BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala aspek yang berkaitan dengan trauma mempunyai kepentingan yang tinggi di dunia karena merupakan penyebab utama kematian. Setiap hari sekitar
16.000 orang meninggal akibat trauma Krug, 2000. Di Medan khususnya Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2010, dijumpai 1627 kasus trauma
terutama cedera kepala Suzy, 2012. Di antara cedera-cedera yang terjadi, trauma wajah merupakan trauma yang paling sering terjadi karena wajah merupakan daerah
badan yang paling terpapar dan paling tidak terlindungi Carvalho, 2010.
Trauma fasial mewakili 7,4 hingga 8,7 dari kasus-kasus di pusat kegawatdaruratan. Sekitar 80,7 dari penderita adalah pria. Hal ini diakibatkan
karena lebih banyak pria yang mengemudi, melakukan aktivitas fisik, dan mengonsumsi obat-obatan danatau alkohol sebelum mengemudi Carvalho, 2010.
Di Amerika Serikat, terjadi sebanyak 407,167 kunjungan kegawatdaruratan akibat fraktur maksilofasial. Rata-rata usia kunjungan adalah 37,9 tahun. Sebanyak 68
fraktur maksilofasial terjadi pada pria. Kematian akibat trauma maksilofasial cukup tinggi yaitu sebanyak 314 pasien di ruang gawat darurat dan 2,717 pasien meninggal
ketika diopname Allareddy, 2011.
Pasien dengan fraktur maksilofasial memiliki hubungan dengan cedera intrakranial, pulmonal, intraabdomen, atau ekstremitas yang menyertai. Cedera
kranial merupakan cedera yang paling umum menyertai trauma maksilofasial. Cedera ini meliputi trauma kepala, perdarahan intrakranial, trauma kepala tertutup seperti
kontusio otak atau laserasi, atau fraktur tengkorak Isik, 2012. Di Selandia Baru, sekitar 20 pasien dengan cedera maksilofasial memiliki cedera kepala yang
berhubungan. Demikian juga sebaliknya, sekitar 20 pasien dengan cedera kepala berat memiliki cedera maksilofasial Goodisson, 2004. Sekitar 10 pasien dengan
fraktur kraniomaksilofasial memiliki perdarahan intrakranial yang membutuhkan intervensi bedah saraf segera Hohlrieder, 2004. Di Nigeria, cedera kepala
merupakan cedera penyerta yang paling sering pada trauma maksilofasial yaitu sebanyak 55,8 Obuekwe, 2004. Cedera maksilofasial tanpa ataupun disertai
fraktur maksilofasial mempunyai resiko untuk terjadinya cedera kepala yang akut ataupun yang tertunda Rajandram, 2014.
Pasien dengan fraktur maksilofasial yang disertai cedera kepala memiliki prognosis yang buruk dan sebagian dari pasien tersebut dapat berakhir pada
kecacatan fungsional bahkan kematian Yadav, 2012 dan Beogo, 2013. Resiko kematian pada trauma maksilofasial yang disertai cedera kepala lebih tinggi 13
hingga 75 kali dibandingkan dengan cedera mandibula saja Plaisier, 2000. Secara umum, adanya muntah, penurunan kesadaran, atau skor Glasgow Coma Scale GCS
yang rendah penting untuk mencurigai cedera kepala. Namun, pada pasien dengan trauma maksilofasial, cedera kepala dapat terjadi tanpa dijumpai tanda-tanda tersebut
Isik, 2012.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan fraktur maksilofasial dan kelainan intrakranial pada CT-scan kepada di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2013.
1.2 Rumusan Masalah