Rumusan masalah Tujuan penelitian Pengetahuan

individu masing-masing. Bahkan di perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenore. Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89 sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore menyebabkan 14 dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari Calis, 2011. Dismenore mempunyai beberapa faktor resiko yang memperberat terjadinya dismenore diantaranya wanita yang mengalami kegelisahan, ketegangan, depresi dan kecemasan Unsal, 2001. Selanjutnya wanita yang mengalami menars yang lebih awal dan terdapatnya infeksi pada pelvis juga dapat merupakan faktor resiko dari dismenore tersebut Unsal,2010. Dari hasil data-data yang ada dapat kita ketahui bahwa kejadian dismenore cukup tinggi terutama dalam kalangan remaja, pengetahuan tentang dismenore pada remaja dianggap penting sehingga mereka mengetahui dan dapat menghadapi dismenore sehingga dapat mencari jalan keluar yang terbaik dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian ringkas dalam latar belakang di atas,dapat dirumuskan : Bagaimanakah pengetahuan dan sikap pelajar tentang dismenore?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan pelajar SMA Negeri 1 Medan tentang dismenore. 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : a. Bagi pelajar di SMA Negeri 1 Medan, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap mereka terhadap dismenore. Universitas Sumatera Utara b. Bagi sekolah, menambah pemahaman guru terhadap murid yang mengalami dismenore. c. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan. d. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi Dismenore Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “ dys ” yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “ rrhea ” yang berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid Calis, 2011. Dismenore adalah rasa nyeri selama menstruasi yang ditandai dengan rasa kram di perut bawah Simanjuntak, 2008. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-hari Manuaba, 2001. Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari Okparasta, 2003.

2.1.2 Epidemiologi Dismenore

Dismenorea dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi. Diperkirakan 50 dari seluruh wanita di dunia menderita dismenorea dalam sebuah siklus menstruasi Calis, 2011. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak 12 nyeri haid sudah parah, 37 nyeri haid sedang, dan 49 nyeri haid masih ringan Calis, 2011. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90 wanita mengalami dismenorea dan 10-15 diantaranya mengalami dismenorea berat,yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenoreaCalis, 2011. Di Pakistan diperkirakan 57 pelajar yang mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka Tariq, 2009. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia angka kejadian dismenorea primer sebesar 54,89 sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenorea menyebabkan 14 dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari Calis, 2011.

2.1.3 Klasifikasi Dismenore

Dismenore diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 1. Dismenore primer Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata Simanjuntak, 2008. Dismenore primer ini tidak berhubungan dengan penyebab fisik yang nyata Morgan, 2009. Dismenore primer biasanya terjadi 6 bulan sampai 12 bulan setelah menars Holder, 2011. Oleh karena itu, siklus haid pada bulan pertama setelah menars umumnya berjenis anovulatoar tidak disertai dengan pengeluaran ovum yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam Simanjuntak, 2008. Biasanya 8-72 jam Holder, 2011. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha Simanjuntak, 2008. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya Polat, 2009. 2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang dijumpai dengan adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata Simanjuntak, 2008. Dismenore sekunder terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-lain Schwart, 2005. Dismenore sekunder sering terjadi pada usia 30 tahun, dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya umur dan memburuk seiring dengan waktu Benson, 2009. Karakteristik nyeri berbeda- beda pada setiap siklus haid dimana nyeri haid terjadi dengan kelainan patologis panggul Simanjuntak, 2008. Universitas Sumatera Utara Dismenore diklasifikasikan juda secara klinis,yaitu : 1 Ringan Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari 2 Sedang Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya 3 Berat Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, diare, dan rasa tertekan Manuaba, 2001.

2.1.4 Etiologi dismenore

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain: a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore Abedian, 2011. b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore. c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis da uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. Universitas Sumatera Utara d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron. e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid Simanjuntak, 2008. Penyebab dari dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan-kelainan organik, misalnya : a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil b. Posisi rahim yang tidak normal c. Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya myoma uteri d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat lain Endometriosis , bisa ditemukan di dalam selaput usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu haid, jaringan selaput lendir yang di luar rahim juga seperti ikut terlepas dan berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim. e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah anemia , buang air besar kurang lancar constipation , postur tubuh yang terlalu kurus Yatim, 2001.

2.1.5 Patofisiologi

Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu, prostaglandin- F2 α, dari sel-sel endomerium uterus. Prostaglandin-F2 α adalah Universitas Sumatera Utara suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat Corwin, 2009. 2.1.6 Diagnosis dismenore 2.1.6.1 Diagnosis Dismenore primer Pada gadis perawan yang mengalami nyeri kram ringan cukup dilakukan pemeriksaan menyeluruh serta pemeriksaan genitalia untuk menyingkirkan kelainan duktus Mülleri obstruktif. Pada pasien yang lebih tua,terutama yang mengalami dismenore berat, sebaliknya dilakukan pemeriksaan pelvis menyeluruh Schwartz, 2005.

2.1.6.2 Diagnosis Dismenore sekunder

1. Ultrasonografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam anatomi rahim, misalnya posisi, ukuran, dan luas ruangan dalam rahim 2. Histerosalphingografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukcosa, atau adenomyosis 3. Histerokopi : untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp atau tumor lain. 4. Laparoskopi : untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan penyakit-penyakit laindalam rongga panggul Yatim, 2001. Universitas Sumatera Utara 2.1.7 Tatalaksana dismenore 2.1.7.1 Farmakologi a Pemberian obat analgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran adalah novalgin, ponstan, acetaminopen, dan sebagainya Simanjuntak, 2008. b Obat anti inflamasi nonsteroid NSAID NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80 kasus Kabirian, 2011. Nasihatkan wanita untuk mengonsumsinya pada saat atau sesaat sebelum awitan nyeri 3 kalihari pada hari pertama hingga ketiga Sinclair, 2009. C Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi Simanjuntak, 2008. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan menurunkan produksi prostaglandin karena atrofi endometrium desidual Martinus, 2010.

2.1.7.2 Nonfarmakologi

a Penerangan dan nasihat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan . nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, Universitas Sumatera Utara istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi Simanjuntak, 2008. Olahraga dapat mengurangi rasa nyeri oleh karena terkontrolnya emosional seperi suasana hati dan tekanan Lafebvre, 2005

2.2 Pengetahuan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengetahuan itu berasal dari kata tahu yang berarti: mengerti sesudah melihat, mengalami. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu Notoatmodjo, 2005. Menurut Bloom, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, antara lain : 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan menyimpulkan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara banar. 3. Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya, misalnya ; rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian. 4. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis synthesis Universitas Sumatera Utara Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

2.3 Sikap