Teori struktural Teori yang digunakan

Yunus 1983 : 134 , menghubungkan semiotik dalam membedakan antara puisi dan mantra. Sebuah puisi adalah “ penunjukan referen dan signified dari kata- katanya yang sudah tentu dipengaruhi oleh proses sintagmais. Sebaliknya mantra adalah keseluruhan yang utuh, yang dirinya sendiri mempunyai signified. Lebih lanjut, Yunus mengungkapkan hakikat mantra, yaitu: a Ada bagian rayuan dan perintah b Mengunakan expression uni kesatuan pengucapan. c Mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi. d Merupakan suatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui pemahaman unsur-unsurnya. e Merupakan suatu yang tidak dapat dipahami manusia , karena kemisterisan f Ada kecendrungan esoteric dari kata-katanya atau ada hubungan esoteric. g Terasa permainan bunyi belaka.

B. Teori yang digunakan

Di dalam penelitian masalah sangat dibutuhkan suatu landasan teori,yaitu landasan yang berupa perenungan terdahulu yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian dan bertujuan mencari jawaban secara ilmiah.Teori yang digunakan penulis sebagai acuan adalah teori struktural dan teori psikologi sastra.

1. Teori struktural

Universitas Sumatera Utara Menurut Reeves 1987:22: ” Struktur fisik dan struktur batin puisi juga padat, keduanya keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam adonan roti”. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengkaji sebuah puisi tidak akan lengkap bila hanya struktur fisiknya saja yang dikaji. Dalam pengkajian mantra pintu ini keduanya dilakukan yaitu stuktur fisik dan struktur batin. I.A.Richars 1987:24 menyebutkan: “adanya hakekat puisi untuk mengganti bentuk batin atau bentuk isi puisi dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik puisi. Diperinci pula bentuk batin yang meliputi perasaan feeling, tema, sensei, nada, tone, dan amanat intention. Sedangkan bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas diksi diction Kata kongkret to the concrete word, majas atau bahasa figurativ figurative language dan bunyi yang menghasil rima, dan ritim rhxme dan rhyim”. A. Diksi pilihan kata. Waluyo 1987:72, mengatakan diksi ialah pemilihan kata berdasarkan makna yang akan disampaikan dilatar belakangi oleh faktor sosial budaya penyair. Di mana penyair mengekspresikan karyanya dalam bentuk puisi, maka dia bebas dalam memilih kata-kata tanpa terdikotomi dan terjajah. Kebebasan ini penting demi menjaga keeksistensian penyair dalam menciptakan atau mewujudkan maupun menyampaikan pesan dari ide tersebut. B.Imajinasi Waluyo 1978:78, mengatakan pengimajinasian ialah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imajinasi merupakan sebagai intuisi, angan, daya khayal yang sifatnya abstrak sehingga hanya dapat diketahui wujud kongkretnya oleh orang-orang yang memahaminya. Lebih lanjut Waluyo mengatakan bahwa ada delapan citraan yang terdapat dalam imajinasi, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1.Imajinasi penglihatan visual, yaitu pembaca seperti melihat sendiri apa yang dikemukakan atau apa yang diceritakan oleh si penyair. 2. Imajinasi pendengaran auditori, yaitu sipembaca mendengar sendiri apa yang dikemukakan si penyair. 1. Imajinasi artikulatori, yaitu imajinasi yang menyebabkan pembaca mendengarkan bunyi-bunyi dengan artikulasi-artikulasi tertentu pada bagian mulut, sewaktu kita membaca sajak atau puisi, seakan-akan kita melihat gerakan-gerakan lembut mulut yang membunyikan sehingga bagian- bagian mulut kita dengan sendirinya mengikutinya. 2. Imajinasi penciuman olfatory, yaitu pembaca atau pendengar ketika bersentuhan dengan sajak tersebut seperti mencium bau sesuatu. 3. Imajinasi pencicipan gultory, yaitu dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat tertentu, kita seperti mencicipi sesuatu benda yang menimbulkan rasa. 4. Imajinasi rasa kulit tachtual, yaitu yang menyebabkan kita seperti merasakan di bagian kulit kita. 5. Imajinasi gerakan tubuh kinaestetik, yaitu dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat-kalimat dalam puisi melalui gerakan tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan badan atau otot itu. 6. Imajinasi organik, yaitu imajinasi badan yang menyebabkan kita dapat melihat atau merasakan badan yang lesu, lapar, lemas, dan sebagainya. C. Kata-Kata Konkrit Kata konkrit adalah kata-kata yang dilihat secara denotatif sama tapi secara konotatif tidak sama menurut situasi pemakaiannya. Dalam hal ini penyair memilih kata kata yang konkrit untuk melukiskan atau menyatakan sesuatu dengan setepat-tepatnya dengan secermat-cermatnya Situmorang, 1987:22. Universitas Sumatera Utara Kata konkrit ini sangat berkaitan dengan diksi dan imajinasi. Diksi yang tepat dapat menimbulkan imajinasi dalam diri pembaca, sedangkan untuk menimbulkan imajinasi yang bebar-benar jelas kepada pembaca diperlukan kata-kata yang konkrit. Selain itu, kata-kata konkrit ini berkaitan dengan kiasan dan perlambangan. Artinya, dengan menggunakan simbolik,dengan kiasan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk mengkongkritkan hal-hal yang abstrak. D. Gaya Bahasa Setiap penyair selalu menggunakan gaya bahasa dalam menuangkan buah pikirannya. Selain sebagai media estetis, gaya bahasa juga dipergunakan penyair sebagai cirri khas yang merupakan gambaran dari kejiwaannya. Hal ini senada dengan pendapat Keraf 1991:113, bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran secara khas yang memperhatikan jiwa sastra kepribadian penyair. Artinya , gaya bahasa yang digunakan oleh seorang penyair merupakan refleksi dari pikiran dan jiwanya dalam membuat sebuah karya sastra. Sehubungan dengan hal di atas, gaya bahasa juga digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu makna dengan cara yang tidak biasa atau bermakna kias, seperti yang dinyatakan Waluyo 1987:57 bahwa,”…Gaya bahasa adalah yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau bahasanya bermakna kias atau lambang”. Ada beberapa macam gaya bahasa atau majas, di antaranya adalah: 1. Metafora, yaitu, kiasan langsung di mana benda yang dikiaskan untuk tidak disebutkan. 2. Perbandingan, yaitu, kiasan tidak langsung disebut perbandingan atau simile, karena benda yang di kiaskan keduanya ada bersama pengiasannya dan digunakan kata-kata perbandingan yaitu membandingkan sesuatu benda dengan benda lain. Universitas Sumatera Utara 3. Personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam sering dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona atau di personifikasikan. Hal ini untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu. 4. Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca. 5. Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. 6. Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi Sinisme dan Sarkasme yaitu penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir dan mengkritik. Struktur batin Puisi meliputi: A.Tema Menurut Waluyo 1987:106 tema merupakan gagasan pokok atau subjek matter yang dikemukakan oleh penyair. Tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan dalam suatu puisi Aminuddin, 1987:151. Di dalam menulis puisi baik itu puisi percintaan, puisi agama, puisi rakyat, dan lain-lain, kita harus mempunyai landasan pokok atau landasan utama dalam membuat puisi. Karena, tanpa landasan yang kuat, sulit bagi seseorang untuk menulis puisi sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dengan kata lain orang harus mempunyai tema dalam membuat puisi, karena tema merupakan gagasan pokok yang Universitas Sumatera Utara dikemukakan penyair. Pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. B. Nada Nada merupakan salah satu unsur pembangun puisi. Nada ini juga menempati unsur yang penting dalam penulisan sebuah puisi sebab nada menyangkut masalah sikap penyair kepada pembaca. Nada yang ditampilkan dalam puisi biasanya dapat kita tangkap secara tersirat. C. Amanat Dalam puisi adalah gagasan yang mendasari lahirnya sebuah karya atau dapat juga berarti pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Setiap orang yang mengerjakan sesuatu selalu mempunyai tujuan, walaupun tujuan itu kadang tidak disadari, tetapi jelas bahwa tujuan itu tetap ada. Sadar atau tidak, pasti tujuan itu ada walaupun ruang lingkup lingkungannya kecil atau sebaliknya. Amanat ini juga selalu tergantung pada pandangan dan keyakinan yang dianut oleh penyair serta berupa falsafah hidup, ideologi, hakekat hidup, sikap, dan lain-lain dari seorang penyair.

2. Teori Psikologi Sastra