Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang ”Faktor- faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada
murid kelas IV, V dan VI SD Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011”
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan yang
ditularkan melalui tanah pada murid kelas IV, V dan VI SD Negeri No. 173327
Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan yang
ditularkan melalui tanah pada murid kelas IV, V dan VI SD Negeri No. 173327
Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi infeksi STH pada murid kelas IV, V dan VI SD
Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi infeksi STH berdasarkan jenis cacing Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm,
Strongyloides stercoralis
pada murid SD Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang
Hasundutan tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi berdasarkan karakteristik murid umur, jenis
kelamin dan kebersihan perorangan pada murid kelas IV, V dan VI SD Negeri No.
173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi berdasarkan sanitasi dasar lingkungan rumah
sumber air bersih dan kepemilikan jamban pada murid kelas IV, V dan VI SD
Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011.
e. Untuk mengetahui hubungan karakteristik anak umur, jenis kelamin dan
kebersihan perorangan dengan infeksi STH pada murid kelas IV, V dan VI SD Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang
Hasundutan tahun 2011. f.
Untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar lingkungan rumah sumber air bersih dan kepemilikan jamban dengan infeksi STH pada murid kelas IV, V dan VI SD
Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011.
g. Untuk mengetahui Ratio Prevalence RP infeksi STH pada murid kelas IV, V dan
VI berdasarkan umur, jenis kelamin, kebersihan perorangan, sumber air bersih dan kepemilikan jamban di SD Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi bagi staf pengajar di Sekolah Dasar agar dapat memberikan
pengarahanpenyuluhan tentang pencegahan penyakit kecacingan di SD Negeri No. 173327 Bahalimbalo Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan
b. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap upaya penanggulangan penyakit
kecacingan serta bahan evaluasi dalam program penanggulangan penyakit kecacingan pemerintah khususnya Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang
Hasundutan. c.
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan pada
murid sekolah dasar.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Kecacingan
Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan tubuh
manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat.
7
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh nematoda usus yang ditularkan melalui tanah atau disebut
“soil transmitted helminths” yang terpenting bagi manusia yakni Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis, dan beberapa spesies Trichostrongylus.
2.2 Jenis-jenis Nematoda Usus yang Ditularkan melalui Tanah
5
Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar di antara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup dan hubungan
hospes-parasit host-parasite relationship. Nematoda usus di Indonesia lebih sering disebut sebagai cacing perut. Sebagian
penularannya terjadi melalui tanah, maka mereka digolongkan dalam kelompok cacing yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminths.
5
13
Kelainan patologik akibat infeksi cacing usus dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa maupun oleh larvanya, tergantung siklus hidup cacing dan dipengaruhi oleh lokasi stadium
cacing usus di dalam tubuh manusia. Cacing dewasa dapat menimbulkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi, obstruksi usus, iritasi usus, dan perforasi usus
tergantung cara hidup cacing dewasa, sedangkan larvanya dapat menimbulkan reaksi alergik dan kelainan jaringan di tempat hidupnya.
13
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Ascaris lumbricoides a.
Morfologi dan Daur Hidup
Manusia merupakan satu-satunya hopses Ascaris Lumbricoides. Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis.
Ascaris Lumbricoides jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm. Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Ascaris Lumbricoides betina dapat bertelur
sebanyak 100.000-200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.
5
Telur yang dibuahi, besar kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak dibuahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
5
Cacing jantan mempunyai ujung posterior yang runcing, melengkung ke arah ventral, mempunyai banyak papil kecil dan juga terdapat 2 buah spikulum yang
melengkung, masing-masing berukuran panjang sekitar 2 mm. Cacing betina mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat conical dan lurus.
5
13
Gambar 2.1 Cacing Ascaris lumbricoides dewasa A: betina dan B: jantan Telur yang dibuahi berbentuk avoid dan berukuran 60-70 x 30-50 . Bila baru
dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi membran vitelin yang tipis. Di sekitar membran ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi lagi oleh
14
Universitas Sumatera Utara
lapisan albuminoid yang tidak teratur. lapisan albuminoid ini kadang-kadang hilang atau dilepaskan oleh zat kimia dan menghasilkan telur tanpa kulit decorticated. Di dalam
rongga usus, telur memperoleh warna kecokelatan dari pigmen empedu. Telur yang tidak dibuahi berukuran 88-94 x 40-44 dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan
isi nya tidak teratur. Larva Ascaris lumbricoides dapat terlihat di dalam paru-paru yang kena infeksi dan panjangnya dapat sampai 2 mm dengan diameter 75 . Larva mempunyai
usus di bagian tengah, sepasang saluran ekskresi dan ala yang nyata.
15
Gambar 2.2 Telur Ascaris lumbricoides Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 tiga minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh
darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.
14
Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus,
lalu menuju usus halus. Di usus halus berubah manjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 dua bulan.
5
5
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Daur Hidup Ascaris lumbricoides
14
b. Patologi dan Gejala Klinis
Gejala yang timbul pada penderita Ascariasis dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi saat berada di paru. Pada orang yang
rentan terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam, eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat. Pada kasus ini
sering terjadi kekeliruan diagnosis karena mirip dengan gambaran TBC, namun infiltrat ini menghilang dalam waktu 3 tiga minggu, setelah diberikan obat cacing pada penderita.
Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti
mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
5
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Trichuris trichiura a.
Morfologi dan Daur Hidup
Trichuris trichiura termasuk nematoda usus yang biasanya dinamakan cacing cemeti atau cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemeti dengan bagian depan yang tipis
dan bagian belakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing ini pada umumnya hidup di sekum manusia, sebagai penyebab Trichuriasis dan tersebar secara kosmopilitan.
Trichuris trichiura jauh lebih kecil dari Ascaris lumbricoides, anterior panjang dan sangat halus, posterior lebih tebal. Betina panjangnya 35-50 mm, dan jantan panjangnya
30-45 mm. Telur berukuran 50-54 x 32 mikron, bentuk seperti tempayantong, di kedua ujung ada operkulum mukus yang jernih berwarna kuning tengguli, bagian dalam jernih,
dan dalam feses segar terdapat sel telur.
16
17
Gambar 2.4 Cacing Trichuris trichiura dewasa Telur dengan ukuran 50-55 m x 22-24 m berbentuk seperti tempayan dengan
semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
14
5
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Telur Trichuris trichiura Telur yang keluar bersama tinja penderita belum mengandung larva, oleh karena itu
belum infektif. Jika telur jatuh di tanah yang sesuai, dalam waktu 3-4 minggu telur berkembang menjadi infektif. Bila telur yang infektif termakan manusia, di dalam usus
halus dinding telur pecah dan larva cacing keluar menuju sekum untuk selanjutnya tumbuh menjadi dewasa. Untuk mengambil makanannya, cacing memasukkan bagian anterior
tubuhnya ke dalam mukosa usus hospes. Satu bulan sejak masuknya telur ke dalam mulut, cacing dewasa telah mulai mampu bertelur. Cacing ini dapat hidup beberapa tahun lamanya
di dalam usus manusia.
14
13
Gambar 2.6 Daur Hidup Trichuris trichiura
14
Universitas Sumatera Utara
b. Patologi dan Gejala Klinis
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini
tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini
memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan.
Di samping itu rupanya cacing ini mengisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Gejala klinik hanya timbul jika terdapat infeksi yang berat. Penderita mengalami anemia yang berat dengan hemoglobin di bawah 3 , diare disertai oleh tinja yang
berdarah, nyeri perut dan muntah-muntah serta mual. Berat badan penderita akan menurun. Kadang-kadang pada anak dan bayi terjadi prolaps dari rektum dengan cacing tampak
melekat pada mukosa.
13
2.2.3 Hookworm Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
13
a. Morfologi dan Daur Hidup
Hospes parasit ini adalah manusia; cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis.
Hookworm dewasa berbentuk silindris dengan kepala membengkok tajam ke belakang. Cacing jantan lebih kecil dari pada yang betina. Spesies Hookworm dapat
dibedakan terutama karena rongga mulutnya dan susunan rusuk-rusuk pada bursa.
5
15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Hookworm Namun telur-telurnya tidak dapat dibedakan. Telur-telurnya berbentuk ovoid dengan
kulit yang jernih dan berukuran 74-76 x 36-40 . Bila baru dikeluarkan di dalam usus, telurnya mengandung satu sel, tetapi bila dikeluarkan bersama tinja, sering sudah
mengandung 4-8 sel, dan dalam beberapa jam tumbuh menjadi stadium morula dan kemudian menjadi larva rabditiform stadium pertama.
14
15
Gambar 2.8 Telur Hookworm Infeksi pada manusia di dapat melalui penetrasi larva filaform yang terdapat di
tanah ke dalam kulit. Setelah masuk ke dalam kulit, pertama-tama larva dibawa aliran darah vena ke jantung bagian kanan dan kemudian ke paru-paru. Larva menembus
alveoli, bermigrasi melalui bronki ke trakea dan faring, kemudian tertelan sampai ke usus kecil dan hidup di situ. Mereka melekat di mukosa, mempergunakan struktur mulut
sementara, sebelum struktur mulut permanen yang khas terbentuk.
14
18
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Daur Hidup Hookworm
b. Patologi dan Gejala Klinis