Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang HIV/AIDS Di Kota Medan tahun 2010

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA

TENTANG HIV/AIDS

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

Oleh:

TAY CHIU MEI

070100324

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA

TENTANG HIV/AIDS

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

TAY CHIU MEI

070100324

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang HIV/AIDS

Di Kota Medan tahun 2010.

NAMA: TAY CHIU MEI NIM: 070100324

Pembimbing Penguji I

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, Mkes) (dr.Sri Sofyani, Sp. A) NIP: 196906091999032001

Penguji II

(dr.A. Amra, Sp.M)

Medan, 30 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP:195400220198011101


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Sampai saat ini HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan .Namun, kesadaran dan pengetahuan masyarakat, terutama yang berusia produktif,untuk menghindari dari HIV/AIDS masih rendah, termasuk di kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS di kota Medan.Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada pada dalam kategori sedang, yaitu 81,5%, kategori baik dan buruk masing-masing 16,0% dan 2,5%. Hasil uji sikap responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu 58,0%, kategori baik diperoleh sebesar 42,0%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori sedang dan sikap pelajar SMA di kota Medan berada di kategori sedang.Masukan kepada kepala sekolah SMA supaya memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS, melakukan training pada guru-guru dan melakukan pertemuan ilmiah dan seminar-seminar mengenai HIV/AIDS.


(5)

ABSTRACT

Introduction. By now HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. However, awareness and knowledge of society, especially the productive age to avoid of HIV / AIDS is still low, including in the city of Medan.

Methods. The purpose of this study was to determine knowledge and attitudes of public and private high school students about HIV / AIDS in Medan city. This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using cluster sampling technique.

Results. With a total sample of 200 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 81.5%, good and less categories respectively 16.0% and 2.5%. Test results respondent attitudes towards HIV / AIDS is majority on average category that is 58.0%, the good category is 42.0%, and it is not obtained by the respondents with less category.

Discussion. From these results, it can be concluded that knowledge of high school students in Medan city is at average category and the attitudes of high school students in the Medan city are also at the average category. Input to the high school principal in order to provide information and learning materials on HIV / AIDS, conduct training on the teachers and conduct scientific meetings and seminars on HIV / AIDS.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan karena berkat dan karunianya, laporan penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang HIV/AIDS Di Kota Medan tahun 2010 akhirnya selesai. Saya juga ingin mengambil kesempatan ini untuk memberikan penghargaan saya kepada dosen pembimbing saya dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes yang telah membimbing saya selama 2 semester dari awal penelitian sampai selesainya penelitian ini. Penghargaan turut diberikan kepada ibu bapa saya, dan semua yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam penghasilan laporan penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan kita dalam ilmu HIV/ AIDS. Ini karena penyakit infeksius ini merupakan penyakit yang sampai sekarang tidak ada terapi definitif yang dapat menyembuhkan penderitanya. Selain itu, masalah HIV/ AIDS telah semakin bertambah di setiap negara. Sebagai seorang yang dalam bidang kesehatan, kita seharusnya mempunyai pengetahuan yang cukup dalam HIV/ AIDS, dan sikap yang sesuai terhadap pasien-pasien kita yang terinfeksi HIV. Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam usaha peperangan dengan HIV/ AIDS. Sekian, terima kasih.

Penulis,

Tay Chiu Mei NIM: 070100324


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR ISTILAH ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB 1 PENDAHULUAN ...

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 1.4. Manfaat Penelitian ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1. HIV/ AIDS ... 2.1.1. Definisi ... 2.1.2. Etiologi ... 2.1.3. HIV/ AIDS Transmisi ... 2.1.4. Faktor resiko ... 2.1.5. Imunopatogenesis ... 2.1.6. Perjalanan penyakit ...

Hlmn i ii iii iv v viii ix x xi 1 1 4 5 5 5 5 7 7 7 7 8 9 10 11


(8)

2.1.7. Diagnosis HIV / AIDS ... 2.1.8. Epidemi HIV / AIDS ... 2.1.9. Pembahagian Stadium ... 2.1.10. Gejala Klinis pada stadium AIDS ... 2.1.11. Pencegahan HIV /AIDS ... 2.2. Pengetahuan ... 2.3.Sikap ...

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 3.2. Definisi Operasional ...

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian ... 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4.2.1. Lokasi Penelitian ... 4.2.2. Waktu Penelitian ... 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 4.3.1. Populasi Penelitian ... 4.3.2. Sampel Penelitian ... 4.4. Instrumen Penelitian ... 4.4.1. Pengukuran Pengetahuan ... 4.4.2. Pengukuran Sikap ... 4.5. Metode Pengumpulan Data ... 4.5.1. Data Primer ... 4.5.1. Data Sekunder ……….………….. 4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ………. 4.6. Metode Analisis Data ………

12 13 14 15 15 18 20 22 22 22 24 24 24 24 24 24 24 25 26 26 27 29 29 29 29 30


(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian ... 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 5.1.3. Hasil Analisa Data ... 5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Terhadap HIV /AIDS ... 5.1.3.2. Sikap PelajarSMA Negeri-6 dan SMA

Methodist-2 terhadap HIV/AIDS ... 5.2. Pembahasan ... 5.2.1. Pengetahuan ... 5.2.2. Sikap ...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN

31

31 31 31 32

32

35 38 38 40

43

43 44


(10)

DAFTAR TABEL Nomor 3.1 4.1 4.2 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 Judul

Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable Pengetahuan

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap tingkat Pengetahuan

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable Sikap

Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan Sikap

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Sikap Halaman 23 26 28 32 33 34 35 36 37 38


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar 3.1

Judul Kerangka konsep antara tingkat

pengetahuan dan sikap Pelajar SMA di sekolah SMA Negeri-6 dan SMA Methodist-2 di Kota Medan terhadap HIV/AIDS.

Halaman 22


(12)

DAFTAR ISTILAH

HIV - Human Immunodeficiency Virus

AIDS - Acquired Immune Deficiency Syndrome ODHA - Orang dengan HIV/ AIDS


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran II Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner

Lampiran III Lembar Persetujuan Pengisian Kuesioner

Lampiran IV Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran V Health Research Ethical Committee

Lampiran VI Surat Pengizinan

Lampiran VII Master Data dan Output


(14)

ABSTRAK

Pendahuluan. Sampai saat ini HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan .Namun, kesadaran dan pengetahuan masyarakat, terutama yang berusia produktif,untuk menghindari dari HIV/AIDS masih rendah, termasuk di kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS di kota Medan.Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada pada dalam kategori sedang, yaitu 81,5%, kategori baik dan buruk masing-masing 16,0% dan 2,5%. Hasil uji sikap responden terhadap HIV/AIDS mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu 58,0%, kategori baik diperoleh sebesar 42,0%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori sedang dan sikap pelajar SMA di kota Medan berada di kategori sedang.Masukan kepada kepala sekolah SMA supaya memberikan informasi dan materi pelajaran mengenai HIV/AIDS, melakukan training pada guru-guru dan melakukan pertemuan ilmiah dan seminar-seminar mengenai HIV/AIDS.


(15)

ABSTRACT

Introduction. By now HIV / AIDS is not just a health issue but has directly become a political and even economic issues which is very serious in countries that are developing and can lead to poverty. However, awareness and knowledge of society, especially the productive age to avoid of HIV / AIDS is still low, including in the city of Medan.

Methods. The purpose of this study was to determine knowledge and attitudes of public and private high school students about HIV / AIDS in Medan city. This research was conducted with descriptive research method, the approach used in this study design was a cross sectional study and sampling by using cluster sampling technique.

Results. With a total sample of 200 people, obtained the results of studies showing that the level of respondents knowledge on HIV / AIDS majority are at average category that is 81.5%, good and less categories respectively 16.0% and 2.5%. Test results respondent attitudes towards HIV / AIDS is majority on average category that is 58.0%, the good category is 42.0%, and it is not obtained by the respondents with less category.

Discussion. From these results, it can be concluded that knowledge of high school students in Medan city is at average category and the attitudes of high school students in the Medan city are also at the average category. Input to the high school principal in order to provide information and learning materials on HIV / AIDS, conduct training on the teachers and conduct scientific meetings and seminars on HIV / AIDS.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), sekarang ini dianggap sebagai pandemik paling hebat yang pernah terjadi dalam dua decade terakhir ini. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabakan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh makin melemah dan mudah terjangkit penyakit infeksi. Sampai saat ini HIV/AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan tetapi secara langsung sudah menjadi persoalan politik dan bahkan ekonomi yang sangat serius di negara-negara yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan kemiskinan (Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS , 2003-2007).

Statistik terbaru dari global HIV dan AIDS yang diterbitkan oleh UNAIDS(United National Joint Program For HIV/AIDS) pada bulan November 2009, dan mengacu pada akhir 2008. Diperkirakan terdapat Orang-orang yang hidup dengan HIV / AIDS adalah 33,4 juta .Orang dewasa yang hidup dengan HIV / AIDS adalah 31.3 juta .Perempuan yang hidup dengan HIV / AIDS adalah 15,7 juta . Anak-anak yang hidup dengan HIV / AIDS adalah 2,1 juta . Orang yang baru terinfeksi HIV adalah 2.7 juta maka Kematian AIDS pada tahun 2008 2,0 juta. Lebih dari 25 juta orang meninggal karena AIDS sejak tahun 1981. Di afrika 14 juta anak kehilangan orangtua yang meninggal akibat AIDS(UNAIDS 2009).

Di Indonesia, diperkirakan epidemik HIV/AIDS akan terus mengalami peningkatan, ada 12-19 juta orang rawan untuk terkena HIV dan diperkirakan ada 95.000-130.000 penduduk yang tertular HIV(Depkes, 2004). Sejak pertama kali kasus HIV dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat dengan cepat, data terbaru menunjukkan sampai tanggal 31 Desember


(17)

2009 secara kumulatif, terdapat kasus total AIDS sebanyak 19973 dan kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 3846(Ditjen PPM & PL Depkes RI 2009).

Menurut Ditjen PPM & PL Depkes RI 2009, prevalensi kasus AIDS per 100.000 penduduk berdasarkan propinsi,terdapat 3.71 di Sumatera Utara. Jumlah kumulatif kasus AIDS berdasarkan provinsi di Sumatera Utara adalah sebanyak 485 dan kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 93 kasus (Ditjen PPM & PL Depkes RI 2009).

Penularan yang penting termasuk penetrasi tanpa kondom antara laki-laki, penggunaan narkoba suntikan, dan suntikan yang tidak aman dan transfusi darah. Di banyak negara, termasuk kebanyakan negara di benua Amerika, Asia dan Eropa, infeksi HIV adalah terutama terkonsentrasi di populasi melakukan perilaku berisiko tinggi, seperti seks yang tidak aman (terutama dalam konteks pekerjaan seks komersial atau antara laki-laki) dan berbagi obat peralatan injeksi. Di beberapa negara, pertumbuhan yang cepat dari ukuran populasi rentan - sebagai akibat dari kerusuhan sipi, meningkatnya kemiskinan atau faktor-faktor sosial dan ekonomi lain - memicu pertumbuhan epidemi dan penyebaran lebih luas virus (WHO 2004).

Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4, 14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda.Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.).Diperkirakan setiap hari ada 8.219 orang di dunia yang meninggal karena AIDS, sedangkan di kawasan Asia Pacific mencapai angka1.192orang.Data dan fakta tersebut belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya, melainkan hanya merupakan "puncak gunung es", artinya, yang kelihatan atau dilaporkan hanya sedikit, sementara yang tidak kelihatan atau tidak


(18)

dilaporkan jumlahnya berkali-kali lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya bisa 100 kali lipat (Widianti E, Universitas Padjadjaran Falkultas Keperawatan Jatinangor 2007).

Ada beberapa penyebab yang memasukkan remaja dalam kelompok risiko tinggi .Salah satu penyebabnya adalah usia mereka masih berada dalam masa transisi, namun belum dapat disebut orang dewasa yang ditandai dengan adanya beberapa perubahan dalam diri mereka, antara lain perubahan fisik, emosi, pola pikir, sosial, dan biologis/seksual. Dini Usia inisiasi seksual. Menurut CDC Young Risiko Behavioral Survey (YRBS), banyak orang muda mulai melakukan hubungan seksual di usia dini: 47% dari siswa SMA telah melakukan hubungan seksual, dan 7,4% dari mereka melaporkan hubungan seksual pertama sebelum usia 13. PMP Menurut sebuah studi CDC dari 5.589 MSM, 55% laki-laki muda (umur 15-22) tidak membiarkan orang lain tahu mereka tertarik secara seksual pada laki-laki.(CDC 2004)

Estimasi populasi rawan tertular HIV di Indonesia tahun 2006 sebesar 193.000. Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus(2010 Ditjen PP&PL - Departemen Kesehatan R.I.). Faktor risiko penularan aids di Indonesia, khususnya Remaja lebih banyak karena pemakaian narkoba melalui jarum suntik bersama diantara pemakainya (IDU). Serta kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain, sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.Dan parahnya berdasarkan penelitian oleh lembaga terkait di Indonesia, banyaknya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja disebabkan oleh ketidak mengertian dan ketidakpedulian remaja terhadap HIV/AIDS, akibat kurangnya imformasi HIV/AIDS yang dikemas


(19)

dengan bahasa yang mudah dimengerti dan cara yang tidak membosankan sekaligus tidak mendikte, sehingga dapat diterima dengan baik oleh para remaja(Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta 2010).

Sekolah menengah atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 3 . Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA Negeri sangat berbeda dengan SMA Swasta, di mana SMA Negeri merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah sedangkan SMA Swasta dikelola oleh pihak swasta. SMA Negeri dengan SMA Swasta memiliki perbedaan dalam hal tingkat sosial-ekonomi, di mana SMA Negeri kebanyakan menampung siswa dengan latar belakang keluarganya sosial-ekonomi menengah ke bawah, sedangkan SMA Swasta lebih banyak menampung siswa dengan latar belakang keluarganya sosial-ekonomi menengah ke atas. Contohnya dari segi uang sekolah mereka,pada SMA Negeri hanya berkisar beberapa puluh ribu rupiah,sedangkan untuk SMA Swasta berkisar ratusan ribu rupiah. Maka kesempatan SMA Swasta untuk berjajan lebih tinggi dibandingkan dengan SMA Negeri. Contohnya, terlibat dalam makanan , IUD dan sosial yang luas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap dari para pelajar SMA baikdi sekolah swasta maupun negeri mengenai HIV/AIDS.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dilihat masih banyaknya jumlah remaja penderita HIV/AIDS diduga karena keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan bagi remaja yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar dan menyeluruh dikalangan remaja berusia 15 – 24 tahun.


(20)

Rumuskan masalah dalam penelitian ini, Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Sikap Palajar SMA Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri dan Swasta pada Tahun 2010?

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang HIV/AIDS di SMA Negeri dan Swata di kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pelajar SMA tentang pengertian HIV/AIDS .

b. Untuk mengetahui sikap pelajar SMA tentang HIV/AIDS .

1.4. Manfaat penelitian

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat :

a. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai informasi dan masukan bagi instansi kesehatan yang terkait dalam pengambil keputusan, penetapan kebijakan, dan perencanaan program kesehatan dalam upaya penanggulangan IMS khususnya HIV/AIDS di sekolah.

b. Bagi Pihak Sekolah

Sebagai informasi dan masukan bagi para guru atau pendidik agar lebih mendukung pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS di lingkungan sekolah.


(21)

c. Bagi Siswa-Siswi (subjek Penelitian)

Sebagai informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dalam upaya pencegahan sehingga dapat terhindar dari penyakit tersebut.

d. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan peneliti dibidang kesehatan khususnya program pencegahan HIV/AIDS dikalangan remaja.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HIV/AIDS

2.1.1. Definisi

Menurut Martin (2003) Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menyebabkan AIDS. Terdapat 2 subtipe virus yaitu HIV-1 dan HIV-2. Menurutnya dalam buku yang sama, AIDS merupakan suatu sindroma yang diakibatkan oleh virus HIV akibat serangan pada Helper T-cells (CD4 lymphocytes). Ini menyebabkan hambatan dalam respon imun tubuh. AIDS merupakan manifestasi terakhir dari infeksi HIV. AIDS boleh tertular melalui 3 cara utama, iaitu melalui hubungan sexual, darah terinfeksi, atau dari ibu ke anak.

2.1.2. Etiologi

Walaupun sudah jelas bahwa HIV sebagai penyebab AIDS, tetapi asal-usul virus ini masih belum diketahui secara pasti. Mula-mula dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus (LAV). Virus ini detemukan oleh ilmuwan Institute Pasteur Paris, Barre-Sinoussi, Montagnier dan kolega-koleganya pada tahun 1983, dari seorang penderita dengan gejala “Lymphadenopathy Syndrome”. Pada tahun 1984, Popovic, Gallo dan rekan kerjanya dari National Institute of Health, Amerika Serikat, menemukan virus lain yang disebut Human T Lymphotropic Virus Type III(HTLV-III). Kedua virus ini oleh masing-masing penemuanya dianggap sebagai penyebab AIDS, kerena dapat diisolasi dari penderita AIDS di Amerika ,Eropah dan Afrika Tengah. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa kedua virus ini sama dan saat ini dinamakan HIV-1.

Sekitar tahun 1985 ditemukan retrovirus yang berbeda dari HIV-1 pada penderita yang berasal dari Afrika Barat. Virus ini oleh penelitian dari Paris disebut sebagai LAV-2, dan yang terbaru disebut sebagai HIV-2, dan juga disebutkan berhubungan AIDS pada manusia. Virus HIV-2 ini kurang virulen bila


(23)

dibandingkan virus HIV-1, tetapi disebutkan 70% individu yang terinfeksi virus HIV-2 akan terinfeksi oleh virus HIV-1.

Virus HIV-1 memiliki 10 subtipe yang diberikan kode A sampai J.Virus subtipe B merupakan prevalen di Amerika serikat dan Eropa Barat, ditemukan terutama pada pria homoseksual dan penggunaan obat suntik. Subtipe C dan E ditularkan melalui hubungan seksual. Subtipe C, yang merupakan prevalen di Afrika sub-Sahara, juga ditemukan di Amerika Utara. Subtipe E, yang merupakan penyebab epidemi di Thailand, memiliki daya afinitas yang lebih kuat terhadap sel epitel baik saluran reproduksi pria maupun wanita.Sebaliknya, subtipe B tidak mudah ditularkan melalui sel epitel saluran reproduksi, tetapi langsung masuk ke dalam tubuh melalui kontak pada darah. Subtipe E telah ditemukan hanya pada isolasi di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Karena subtipe C dan / atau E mempunyai afinitas tinggi pada sel epital saluran reproduksi, epidemi HIV yang baru dapat terjadi pada populasi heteroseksual. Penelitian vaksinasi saat ini masih ditujukan untuk pengembangan vaksinasi terhadap virus subtipe B.

HIV adalah retrovirus yang mampu mengkode enzim khusus, reverse transcriptase, yang memungkinkan DNA ditranskripsi dari RNA. Sehinnga HIV dapat menggandakan gen mereka sendiri, sebagai DNA, di dalam sel inang (hospes=host) seperti limfosit helper CD4. DNA virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis HIV. Penggabungan gen virus HIV pada sel inang ini merupakan rintangan berat untuk pengembangan antivirus terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV dan kegagalan manusia (sebagai hospes) untuk mengeluarkan antibodi terhadap virus menyebabkan sulitnya pengembangan vaksinasi yang efektif terhadap HIV.

2.1.3. HIV / AIDS Transmisi

HIV ditularkan ketika virus masuk ke dalam tubuh, biasanya dengan menyuntikkan sel yang terinfeksi atau air mani. Ada beberapa cara yang mungkin di mana virus dapat masuk.


(24)

• Umumnya, infeksi HIV ditularkan dengan melakukan hubungan seks sesama jenis(homoseksual) atau berbeda jenis (heteroseksual) ketika partner terinfeksi. Virus ini dapat memasuki tubuh melalui selaput vagina, vulva, penis, dubur, atau mulut selama seks.

• HIV sering menyebar di antara pengguna narkoba jarum suntik-saham yang atau jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah dari orang yang terinfeksi.

• Perempuan dapat menularkan HIV ke bayi mereka selama kehamilan atau kelahiran, ketika sel-sel ibu yang terinfeksi masuk sirkulasi bayi.

• HIV dapat tersebar di pengaturan layanan kesehatan melalui jarum disengaja tongkat atau kontak dengan cairan yang terkontaminasi.

• Sangat jarang, HIV menyebar melalui transfusi darah atau komponen darah yang terkontaminasi. Produk darah sekarang diuji untuk meminimalkan risiko ini. Jika jaringan atau organ dari orang yang terinfeksi adalah ditransplantasikan, penerima dapat terjangkit HIV. Donatur sekarang diuji untuk HIV untuk meminimalkan risiko ini.

• Orang-orang yang telah memiliki penyakit menular seksual, seperti mungkin untuk mendapatkan infeksi HIV selama hubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi.

Virus tidak menyebar melalui kontak biasa seperti menyiapkan makanan, berbagi handuk dan selimut, atau melalui kolam renang, telepon, atau toilet kursi.Virus ini juga tidak mungkin ditularkan melalui kontak dengan air liur, kecuali jika terkontaminasi dengan darah. (eMedicine health 2010).

2.1.4. Faktor resiko

Terdapat 5 kelompok orang dewasa yang mempunyai resiko terinfeksi HIV, (Cotran, Kumar & Collins, 1999). Pertama adalah kelompok homoseksual dan biseksual. Ini merupakan kelompok terbesar di kebanyakan negara barat. Kedua adalah kelompok yang menggunakan narkoba secara intravena. Ini


(25)

merupakan faktor resiko terbesar untuk golongan heteroseksual. Ketiga adalah kelompok haemophiliacs. Namun setelah usaha memeriksa antibodi dan antigen HIV bermula pada tahun 1985, bilangan orang dalam kelompok ini semakin berkurang. Keempat adalah penerima transfusi darah dan komponen darah. Contohnya adalah penerima platlet. Kelima adalah golongan yang mempunyai hubungan heteroseksual dengan empat golongan di atas.

2.1.5. Imunopatogenesis

Sasaran utama virus HIV adalah subset limfosit yang berasal dari thimus, yaitu sel helper/inducer.Pada permukaan sel ini terdapat molekul glikoprotein disebut CD4, yang diketahui berikatan dengan glikoprotein envelope virus HIV. Kerusakan CD4 pada limfosit ini merupakan salah satu penyebab terjadinya efek imunosupresif oleh virus. Saat ini telah ditemukan bahwa CD4 juga ada di sel-sel yang lainnya, walaupun dalam densitas yang lebih rendah, seperti pada monosit dan makrofag termasuk yang di jaringan seperti sel Langerhans di kulit dan sel dendritik di darah dan limfonodi. Sel-sel ini juga merupakan sel yang berperanan penting untuk memulai respons imun sehingga fungsi ini juga terganggu oleh adanya ikatan dengan virus HIV. CD4 atau molekul yang mirip juga dideteksi ada di otak walaupun belum diketahui dengan jelas sel mana yang mengekspresikan CD4 itu.

HIV yang sudah masuk ke dalam sel limfosit CD4 tersebut akan mengadakan multiplikasi dengan cara menumpang dalm proses pertumbuhan sel inangnya. Di dalam sel limfosit CD4, HIV mengadakan replikasi dan merusak sel tersebut, dan apabila sudah matang virus-virus baru keluar dan selanjutnya masuk ke dalam sel limfosit CD4 yang lainnya, berkembang biak dan selanjutnya merusak sel tersebut.

Sel limfosit CD4 berperan sebagai pengatur utama respon imun. Ketika sel ini diaktifkan oleh kontak dengan antigen, mereka akan berespons melalui pembelahan sel dan menghasilkan limfokin seperti interferon, interleukin dan tumour necrosis faktor. Limfokin ini berfungsi sebagai hormon local yang


(26)

mengendalikan pertumbuhan dan maturasi sel limfosit tipe lainnya terutama sel T sitotoksik/supresor (CD8) dan limfosit B penghasil antibodi. Limfokin juga memicu maturasi dan fungsi monosit dan makrofag jaringan.

Awal setelah infeksi virus HIV, respon antibodi belum terganggu, sehingga timbul antibodi terhadap envelope dan protein core virus yang merupakan bukti prinsip adanya infeksi HIV. Aktivasi poliklonal limfosit B selanjutnya ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsentrasi immunoglobulin serum. Hal inimungkin terjadi akibat aktivasi langsung virus terhadap sel B. Pada stadium penyakit selanjutnya, konsentrasi immunoglobulin cenderng untuk turun.

Efek paling penting dari virus HIV adalah terhadap respon imun selular (sel T). Pada awal infeksi, dalam beberapa hari atau minggu, seperti pada infeksi virus lainnyaakan terdapat peningkatan jumlah sel sitotoksik/supresor CD8. Tetapi , meski penderita masih berada dalam kondisi seropositif sehat, pada paparan ulang antigen tidak terjadi peningkatan sel CD8 lagi. Hal ini mungkin disebabkan berkurangnya limfokin interleukin 2 yang dikeluarkan sel limfosit CD4 untuk memicu CD8. Seseorang akan tetap seropositif dan sehat untuk jangka waktu yang lama. Petanda progresivitas dari penyakit ini, selain gejala klinik, ditujukkan dengan cepatnya penurunan jumlah sel limfosit CD4. Sel limfosit CD8 juga bisa ikut berkurang. Pada tahap lebih lanjut akibat gangguan produksi limfokin oleh limfosit CD4, fungsi sel-sel lainnya seperti monosit, makrofag dan sel Natural killer juga ikut terganggu. Infeksi progresid HIV pada akhirnya akan menyebabkan penurunan imunitas progresif.

2.1.6. Perjalanan penyakit

Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien , terutama imunitas selular dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan immunitas biasanya diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi opurtunistik sertapenyakit keganasan (Depkes RI,2003). Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebahagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi


(27)

AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun (James,2000).

2.1.7. Diagnosis HIV / AIDS

Diagnosis ditujukan kepada dua hal, yaitu keadaan terinfeksi HIV dan AIDS. Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan dua metode:

a. Langsung : yaitu isolasi virus dari sampel, umumnya dilakukan dengan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus ialah Polymerase Chain Reaction (PCR)

b. Tidak langsung : dengan melihat respon zat anti bodi spesifik, misalnya dengan ELISA, immunoflurescent assay (IFA), atau

radioimmunoprecipitation assay (RIPA) (Tjokronegoro&Hendra, 2003). Untuk diagnosis HIV, yang lazim dipakai:

a. ELISA: sensitivitas tinggi, 98,1% - 100%. Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Dahulu, hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan Western blot. Tetapi sekarang menggunakan tes berulang dengan tingkat spesifisitas.

b. PCR (Polymerase Chain reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk tes HIV pada bayi, menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok risiko tinggi, tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi serokonversi, tes konfirmasi untuk HIV-2 (sebab ELISA sensitivitasnya rendah untuk HIV-2) (tjokronegoro&Hendra, 2003).

Tiap Negara memiliki strategi tes HIV yang berbeda. Di Indonesia, skrining dan surveilans menggunakan strategi tes yang sama. Tes ELISA dan Western Blot telah digunakan di waktu yang lalu, sekarang di Indonesia menggunakan Dipstik, ELISA 1, dan ELISA 2 untuk skrining dan surveilans (Utomo dan Irwanto, 1998). Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada pemeriksaan didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagensia. Untuk diagnosis klien yang asimtomatik harus menggunakan strategi III dengan persyaratan reagensia sebagai berikut:


(28)

1) Sensitivitas reagen pertama >99% 2) Spesifisitas reagen kedua >98% 3) Spesifisitas reagen ketiga >99%

4) Preparasi antigen atau prinsip tes dari reagen pertama, kedua, dan ketiga tidak sama. Reagensia yang dipakai pada pemeriksaan kedua atau ketiga mempunyai prinsip pemeriksaan (misalnya EIA, dot blot, imunokromatografi atau aglutinasi) atau jenis antigen (misalnya lisat virus, rekombinan DNA atau peptide sintetik) yang berbeda daripada reafensia yang dapat dipakai pada pemeriksaan pertama.

5) Prosentase hasil kombinasi dua readensia pertama yang tidak sama (discordant) kurang dari 5%.

6) Pemilihan jenis reagensia (EIA atau Simple/Rapid) harus didasarkan pada:

a. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil

b. Jumlah specimen yang diperiksa dalam satu kali pengerjaan c. Sarana dan prasarana yang tersedia

Untuk tujuan surveilans, reagen pertama harus memiliki sensitivitas >99% spesifisitas reagen kedua >98%.

Keuntungan diagnosis dini:

a. Intervensi pengobatan fase infeksi asimtomatik dapat diperpanjang. b. Menghambat perjalanan penyakit kearah AIDS.

c. Pencegahan infeksi oportunistik

d. Konseling dan pendidikan untik kesehatan umum penderita.

e. Penyembuhan (bila mungkin) hanya dapat terjadi bila pengobatan pada fase dini (Tjokronegoro&Hendra, 2003).

2.1.8. Epidemi HIV/AIDS

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam epidemiologi Hiv di Indonesia adalah variasi antor wilayah, baik dalam hal besarnya masalah maupun


(29)

faktor-faktor yang berpengaruh. Epidemi HIV di Indonesia berada pada kondisi epidemic terkonsentrasi. Klasifikasi untuk Epidemi HIV/AIDS terdiri dari:

a. Rendah: Prevalensi HIV dalam suatu sub-populasi berisiko tertentu belum melebihi 5%.

b. Terkonsentrasi: Prevalensi HIV secara kosisiten lebih dari 5% di sub-populasi berisiko tertentu dan prevalensi HIV di bawah 1% di sub-populasi umum atau ibu hamil.

c. Meluas: Prevalensi HIV lebih dari 1% di populasi umum atau ibu hamil (USAID,2003)

2.1.9. Pembahagian Stadium a) Stadium pertama : HIV

Infeksi dimulai dengan maksudnya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negetif menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window period antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai enam bulan.

b) Stadium kedua :Asimptomatik (tanpa gejala)

Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata selama5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.

c) Stadium tiga:

Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata( persistent Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlansung lebih satu bulan


(30)

d) Stadium keempat:AIDS

Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder.

(Nursalam, dkk, 2007).

2.1.10. Gejala klinis pada stadium AIDS a. Gejala utama / mayor:

• Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan

• Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus • Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan

• TBC

b. Gejala minor:

• Batuk kronis selama lebih dari satu bulan

• Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida Albican.

• Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh. • Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh

tubuh (Nursalam, dkk,2007)

2.1.11. Pencegahan HIV/AIDS

Dalam upaya menurunkan risiko terinfeksi HIV, berbagai organisasi kesehatan dunia termasuk Indonesia menganjurkan pencegahan melalui pendekatan ABCD, yaitu:

a. A atau Abstinence, yaitu menunda kegiatan seksual, tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah.

b. B atau Be faithful, yaitu saling setia pada pasangannya setelah menikah. c. C atau Condom, yaitu menggunakan kondom bagi orang yang melakukan


(31)

d. D atau Drugs, yaitu tidak menggunakan napza terutama napza suntik agar tidak mengguanakan jarum suntik bergantian dan secara bersama-sama. Upaya pencegahan juga dilakukan dengan cara memberikan KIE (Komunikaasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat agar tidak melakukan perilaku berisiko, khususnya pada remaja.

Ada lima tingkat pencegahan (Five level prevention) menurut Level & Clark, yaitu:

a. Promosi kesehatan (health promotion) b. Perlindungan Khusus (specific protection)

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)

d. Pembatasan cacat (disability limitation) e. Rehabilitasi (rehabilitation)

Dalam proses pencegahan terhadap semakin meluasnya epidemic HIV/Aids, semua elemen dari masyarakat bertanggung jawab terhadap proses pencegahan. Yang bertanggung jawab terhadap pencegahan persebaran HIV/AIDS adalah:

a. Individu

Seseorang harus mengadopsi gaya hidup dan perilaku yang sehat dan mengurangi risiko penularan HIV. Orang terinfeksi HIV harus menjadi orang yang bertanggungjawab untuk menjamin bahawa mereka untuk seterusnya tidak akan menyebarkan virus ke orang lain.

b. Keluarga

Keluarga harus mengadopsi nilai-nilai peningkatan kesehatan. Keluarga harus memberikan pemahaman dan rasa simpati serta perlindungan untuk menolong anggota keluarga yang divonis orang terinfeksi HIV dalam menghadapi situasi yang tidak normal dan memaksimalkan potensi kesehatan untuk mempertahankan diri dari infeksi yang lain.

c. Masyarakat

Masyarakat harus menghindari sikap diskriminasi terhadap orang terinfeksi HIV dan meningkatkan suasana lingkungan yang mendukung dengan norma social


(32)

yang bersifat melindungi. Masyarakat juga harus berusaha keras meminimalkan kemiskinan yang cenderung memperburuk situasi.

d. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan memiliki tanggungjawab ganda terhadap penyediaan perawatan konseling terhadap orang terinfeksi HIV. Mereka harus menyediakan tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah penyebaran infeksi ke klien yang lain dan diri mereka sendiri.

e. Media

Media masa memiliki peran yang dengan mudah dapat dijangkau oleh banyak pembaca dan murah dalam menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS. Bersama dengan media dalam bentuk lain, media masa bias efektif menimbulkan kepedulian masyarakat tentang HIV/AIDS. Bagaimanapun, media masa harus bertanggungjawab dalam melaporkan informasi tentang HIV/AIDS, menghindari ketidakakuratan yang mana mungkin menghasilkan perbedaan persepsi dan membutuhkan klarifikasi.

f. Ahli Kesehatan dan LSM

Para ahli kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat membantu menyebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dengan melakukan proses pembelajaran di masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat umum, LSM dapat menjadi penghubung antara ahli kesehatan dan masyarakat (WHO, 1992).

Pencegahan HIV diantara penjaja seks dan pelanggan PS:

Banyak projek yang menemukan bahawa aktivitas pencegahan HIV diantara penjaja seks, pelanggan PS, dan pasangannya adalah paling efektif ketika paket intervensi mencakup paling sedikit tiga elemen:

a. Pesan informasi dan perubatan perilaku.

b. Promosi kondom dan membangun keterampilan. c. Pelayanan IMS.

Pencegahan HIV pada remaja:

a. Merubah perilaku sikap adalah lebih mudah jika dimulai sebelum pola dibentuk.


(33)

c. Sering dan mudah dijumpai dalam jumlah besar. Pencegahan HIV dan Pengguna napza suntik:

a. Program penjangkauan masyarakat berbasis komunitas sebaya. b. Meningkatkan akses untuk alat suntik yang steril dan kondom.

c. Meningkatkan akses untuk perawatan ketergantungan obat, Khususnya metadon (Tim, Brown. Et. all. 2001).

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang diketahui. (Soanes, 2001). Dari sumber yang lain, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2003). Tedapat beberapa proses untuk memperoleh pengetahuan:

a. Kesadaran, yaitu orang akan menyadari dalam arti pengetahuan terlebih dahulu.

b. Merasa tertarik, yaitu sikap subjek sudah mulai timbul terhadap stimulus. c. Menimbang-nimbang, yaitu memikirkan tentang baik dan tidaknya suatu

stimulus

d. Mencoba, yaitu orang telah menguji perilaku baru

e. Mengadopsi, yaitu subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran.

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


(34)

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh itu, ’tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang depelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang


(35)

baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari berbagai tindakan, yakni:

a. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) menginginkan dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(36)

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERATIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1: Kerangka konsep antara tingkat pengetahuan dan sikap Pelajar SMA di sekolah SMA Negeri-6 dan SMA Methodist-2 di Kota Medan terhadap HIV/AIDS.

3.2. Definisi Operational

Variabel dan definisi operasionil yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel berikut di bawah ini :

HIV/AIDS Tingkat Pengetahuan

Pelajar SMA


(38)

Tabel 3.1: Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil ukur Skala Ukur Tingkat Pengetahuan Pengetahuan pelajar SMA di sekolah Negeri dan sekolah Swasta terhadap HIV/AIDS

Kuesioner Angket Baik, apabila nilai jumlah pertanyaan > 75% Sedang, apabila nilai jumlah pertanyaan 40-75% Kurang, apabila nilai jumlah pertanyaan < 40% Ordinal Tingkat Sikap Tanggapan atau reaksi pelajar SMA di sekolah Negeri dan sekolah Swasta terhadap HIV/AIDS

Kuesioner Agket Baik, apabila nilai jumlah pertanyaan > 75% Sedang, apabila nilai jumlah pertanyaan 40-75% Kurang, apabila nilai jumlah pertanyaan < 40%


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengumpulkan data penelitian pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, dapat mendeskripsikan sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan. Alasan pemilihan sekolah ini adalah setelah dilakukan random terhadap semua SMA di Medan, maka yang terpilih untuk SMA Negeri adalah SMA Negeri 6 dan untuk SMA swasta adalah SMA Methodist 2.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada semester 6 dan semester 7 yaitu antara bulan Februari hingga November 2010.Waktu Pengumpulan data pada Oktober 2010.

4.3. Populasi dan sampel penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan tahun 2010. Populasi penelitian pada SMA tingkat 3 Methodist 2 berjumlah 638 orang, sedangkan pada SMA tingkat 3 Negeri-6 berjumlah 214 orang.

Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik cluster sampling .Cara ini sangat efisien apabila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut.


(40)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan tahun 2010.

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :

n = Z

²

1-

[P

1

(1-P

1

) + P

2

(1-P

2

)]

d

²

n = besar sampel minimum Z1-α/2 = standar deviasi normal= 1,96

P1 = Proposi dari anak-anak SMA yang mempunyai pengetahuan tentang HIV/AIDS ,yaitu 50% (0,5).

P2 = Proposi dari anak-anak SMA yang tidak mempunyai pengetahuan tentang HIV/AIDS ,yaitu 50% (0,5). d = derajat ketepatan yang diinginkan = 0,1

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah : n = Z21-α/2 [ P1 (1- P1) + P2 (1- P2) ]

d2

n = 1,962 [ 0,5 (1-0,5) + 0,5 (1-0,5) ] 0,12

n = 192,08 digenapkan menjadi 200 orang

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling. Sampel tersebut didistribusikan merata pada pelajar SMA tingkat 3 : a. SMA Methodist-2 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang

b. SMA Methodist-2 kelas 3 IPS : ¼ x 200 = 50 orang c. SMA Negeri-6 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang d. SMA Negeri-6 kelas 3 IPS : ¼ x 200 = 50 orang


(41)

4.4. Instrumen Penelitian 4.4.1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran gambaran pengetahuan pelajar SMA mengenai HIV/AIDS dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawanban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah akan diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap- tiap pertanyaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan No. Urut

Pertanyaan

Nilai/score

A B C D

Bahagian Pengetahuan

1. 0 0 0 1

2. 0 0 0 1

3. 1 0 0 0

4. 0 0 0 1

5. 0 1 0 0

6. 1 0 0 0

7. 0 0 1 0

8. 0 0 0 1

9. 0 1 0 0


(42)

Dengan memakai skala pengukuran ,yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden,yaitu :

a. Skor 8-10 : baik

b. Skor 4-7 : sedang

c. Skor ≤ 3 : kurang

4.4.2. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap pelajar SMA mengenai HIV/AIDS dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Dengan menggunakan Likert Scale yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Penyusunan kuesioner ini juga dikelompokkan dalam 5 pertanyaan favorable dan 5 pertanyaan unfavorable.Jawaban dalam pertanyaan favorable mengandung nilai- nilai positif dan nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 4

setuju = nilai 3

tidak setuju = nilai 2


(43)

Sedangkan jawaban dalam pertanyaan unfavorable mengandung nilai-nilai negatif dn nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 1

setuju = nilai 2

tidak setuju = nilai 3

sangat tidak setuju = nilai 4

Tabel 4.2

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap No. Urut

Pertanyaan

Nilai/score

SS S TS STS

Bahagian Sikap

1. 4 3 2 1

2. 4 3 2 1

3. 1 2 3 4

4. 1 2 3 4

5. 4 3 2 1

6. 4 3 2 1

7. 1 2 3 4

8. 1 2 3 4

9. 1 2 3 4

10. 4 3 2 1

Keterangan : SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju


(44)

Dengan memakai skala pengukuran ,yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner sikap.

b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner sikap.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner sikap.

Maka penilaian terhadap sikap responden,yaitu :

a. Skor 31-40 : baik

b. Skor 16-30 : sedang

c. Skor <16 : kurang

4.5. Metode Pengumpulan Data

4.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah murid SMA tingkat 3.

4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas telah dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai. Uji validitas ini telah dilakukan dengan memberikan keusioner kepada satu populasi yang mirip dengan populasi yang akan kita uji. Uji reliabilitas telah dilakukan untuk memastikan hasil pengukuran adalah tetap konsistent. Ini bermakna hasilnya haruslah sama kalau pengumpulan data


(45)

diulangi lagi. Uji validitas dan uji reliabilitas telah dilakukan pada populasi yang terdiri dari 20 orang setelah berakhirnya seminar proposal. Uji validitas telah dilakukan secara validity of construct dan validity of content. Validity of construct telah dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasilnya adalah 5 pertanyaan yang valid untuk bagian pengetahuan, dan 5 pertanyaan yang valid untuk bagian sikap. Validity of content dilakukan dengan meminta pendapat pakar. Hasilnya adalah 10 pertanyaan yang valid untuk bagian pengetahuan, dan 10 pertanyaan yang valid untuk bagian sikap.

4.6. Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian ataupun scoring method. Dalam bagian pertama, untuk setiap jawaban pelajar SMA yang benar akan mendapat skor 1. Untuk setiap jawaban pelajar SMA yang salah akan mendapat skor 0. Skor tertinggi yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 10 dan skor yang terendah yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 0. Untuk Bagian kedua, skor 1, 2, 3 dan 4 akan diberi berdasarkan ketepatan jawaban pelajar SMA. Skor tertinggi yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 40 dan skor terendah yang dapat diperoleh pelajar SMA adalah 10.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan pembagian kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa di bawa pulang. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan pada hasil penelitian ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan. Pengambilan data di SMA Negeri 6 yang berlokasi di Jalan Ansari No.34 Medan, manakala SMA Methodist 2 berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No.96 Medan. Ada 2 ruangan pada SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 yang dijadikan tempat pengambilan data, yaitu: ruangan IPA dan IPS. Pengumpulan data dari kedua sekolah ini dilakukan pada bulan Oktober 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 tingkat 3, dengan jumlah responden masing-masing sekolah adalah sebanyak 100 orang.. Total responden adalah sebanyak 200 orang.

Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi, karena dalam penelitian ini hanya ingin melihat gambaran pengetahuan dan sikap dari responden terhadap HIV/AIDS . Peneliti tidak membandingkan pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin.


(47)

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F (frekuensi ) %

Laki-laki 88 44,0

Perempuan 112 56,0

Jumlah 200 100

Dari tabel di atas, dapat menyimpulkan bahwa responden terbanyak terdiri dari responden dengan jenis kelamin perempuan (56,0 %). Responden laki-laki adalah sebesar 44,0 %

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Terhadap HIV/AIDS

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan pelajar SMA terhadap HIV/AIDS. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mengawali pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS.Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2.


(48)

Table 5.2.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable Pengetahuan

NO Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1. Kepanjangan dari HIV 138 69,0 62 31,0

2. Kepanjangan dari AIDS 164 82,0 36 18,0

3. Penyebab penyakit AIDS 188 94,0 12 6,0

4. Masa perkembagan HIV menjadi AIDS

129 64,5 71 35,5

5. Kelompok pertama kali ditemuka n HIV

50 25 150 75

6. Penderita AIDS pertama di Indonesia

35 17,5 165 82,5

7. Propinsi pertama kali AIDS muncul di Indonesia

105 52,5 95 47,5

8. Cara penularan HIV 192 96 8 4

9. Kontraseptif yang paling berguna untuk mencegah HIV

178 89 22 11

10. Cara penyebaran HIV 56 28 144 72

Berdasarkan tabel di atas, pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pernyataan tentang cara penularan HIV (96,0 %), dan pernyataan tentang penyebab penyakit AIDS (94%). Sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab salah adalah pada pernyataan tentang penderita AIDS pertama di Indonesia (82,5%) dan pernyataan tentang kelompok pertama kali ditemukan HIV (75,0 %) .

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu baik,sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan memiliki pengetahuan baik bila menjawab 8-10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 4-7


(49)

pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan pengetahuan kurang bila menjawab lebih kecil atau sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar .Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan F (frekuensi) %

Baik 32 16,0

Sedang 163 81,5

Kurang 5 2,5

Total 200 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase yang paling kecil yaitu 2,5% , tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 81,5% dan tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 16,0 %.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu sekolah kerajaan yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk pengetahuan pada table 5.4.


(50)

Tabel 5.4.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Kategori Pengetahuan

Pengetahu-an Baik

Pegetnahu-an SedPegetnahu-ang

Pengetahu-an KurPengetahu-ang

Total

f % f % f % f %

Asal Sekolah Responden

Negeri 6 17 8,5 79 39,5 4 2,0 100 50,

0 Methodi

-st 2

15 7,5 84 42,0 1 0,5 100 50, 0

Total 32 16,0 163 81,5 5 2,5 200 100

Dari tabel tersebut, tingkat pengetahuan kurang memiliki nilai yang paling kecil pada kedua sekolah SMA tersebut ,yaitu sebesar 2,0% dan 0,5%. Tingkat pengetahuan sedang sekolah SMA Methodist 2 memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah SMA Negeri 6 yaitu 42,0%.Sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik,SMA Negeri 6 memiliki hasil 8,5% dan SMA Methodist 2 memiliki hasil 7,5%.

5.1.3.2. Sikap Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 terhadap HIV/AIDS

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap terhadap HIV/AIDS. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variable sikap dapat dilihat pada table 5.5. di bawah ini.


(51)

Table 5.5.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variable Sikap

Jawaban Responden

No. Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Sangat Tidak Setuju f % f % f % f % 1. Penderita AIDS tidak

dijaukan dari masyarakat

48 24,0 103 51,5 42 21,0 7 3,5

2. Anda berminat untuk tambah informasi HIV/AIDS

69 34,5 108 54,0 22 11,0 1 0,5

3. Anda menjauhi diri dari penderita HIV/AIDS

37 18,5 121 60,5 37 18,5 5 2,5

4. Anda membantah terhadap pendidikan seks

37 18,5 99 49,5 40 20,0 24 12,0

5. Anda setuju terhadap konsultasi masalah AIDS pada Koran/majalah

54 27,0 125 62,5 21 10,5 0 0,0

6. Anda setuju penggunaan kondom, untuk mencegah AIDS

62 31,0 103 51,5 26 13,0 9 4,5

7. Anda tidak membantu pemerintah untuk cegah penyebaran AIDS

55 27,5 109 54,5 25 12,5 11 5,5

8. Anda menolak melaku pencegahan dari infeksi AIDS

81 40,5 90 45,0 11 5,5 18 9,0

9. Jika anda positif HIV, apakah menyembunyikan

23 11,5 107 53,5 59 29,5 11 5,5

10. Anda berminat mengikuti test AIDS

69 34,5 99 49,5 22 11,0 10 5,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat setuju adalah pada pertanyaan mengenai responden akan menolak melakukan pencegaham dari infeksi AIDS, yaitu sebesar 40,5%. Pertanyaan sikap yang paling banyak dijawab dengan setuju adalah pada pernyataan tentang responden akan mengkonsultasi masalah AIDS pada Koran / majalah ,yaitu sebesar 62,5%. Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan tidak setuju adalah pada pernyataan tentang responden akan menyembuyikan jika mereka positif HIV sebesar 29,5%. Manakala pertanyaan


(52)

sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat tidak setuju adalah pada pernyataan tentang responden akan membantah terhadap pendidikan seks sebesar 12,0%.

Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 31-40 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki sikap sedang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 16-30 dan dikatakan bersikap kurang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai sama dengan atau di bawah 15. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap pelajar SMA Negeri 6 medan dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Sikap f (frekuensi) %

Baik 84 42

Sedang 116 58

Kurang 0 0

Total 200 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki persentase 42,0% sedangkan sikap yang dikategorikan sedang memiliki persentase yang paling banyak yaitu 58,0% dan pada penelitian ini tidak didapatkan sikap dengan kategori kurang.

Pada penelitian ini juga dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu sekolah Negeri yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk sikap pada tabel 5.7.


(53)

Tabel 5.7.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Sikap Kategori Sikap

Sikap Baik

Sikap Sedang

Sikap Kurang

Total

f % f % f % f %

Asal Sekolah Responden

Negeri 6 49 24,5 51 25,5 0 0,0 100 50,

0

Methodist 2 35 17,5 65 32,5 0 0,0 100 50,

0

Total 84 42,0 116 58 0 0,0 200 100

Dari tabel diatas, kedua sekolah tersebut tidak ada pelajar SMA tingkat tiga dengan sikap yang kurang terhadap HIV/AIDS. Sikap sedang merupakan nilai yang terbanyak pada sekolah SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dengan nilai 25,5% dan 32,5%.Sikap baik pada masing-masing SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 bernilai 24,5% dan 17,5%.

5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang diketahui. (Soanes, 2001). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembahagian kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden terhadap HIV/AIDS pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Dari hasil pengetahuan diperoleh sebanyak 138 responden (69.0%) telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kepanjangan dari HIV , 164 responden (82,0%) telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kepanjangan dari AIDS , 188 responden (94%) telah memiliki pengetahuan tentang penyabab penyakit AIDS dan 129 responden (64,5%) telah memiliki pengetahuan yang baik tentang


(54)

masa perkembangan HIV menjadi AIDS.Hal ini juga dinyatakan menurut Lili bahwa pelajar sekarang umumnya mendapat informasi dari sekolah,televise, majalah dan buku.Namun ada yang dapat dari keluarga dan rakan- rakan. Umumnya mereka mendapat informasi yang memadai dan ringkas mengenai definisi, penyebab, masa inkubasi dan risiko mendapat HIV/AIDS. (Lili Rahayuwati,2007).

Sebanyak 50 responden ( 25,0%) memiliki pengetahuan baik terhadap kelompok pertama kali ditemukan HIV, seperti yang ditemukan bahwa AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Center for disease Control Prevention A.S mencatat adanya Pneumonia Pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan olehPneumosystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles (CDC,2010).

Pada 15 April 1987, kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan.

Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali (Depkes ,2000). Sebanyak 35 responden (17,5%) mempunyai pengetahui yang baik mengenai penderita AIDS pertama di Indonesia dan 105 responden (52,5%) mengetahui mengenai propinsi pertama kali AIDS di Indonesia.

Sebanyak 192 responden (96,0%) yang menjawab dengan benar tentang cara penularan HIV dan 56 responden (28,0%) mempunyai pengetahuan baik

tentang cara penyebaran HIV/AIDS. Ini bermakna 96,0% dari responden tahu

bahwa pemakaian alat suntik bekas penderita AIDS dan transfusi darah serta hubungan seksual dapat menularkan HIV/AIDS dan 28,0% respomden tahu virus ini tidak akan menyebar melalui kontak biasa . Hal ini dapat dilihat dari penelitian Ririn berdasarkan data dari Departemen Kesehatan tahun 1991 hingga 2005 diperoleh data proporsi di Kota Bandung , resiko terbesar tertular HIV dimiliki oleh pemakai narkoba suntik (IDU=Injecting Drug Users) sebesar 63% ,heterosexual 26%, gay/homo 7%, waria 3% dan intra uterine 1% (Ririn Sispiyati ,2009).


(55)

Sebanyak 178 responden (89,0%) mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling berguna untuk mencegah infeksi HIV, hal ini sesuai dengan sarana yang dianjurkan dari Centre for Disease Control and Prevention(CDC, 2008) .

Secara keseluruhan, diperoleh sebanyak 32 responden yang berpengetahuan baik (16,0%), 163 responden yang berpengetahuan sedang (81,5%) dan 5 responden yang berpengetahuan kurang (2,5%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang HIV/AIDS pada pelajar SMA Negeri dan Swasta di kota Medan berada pada tingkat sedang. Dari penelitian ini tidak terdapt perbedaan yang sangat jauh tentang pengetahuan HIV/AIDS pada kedua sekolah SMA, ini mungkin disebabkan lingkungan sosial, budaya juga berperanan terhadap pengetahuan mereka.Akibat pengetahuan mereka ini,maka kasus tentang seks bebas dan aborbsi di kalangan remaja semakin meningkat di masyarakat kita(Depkes, 2010).

5.2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek .Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek( Notoatmodjo,2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembahagian kuesioner untuk mengukur sikap responden terhadap HIV/AIDS.

Dari hasil penelitian, diketahui bahawa sebahagian besar responden sudah dapat merespon dengan baik terhadap HIV/AIDS baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.Hal ini bisa dilihat dari tabel hasil bahwa sebanyak 103 responden (51,5%) menyatakan setuju bahwa penderita AIDS tidak perlu dijauhkan dari masyarakat , 108 responden (54,0%) menyatakan setuju bahwa berminat untuk menambahkan informasi tentang HIV/AIDS,1221 responden (60,5%) menyatakan setuju menjauhkan diri dari penderita AIDS dan


(56)

99 responden (49,5%) menyatakan setuju untuk membantah terhadap pendidikan seks.

Sebanyak 125 responden (62,5%) menyatakan setuju terhadap mengkonsultasikan masalah AIDS pada koran/majalah, 103 responden (51,5%) menyatakan setuju terhadap penggunaan kondom untuk mencegah AIDS, 109 responden menyatakan setuju bahwa tidak akan membantu pemerintah untuk mencegah penyebaran AIDS, 90 responden menyatakan setuju untuk menolak melakukan pencegahan dari infeksi AIDS, 107 responden (53,5%) menyatakan setuju bahwa akan menyembunyikan jika positif HIV dan 99 responden (49,5%) menyatakan setuju untuk mengikuti test HIV.

Dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat paling banyak responden yang menjawab sangat setuju apabila menolak untuk melakukan pengamanan/pencegahan terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat terdekat dari kemungkinan terinfeksi AIDS dengan 40,5% daripada 100%. Dimana ini sangat berlawanan dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang manyatakan hampir 100% responden menyatakan sikap mau melakukan pengamanan/pencegahan AIDS terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat.Hal ini mungkin responden dari penelitian ada keliru mengenai pencegahan terhadap AIDS dan mungkin responden tidak terlalu paham dengan pertanyaan tersebut.

Dari penelitian ini ,kita dapat lihat 62,5% dari responden menjawab setuju mengenai konsultasi masalah seks dan AIDS yang ada pada si majalah/koran. Dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang menyatakan hampir seluruh informasi yang diperoleh responden berasal dari lingkungannya,yaitu dari televisi, koran dan majalah. Maka responden akan berkonsultasi masalah seks dan AIDS pada si majalah / koran.

Sebanyak 29,5% dari responden menjawab tidak setuju untuk menyembunyikan hal positif terinfeksi HIV dari orang lain.Hal ini bisa dilihat dari penelitian Dianita Ekawati (1996) yang menyatakan hampir semua responden


(57)

menyatakan sikap mau melakukan pengamanan/pencegahan AIDS terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat dengan tidak menyembunyikan daripada orang lain dan tidak menular pada orang lain.

Sebanyak 12.5% dari responden menjawab sangat tidak setuju untuk membantah terhadap pendidikan seks yang diberikan pada anak sejak kecil. Menurut siswa, sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memberikan informasi tentang narkoba dan HIV/AIDS. Kekurangannya, sekolah belum mempunyai program regular untuk melaksanakan pendidikan kesehatan secara umum menurut (Laili Rahayuwati,2007).

Dalam penelitian ini, diperoleh sebanyak 84 responden dari kategori sikap baik (42,0%), 116 responden dari kategori sikap sedang (58,0%) dan tidak mempunyai pelajar yang mempunyai sikap kurang terhadap HIV/AIDS. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS berada pada tingkat sedang. Ini mungkin disebabkan oleh pengetahuan, berfikaran, keyakinan dan emosi berperanan terhadap sikap mereka. Akibat sikap mereka ini, maka tindakan mereka untuk mencegah dari kasus AIDS masih kurang.

Dari hasil analisa secara keseluruhan, didapati hasil pengetahuan dan sikap adalah sejalan dimana menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinaya. Maka bisa disimpulkan bahawa pengetahuan yang diperoleh dari para responden berada pada kategori sedang dan memiliki sikap yang sedang juga.


(58)

BAB 6 Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan ,yaitu:

a) Pengetahuan pelajar SMA Negeri dan Swasta di kota Medan terhadap HIV/AIDS yang berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 32 responden (16,0%), sedangkan pada kategori sedang adalah sebanyak 163 responden (81,5%), dan sebanyak 5 responden (2,5%) pada kategori kurang.

b) Sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta di kota Medan terhadap HIV/AIDS yang berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 84 responden (42,0%), sedangkan paling banyak dari kategori sedang yaitu sebesar 116 respondern(58,0%) dan tidak didapatkan adanya pelajar SMA dari kategori kurang.

c) Tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri dan SMA Swasta di kota Madan terhadap HIV/AIDS terbanyak dari kategori sedang yaitu sebesar 79 responden (39,5%) dan 84 responden (42,0%) .Sedangkan tingkat pengetahuan baik pada palajar SMA Negeri dan SMA Swasta sebanyak 17 responden (8,5%) dan 15 responden (7,5%). Tingkat pengetahuan kurang pada SMA Negeri lebih tinggi dari SMA Swasta yaitu sebanyak 4 responden (2,0%).

d) Tingkat sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta di kota Medan terhadap HIV/AIDS terbanyak dari kategori sedang yaitu sebesar 51 responden (25,5%) dan 65 responden(32,5%). Sedangkan tingkat sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta dari kategori baik adalah sebanyak 49 responden (24,5%) dan 35 responden (17,5%). , Pada kedua sekolah ini tidak ada pelajar SMA tingkat tiga dengan sikap yang kurang terhadap HIV/AIDS.


(1)

27 perempuan kerajaan 2 3 2 1 4 3 2 3 4 4 28

28 perempuan kerajaan 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 34

29 perempuan kerajaan 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 29

30 perempuan kerajaan 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 30

31 perempuan kerajaan 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 24

32 perempuan kerajaan 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 27

33 perempuan kerajaan 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 30

34 perempuan kerajaan 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 32

35 perempuan kerajaan 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 30

36 perempuan kerajaan 3 4 3 2 4 3 3 4 2 4 32

37 perempuan kerajaan 3 4 3 2 4 3 3 4 2 3 31

38 perempuan kerajaan 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 35

39 perempuan kerajaan 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 29

40 laki-laki kerajaan 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 28

41 laki-laki kerajaan 4 3 4 4 3 3 4 1 4 3 33

42 laki-laki kerajaan 4 3 4 3 3 2 1 1 4 4 29

43 laki-laki kerajaan 2 3 4 1 4 4 1 1 2 4 26

44 perempuan kerajaan 1 3 2 2 4 3 3 3 2 3 26

45 laki-laki kerajaan 3 3 4 3 3 4 4 4 2 4 34

46 laki-laki kerajaan 2 4 2 3 3 3 3 4 3 3 30

47 laki-laki kerajaan 2 3 2 1 3 3 3 4 4 3 28

48 laki-laki kerajaan 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 29

49 laki-laki kerajaan 2 3 2 4 4 3 2 4 3 3 30

50 laki-laki kerajaan 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 29

51 laki-laki kerajaan 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 33

52 perempuan kerajaan 3 4 3 1 3 3 4 3 2 3 29

53 perempuan kerajaan 2 4 2 1 3 2 4 4 3 3 28

54 perempuan kerajaan 4 4 4 4 3 1 4 4 1 4 33

55 perempuan kerajaan 3 3 3 1 4 3 3 4 4 4 32

56 perempuan kerajaan 3 4 3 2 2 2 4 4 3 4 31

57 perempuan kerajaan 3 2 2 3 3 3 2 1 3 3 25

58 perempuan kerajaan 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 34

59 perempuan kerajaan 2 4 3 3 2 4 3 4 2 3 30

60 perempuan kerajaan 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 32

61 laki-laki kerajaan 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 26

62 laki-laki kerajaan 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 26

63 laki-laki kerajaan 4 3 2 2 3 2 2 2 3 3 26

64 laki-laki kerajaan 4 3 3 1 4 4 3 3 2 3 30


(2)

66 laki-laki kerajaan 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 34

67 laki-laki kerajaan 4 3 3 3 2 4 1 3 4 4 31

68 laki-laki kerajaan 3 3 3 3 4 4 1 1 2 4 28

69 laki-laki kerajaan 1 4 1 3 3 4 4 4 1 3 28

70 laki-laki kerajaan 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 27

71 perempuan kerajaan 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 31

72 laki-laki kerajaan 4 4 4 3 3 4 3 3 2 4 34

73 laki-laki kerajaan 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 33

74 laki-laki kerajaan 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 34

75 laki-laki kerajaan 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 37

76 perempuan kerajaan 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29

77 perempuan kerajaan 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38

78 perempuan kerajaan 3 3 3 3 2 1 3 4 4 3 29

79 perempuan kerajaan 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 31

80 perempuan kerajaan 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 29

81 perempuan kerajaan 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 32

82 laki-laki kerajaan 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 23

83 perempuan kerajaan 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 29

84 perempuan kerajaan 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 29

85 laki-laki kerajaan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

86 laki-laki kerajaan 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 32

87 laki-laki kerajaan 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 37

88 laki-laki kerajaan 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32

89 perempuan kerajaan 3 3 3 1 3 3 4 3 3 3 29

90 perempuan kerajaan 3 4 4 3 2 4 4 4 3 2 33

91 perempuan kerajaan 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 32

92 laki-laki kerajaan 3 3 1 3 3 4 2 1 3 3 26

93 laki-laki kerajaan 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 22

94 perempuan kerajaan 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39

95 laki-laki kerajaan 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 33

96 laki-laki kerajaan 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32

97 perempuan kerajaan 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 28

98 perempuan kerajaan 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 32

99 perempuan kerajaan 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 32

100 perempuan kerajaan 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 35

101 perempuan Swasta 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 28

102 perempuan Swasta 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 31

103 perempuan Swasta 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 28


(3)

105 perempuan Swasta 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 33

106 perempuan Swasta 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 29

107 laki-laki Swasta 4 2 4 4 3 4 3 3 2 2 31

108 perempuan Swasta 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 26

109 laki-laki Swasta 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 30

110 laki-laki Swasta 3 3 2 3 3 1 3 4 3 1 26

111 laki-laki Swasta 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 28

112 laki-laki Swasta 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 28

113 laki-laki Swasta 2 2 2 4 2 2 3 4 3 1 25

114 laki-laki Swasta 2 2 2 4 2 2 3 4 3 1 25

115 laki-laki Swasta 2 2 2 4 3 2 3 4 3 2 27

116 perempuan Swasta 4 4 4 4 4 3 3 4 1 1 32

117 perempuan Swasta 3 4 3 4 3 3 3 4 2 1 30

118 perempuan Swasta 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 32

119 perempuan Swasta 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 35

120 perempuan Swasta 3 4 3 2 4 4 4 3 3 1 31

121 perempuan Swasta 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 30

122 perempuan Swasta 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 26

123 laki-laki Swasta 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 28

124 laki-laki Swasta 2 2 3 3 3 3 2 4 3 2 27

125 laki-laki Swasta 4 2 3 2 4 4 3 3 1 2 28

126 perempuan Swasta 2 3 2 3 4 3 4 4 3 2 30

127 laki-laki Swasta 4 1 4 3 4 4 4 3 2 3 32

128 perempuan Swasta 3 3 3 3 3 1 4 4 3 3 30

129 perempuan Swasta 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 30

130 perempuan Swasta 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 28

131 perempuan Swasta 3 2 3 4 4 3 4 4 1 4 32

132 perempuan Swasta 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 31

133 perempuan Swasta 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 34

134 laki-laki Swasta 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 37

135 laki-laki Swasta 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 28

136 perempuan Swasta 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 28

137 perempuan Swasta 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 32

138 perempuan Swasta 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 35

139 perempuan Swasta 3 4 3 2 3 4 3 3 3 1 29

140 perempuan Swasta 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 27

141 laki-laki Swasta 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 34

142 laki-laki Swasta 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 26


(4)

144 laki-laki Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

145 perempuan Swasta 3 3 3 2 3 3 3 1 1 3 25

146 laki-laki Swasta 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 30

147 perempuan Swasta 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 32

148 perempuan Swasta 2 4 3 3 2 2 3 3 4 4 30

149 laki-laki Swasta 4 3 3 4 4 4 4 4 1 4 35

150 laki-laki Swasta 3 4 4 3 2 3 4 4 3 3 33

151 laki-laki Swasta 3 3 1 2 3 3 3 2 2 3 25

152 laki-laki Swasta 2 4 2 4 4 4 2 1 4 3 30

153 perempuan Swasta 2 3 2 3 3 4 4 4 2 3 30

154 perempuan Swasta 2 3 2 3 3 4 4 4 2 3 30

155 perempuan Swasta 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29

156 laki-laki Swasta 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29

157 perempuan Swasta 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 26

158 laki-laki Swasta 3 3 3 1 4 4 4 3 2 2 29

159 laki-laki Swasta 2 3 2 3 3 4 4 4 2 3 30

160 laki-laki Swasta 2 3 2 2 3 2 3 4 4 3 28

161 perempuan Swasta 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 28

162 laki-laki Swasta 4 3 4 2 3 4 2 4 2 4 32

163 laki-laki Swasta 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 26

164 perempuan Swasta 2 4 2 3 3 1 3 3 3 3 27

165 laki-laki Swasta 3 4 3 3 4 4 4 1 3 4 33

166 laki-laki Swasta 3 3 3 4 4 4 2 1 2 3 29

167 perempuan Swasta 2 3 2 1 4 3 4 4 2 4 29

168 perempuan Swasta 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 29

169 perempuan Swasta 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 33

170 laki-laki Swasta 3 3 4 3 3 4 1 1 3 2 27

171 perempuan Swasta 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 27

172 laki-laki Swasta 3 3 3 2 3 3 1 3 2 3 26

173 perempuan Swasta 3 4 4 1 2 1 3 4 3 4 29

174 laki-laki Swasta 4 4 4 3 2 4 3 1 1 4 30

175 perempuan Swasta 3 2 3 3 3 2 4 4 4 3 31

176 laki-laki Swasta 3 4 3 3 3 2 4 3 3 2 30

177 laki-laki Swasta 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 31

178 perempuan Swasta 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 30

179 laki-laki Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

180 laki-laki Swasta 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 34

181 perempuan Swasta 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 32


(5)

183 laki-laki Swasta 4 3 3 1 3 4 3 4 3 4 32

184 laki-laki Swasta 4 4 4 3 2 3 3 4 2 4 33

185 laki-laki Swasta 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 32

186 perempuan Swasta 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 30

187 perempuan Swasta 3 3 3 1 4 4 2 4 1 4 29

188 perempuan Swasta 2 3 4 1 2 3 4 4 3 4 30

189 perempuan Swasta 4 3 4 3 3 3 1 1 3 4 29

190 perempuan Swasta 3 4 3 3 3 3 1 1 3 3 27

191 perempuan Swasta 4 3 3 3 3 1 3 1 2 3 26

192 perempuan Swasta 3 3 3 1 4 4 1 3 3 3 28

193 perempuan Swasta 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 31

194 perempuan Swasta 2 3 3 3 3 4 2 1 4 4 29

195 perempuan Swasta 4 3 3 1 4 4 4 4 3 4 34

196 perempuan Swasta 1 3 2 2 3 3 3 2 3 3 25

197 perempuan Swasta 1 3 3 2 3 3 4 4 3 3 29

198 perempuan Swasta 4 4 3 3 3 1 4 4 3 3 32

199 perempuan Swasta 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 29


(6)

LAMPIRAN VIII

LEMBAR VALIDITAS KONTEN

Lembar ini merangkum bahwa :

Nama

: Tay Chiu Mei

NIM

: 070100324

Instansi

: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing : dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes

Telah disetujui kuesionernya dengan topik “

Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS di Kota Medan Tahun 2010.

Medan, 1 Oktober 2010