2. Improvisasi
Improvisasi merupakan penemuan gerak secara kebetulan atau movement by chance walaupun gerak-gerak tertentu muncul dari gerak-
gerak yang pernah dipelajari sebelumnya, tetapi ciri spontanitas menandai hadirnya tahap improvisasi. Melanjutkan dari tahap eksplorasi,
dalam tahap improvisasi ini dimulai dari mencari pose-pose atau bentuk tubuh yang melengkung sesuai dengan motif dasar batik kawung.
Koreografer ingin menambah dan memperindah gerakan-gerakan yang didapat pada tahap sebelumnya dengan meminta tolong para penari
untuk melakukan gerak lengkung. kemudian penari dibebaskan untuk menginterpretasi dalam hal ekspresi dan teknik gerak.
Say tolong kalian improv gerak lengkung yang anggun Karena menurutku dalam berkarya bukan hanya satu orang yang berpikir
tapi semua penari, supaya mereka juga akan gampang melakukan gerakannya sehingga rasanya nyampek wawancara dengan Mila
Rosinta, 1 Maret 2016.
Dalam eksekusinya, koreografer melihat gerak yang dihasilkan para penari dan memilih gerakan yang dianggapnya paling bagus, pas,
dan sesuai dengan tema garapan. Selanjutnya bergantian koreografer yang meminta para penarinya untuk melihat gerakan yang dilakukan oleh
koreografer dan penari memilih gerakan koreografer yang paling bagus.
Gambar V: Improvisasi gerak lengkung di rumah koreografer Foto Ajeng, 2016
Gambar VI: Improvisasi gerak lengkung di rumah koreografer Foto Ajeng, 2016
Gambar VII: Improvisasi gerak lengkung di pabrik batik Dok. Mila, 2009
Gambar VIII: Improvisasi gerak lengkung di pabrik batik
Dok. Mila, 2009 Koreografer juga menemukan gerak-gerak yang masih terinspirasi
dari motif lengkung pada kawung yaitu seperti pengembangan gerak ngleyek dan nggurdha pada ragam gerak Yogyakarta.
Pengembangan gerak ngleyek dilakukan dengan pacak gulu, nglayang ke kanan, dengan tangan kanan ngruji menyentuh lantai dan
tangan kiri ukel wutuh di atas kepala, kemudian tangan kanan dibawa ke atas di samping tangan kiri dengan kepala yang ndongak ke atas, terakhir
badan kembali tegak dan kedua tangan dibawa ke depan dengan posisi nyiku.
Pengembangan gerak nggurdha dilakukan dengan ngoyog ke kiri dengan tangan kiri ngruji, kanan nglurus ngithing, dilanjutkan dengan
encot sebanyak dua kali dengan tangan kanan dibawa nekuk ke tengah, kemudian tangan kanan kembali nglurus ke arah kanan, kembali lagi
ngoyog kiri dengan encot sebanyak dua kali dengan tangan kanan dibawa nekuk ke tengah, kemudian tangan kanan kembali nglurus ke arah kanan
seblak dan kepala noleh kanan, diakhiri dengan tangan kanan usap tawing, dan gejug kaki kanan.
Gambar IX: Pengembangan gerak ngleyek Foto: Ajeng, 2016
Gambar X: Pengembangan gerak nggurdha Foto: Ajeng, 2016
Selain melanjutkan pencarian gerak dalam tahap ini koreografer mulai mempunyai ide untuk menambah panjang kain batik kawung
menjadi 4 meter. Dari yang semula dalam tahap eksplorasi kain dikaitkan di antara tiang- tiang yang ada di limasan Pabrik Batik Bataliman, dalam
tahap ini koreografer menuangkan idenya untuk mengkaitkan kain batik kawung ke semua penari.
Dalam tahap ini semua penari belajar tentang keseimbangan dengan kain yang dilitkan oleh keempat penari terhadap penari yang ada
di tengah. Bagaimana kain harus ditarik dengan kuat tetapi tetap menjaga keseimbangan agar pola lantai yang akan dihasilkan nanti bisa terbentuk
dengan bagus dan gerak yang dihasilkan juga sesui dengan yang diharapkan. Pencarian teknik gerak menggunakan kain ini untuk mencari
berbagai kemungkinan gerak yang nyaman, dan menghasilkan efek-efek kain yang indah.
Gambar XI: Improvisasi gerak lengkung dengan keseimbangan di pabrik batik
Dok. Mila 2009
Gambar XII: Improvisasi gerak keseimbangan di pabrik batik
Dok. Mila 2009
Gambar XIII: Improvisasi gerak keseimbangan di pabrik batik Dok. Mila, 2009
Untuk tahap selanjutnya yaitu pencarian gerak yang energic dengan kain tanpa dililitkan ke penari tengah. Dalam tahap ini dipilih gerakan
yang tegas dan bervolume besar untuk memperlihatkan keindahan kain batik kawung dan menyimbolkan garis horizontal pada motif batik
kawung. Untuk memperlihatkan tradisi Yogyakarta koreografer juga mengkombinasikan gerak salah satunya dengan trisik, pacak gulu, dan
ngayang dan lebih banyak gerakan tangan yang kecil-kecil karena gaya Yogyakarta lebih banyak gerakan tangan daripada kaki.
Gambar XIV: Improvisasi gerak dengan kain di pabrik batik
Dok. Mila, 2009
3. Evaluasi