat
dari kondisi sosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia.
3
7
WHO tahun 2010, mengatakan bahwa agen penyebab STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan
Hookworm. Kejadian tertinggi meliputi sub-Sahara Afrika, Amerika, China dan Asia Timur.
8
Prevalensi STH secara global tahun 2003 pada anak sekolah dasar adalah Ascaris lumbricoides 35 , Trichuris trichiura 25 , dan Hookworm 26 .
9
Prevelansi STH di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi yaitu sebesar 60, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai resiko tinggi terjangkit
Universitas Sumatera Utara
penyakit ini.
3
Hasil survei kecacingan 2009 di Indonesia oleh Ditjen P2PL menyebutkan 31,8 siswa SD menderita kecacingan.
Data hasil survei prevalensi infeksi STH oleh Depkes pada anak sekolah dasar di 27 propinsi di Indonesia menurut jenis cacing tahun 2002 – 2006 didapatkan bahwa pada
tahun 2002 prevalensi Ascaris lumbricoides 22,0, Trichuris trichiura 19,9 dan Hookworm 2,4. Tahun 2003 prevalensi Ascaris lumbricoides 21,7, Trichuris trichiura
21,0 dan Hookworm 0,6. Tahun 2004 prevalensi Ascaris lumbricoides 16,1, Trichuris trichiura 17,2 dan Hookworm 5,1. Tahun 2005 prevalensi Ascaris lumbricoides 12,5,
Trichuris trichiura 20,2 dan Hookworm 1,6 dan pada tahun 2006 prevalensi Ascaris lumbricoides 17,8, Trichuris trichiura 24,2 dan Hookworm 1,0.
10
Hasil survei pada anak Sekolah Dasar dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2005 didapatkan infeksi
STH tertinggi di Kabupaten Tapanuli Tengah 66,67, Tapanuli Selatan 55, Nias 52,17, Labuhan Batu 45,59, Asahan 45,58, Deli Serdang 39,56 dan Padang
Sidempuan 34,23.
11
Survei pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu sekolah
yang beresiko terkena infeksi STH. Hal ini dikarenakan melihat dari kebersihan perorangan murid baik di rumah dan di sekolah masih buruk. Murid di sekolah tersebut mayoritas
bekerja ke ladang untuk membantu orang tua sehabis pulang sekolah di mana ketika di ladang, mereka akan lebih banyak kontak dengan tanah dan lebih sering tidak
menggunakan sandal ketika bekerja.
12
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang ”Faktor- faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada
murid kelas IV, V dan VI SD Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011”
1.2 Rumusan Masalah