Dismenore diklasifikasikan juda secara klinis,yaitu : 1
Ringan Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari
2 Sedang
Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya 3
Berat Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, diare, dan rasa
tertekan Manuaba, 2001.
2.1.4 Etiologi dismenore
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor
memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain: a.
Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah
timbul dismenore Abedian, 2011. b.
Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor
seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita
menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore,
walaupun ada stenosis servikalis da uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat
menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus,
sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada
perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.
e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid Simanjuntak, 2008.
Penyebab dari dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan-kelainan organik, misalnya :
a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil
b. Posisi rahim yang tidak normal
c.
Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya
myoma uteri
d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya
dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat lain
Endometriosis
, bisa ditemukan di dalam selaput usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu haid, jaringan selaput lendir yang di
luar rahim juga seperti ikut terlepas dan berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim.
e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah
anemia
, buang air besar kurang lancar
constipation
, postur tubuh yang terlalu kurus Yatim, 2001.
2.1.5 Patofisiologi