Hubungan Antara Cedera Kepala Ringan dan Kelainan Intrakranial Berdasarkan CT-Scan Kepala Pada Tahun 2013

(1)

HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA RINGAN DAN KELAINAN INTRAKRANIAL BERDASARKAN CT-SCAN KEPALA PADA TAHUN 2013

Oleh:

BRATA TAMA UNSANDY

110 100 322

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA RINGAN DAN KELAINAN INTRAKRANIAL BERDASARKAN CT-SCAN KEPALA PADA TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

“ Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”

Oleh:

BRATA TAMA UNSANDY 110 100 322

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

i

LEMBARAN PENGESAHAN

Hubungan Antara Cedera Kepala Ringan dan Kelainan Intrakranial Berdasarkan CT-Scan Kepala Pada Tahun 2013

NAMA : BRATA TAMA UNSANDY NIM : 110100322

Medan, 16 Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001

Dosen Penguji I

(dr. Mahrani Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A) NIP. 19801117 200812 2 001

Dosen Penguji II

(dr. H. T. Ibnu Alferraly, Sp.PA) NIP. 19620212 198911 1 001 Dosen Pembimbing

(Dr. dr. RR. Suzy Indharti, M.Kes, Sp.BS) NIP. 19730220 200501 2 001


(4)

ii ABSTRAK

Pendahuluan: Cedera kepala merupakan gangguan pada otak yang bukan diakibatkan oleh suatu proses degeneratif maupun kongenital melainkan akibat dari interaksi antara seorang individu dengan agen eksternal seperti kekuatan mekanis yang dapat menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi psikososial seseorang secara sementara maupun permanen serta berasosiasi dengan hilangnya status kesadaran seorang individu. Penyebab kematian pada pasien cedera kepala ringan yang paling sering adalah disebabkan oleh perdarahan intrakranial yang tidak terdiagnosa. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial pada gambaran CT-Scan kepala di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling. . Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien dengan cedera kepala ringan yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2013. Data yang tersedia berjumlah 154 dari 465 kasus. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan progam komputer SPSS.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial (p=0,039).

Kesimpulan: Rumah Sakit maupun Asuransi dapat membuat Standar Operasi Prosedur dalam penanganan pasien cedera kepala ringan. Selain itu, penelitian ini bisa menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.


(5)

iii ABSTRACT

Introduction: Head injury was a disorder at brain, not because of degenerative process or congenital although because of some interaction between a individual with external agent like mechanic made disorder at cognitive, physic and psychosocial function aspect for a time or permanent and association with lost of consciousness. Cause of death at mild head injury patients were because of undiagnosed intracranial hemorrhage. So, the objective of this reseach was to know the correlation between mild head injury and intracranial disorder at head Ct-Scan image at RSUP Haji Adam Malik Medan 2013.

Methods: This research was descriptive analytic with cross-sectional design. Technique of taking sample in this research was total sampling. The population of this research was all patient with mild head injury came to Haji Adam Malik Hospital 2013. There is 156 data from 465 cases. Later on data being analyze with computer program SPSS.

Results: The results of this experiment show there is a correlation between mild head injury and intracranial disorder (p=0,039).

Conclusion: Hospital or insurance can make a standard operation procedure for mild head injury patients. Besides, this research can be a reference for next reseacrh. Keywords: mild head injury, intracranial disorder, ct-scan


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis hasil penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ” Hubungan Antara Cedera Kepala Ringan dan Kelainan Intrakranial Berdasarkan CT-Scan Kepala Pada Tahun 2013”.

Dalam penyelesaian karya tulis hasil penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. dr. RR. Suzy Indharti, M.Kes, Sp.BS, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada saya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu dr. Mahrani Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.


(7)

v

5. Bapak dr. Juliandi Harahap, MA, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Bapak dr. Ruly Hidayat, Sp.M, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.

7. Terima kasih sebanyak-banyaknya saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Ibunda tercinta, Dra Tan Hui San, Ayahanda tercinta, dr Tondy, yang telah memberi dukungan penuh dan semangant tiada henti kepada saya dalam menyelesaikan tahap-tahap pendidikan, khususnya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini

8. Kedua adik kandung saya, Brahma Tama Unsandy dan Brawa Tama Unsandy yang selalu membantu dan mendukung dalam proses pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

9. Kepada teman-teman SRA M-3, Arya Sadewa Sembiring, M Ihsan Nst, Yenny Aruan, Maya Sari Fransiska, Stanley Phan, Jesslyn Felix, Ericko Govardi, Eurika Lawrence, Carissa Kumalasari, yang senantiasa saling membantu dan bekerja keras memberi dukungan penuh dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

10. Kepada dr Steven Tandean yang selalu memberi memberi banyak arahan, masukan, kritik dan dukungan kepada saya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

11. Rekan satu tim bimbingan penelitian William Omar yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik, dukungan materi dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2011 yang telah memberi saran, kritik, dukungan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(8)

vi

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis hasil penelitian ini.

Medan, 8 Desember 2014 Hormat Saya,


(9)

vii DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Singkatan ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Cedera Kepala ... 4

2.1.1. Definisi Cedera Kepala ... 4

2.1.2. Epidemiologi Cedera Kepala ... 5

2.1.3. Etiologi Cedera Kepala ... 6

2.1.4. Klasifikasi Cedera Kepala ... 7

2.1.4.1. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan... 7

2.1.4.2. Klasifikasi Berdasarkan Pathoanatomic ... 9

2.1.4.3. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Fisik ... 9

2.1.5. Patogenesis & Patofisiologi ... 9

2.1.5.1. Cedera Otak Primer ... 9

2.1.5.2. Cedera Otak Sekunder ... 10

2.1.5.3. Patofisiologi Cedera Kepala Secara Umum ... 10

2.2. Computed Tonography Scanning (CT-Scan) Kepala ... 11

2.2.1. Prinsip Dasar Kerja CT-Scan ... 12

2.2.2. Indikasi CT-Scan Kepala ... 12

2.2.3. Berbagai Kelainan Intrakranial pada CT-Scan Kepala ... 14

2.2.3.1. Fraktur Tengkorak ... 14

2.2.3.2. Perdarahan Epidural ... 16


(10)

viii

2.2.3.4. Perdarahan Subaraknoid ... 18

2.2.3.5. Perdarahan Intraparenkim ... 19

2.2.3.6. Perdarahan Intraventrikular ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Teori Penelitian ... 21

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

3.3. Defenisi Operasional ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.3.1. Populasi Penelitian ... 24

4.3.2. Sampel Penelitian ... 24

4.3.2.1. Kriteria Inklusi ... 24

4.3.2.2. Kriteria Eksklusi ... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

4.5. Pengelohan dan Analisa Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.2. Karakteristik sampel ... 27

5.2.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ... 27

5.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 28

5.2.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran CT-Scan ... 28

5.2.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tindakan Operasi ... 29

5.3. Hasil Analisa Data ... 30

5.4. Pembahasan ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Glasgow Coma Scale (Teasdale dan Jannet, 1974) 8

5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur 27

5.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 28

5.3 Gambaran CT-Scan 29

5.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tindakan Operasi 29 5.5 Distribusi Cedera Kepala Ringan dengan Kelainan Intrakranial 30 5.6 Analisa Hubungan Cedera Kepala Ringan dengan Kelainan Intrakranial 30


(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambaran CT Scan pada fraktur tengkorak 15 2.2 Gambaran CT Scan kepala yang menunjukkan adanya

udara pada intrakranial 16

2.3 Perdarahan epidural yang terjadi pada lobus frontalis kanan 17 2.4 Perdarahan subdural(biru) dengan pergeseran garis sutura (oranye) 18 2.5 Perdarahan subaraknoid : A. darah mengisi sisterna suprasellar

B. darah mengisi sisterna shylvii 19 2.6 Perdarahan intraparenkim(oranye) disertai dengan

perdarahan intraventrikular(biru) 20

3.1 Kerangka Teori Penelitian 21


(13)

xi


(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 3 Formulir Data Rekam Medis LAMPIRAN 4 Hasil Output SPSS


(15)

ii ABSTRAK

Pendahuluan: Cedera kepala merupakan gangguan pada otak yang bukan diakibatkan oleh suatu proses degeneratif maupun kongenital melainkan akibat dari interaksi antara seorang individu dengan agen eksternal seperti kekuatan mekanis yang dapat menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi psikososial seseorang secara sementara maupun permanen serta berasosiasi dengan hilangnya status kesadaran seorang individu. Penyebab kematian pada pasien cedera kepala ringan yang paling sering adalah disebabkan oleh perdarahan intrakranial yang tidak terdiagnosa. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial pada gambaran CT-Scan kepala di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling. . Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien dengan cedera kepala ringan yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2013. Data yang tersedia berjumlah 154 dari 465 kasus. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan progam komputer SPSS.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial (p=0,039).

Kesimpulan: Rumah Sakit maupun Asuransi dapat membuat Standar Operasi Prosedur dalam penanganan pasien cedera kepala ringan. Selain itu, penelitian ini bisa menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.


(16)

iii ABSTRACT

Introduction: Head injury was a disorder at brain, not because of degenerative process or congenital although because of some interaction between a individual with external agent like mechanic made disorder at cognitive, physic and psychosocial function aspect for a time or permanent and association with lost of consciousness. Cause of death at mild head injury patients were because of undiagnosed intracranial hemorrhage. So, the objective of this reseach was to know the correlation between mild head injury and intracranial disorder at head Ct-Scan image at RSUP Haji Adam Malik Medan 2013.

Methods: This research was descriptive analytic with cross-sectional design. Technique of taking sample in this research was total sampling. The population of this research was all patient with mild head injury came to Haji Adam Malik Hospital 2013. There is 156 data from 465 cases. Later on data being analyze with computer program SPSS.

Results: The results of this experiment show there is a correlation between mild head injury and intracranial disorder (p=0,039).

Conclusion: Hospital or insurance can make a standard operation procedure for mild head injury patients. Besides, this research can be a reference for next reseacrh. Keywords: mild head injury, intracranial disorder, ct-scan


(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Cedera kepala merupakan gangguan pada otak yang bukan diakibatkan oleh suatu proses degeneratif maupun kongenital melainkan akibat dari interaksi antara seorang individu dengan agen eksternal seperti kekuatan mekanis yang dapat menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi psikososial seseorang secara sementara maupun permanen serta berasosiasi dengan hilangnya status kesadaran seorang individu (Reilly dan Bullock, 2005 dan Dawodu, 2013). Cedera kepala diperkirakan akan melampaui penyakit-penyakit lain sebagai penyebab utama kematian dan kecacatan pada tahun 2020 oleh World Health Organization (WHO). Sebanyak 10 juta orang mengalami cedera kepala dalam setahun. Beban mortalitas dan morbiditas yang ditimbulkan mengakibatkan masalah kesehatan publik yang memprihatinkan (Hyder, 2007).

Di Amerika, 235.000 orang dirawat karena cedera kepala yang tidak fatal dan 1,1 juta dirawat di instalasi gawat darurat. Lima puluh ribu orang di antaranya meninggal (Corrigan, 2010). Di Eropa, cedera merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang dengan usia 15 hingga 44 tahun. Di antaranya, cedera kepala merupakan penyebab utama kematian (Tagliaferri, 2005).Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan, dijumpai 1.095 kasus cedera kepala pada tahun 2002 dengan jumlah kematian sebanyak 92 orang (Nasution, 2010).

Menurut Thornhill (2000), kasus cedera kepala terbanyak merupakan cedera kepala derajat ringan. Secara kesuluruhan angka kematian pada pasien-pasien cedera kepala ringan adalah sekitar 0,1%. Penyebab kematian pada pasien-pasien cedera kepala ringan yang paling sering adalah disebabkan oleh perdarahan intrakranial yang tidak terdiagnosa. Walaupun banyak pasien cedera kepala ringan yang dapat kembali bekerja, namun sekitar 50% dari pasien ini memiliki disabilitas sedang sampai berat bila diukur dengan Glasgow Outcome Scale


(18)

2

(GOS) atau Disability Outcome Scale (DOS). Hal ini menunjukkan bahwa cedera kepala ringan juga mampu menyebabkan morbiditas yang signifikan pada penderitanya (Moppett, 2007). Atas dasar inilah, peneliti ingin mengetahui seberapa banyak temuan-temuan kelainan intrakranial pada gambaran CT Scan kepala yang dapat dijumpai pada pasien-pasien dengan cedera kepala ringan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, maka ditetapkan permasalahan penelitian ini adalah : “Bagaimana hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial berdasarkan CT-Scan kepala di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013?”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.1.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial pada gambaran CT-Scan kepala di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

1.1.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui insidens cedera kepala ringan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

2. Mengetahui berbagai kelainan intrakranial dari gambaran CT Scan kepala pasien dengan cedera kepala ringan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.


(19)

3 1.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Bagi rumah sakit

Untuk masukan bagi pihak rumah sakit dapat membuat standar prosedur bagi pasien yang datang dengan cedera kepala ringan

2. Bagi tenaga medis

Untuk masukan bagi tenaga medis yang menangani pasien dengan cedera kepala ringan dapat lebih memperhatikan masalah intrakranial yang mungkin menyertai.

3. Bagi peneliti

Agar peneliti mampu melatih kemampuan menulis Karya Tulis Ilmiah dan untuk melatih kemampuan analisa peneliti.


(20)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cedera Kepala 2.1.1. Definisi

Cedera kepala dapat disebut juga dengan head injury ataupun traumatic brain injury. Kedua istilah ini sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda. Head injury merupakan perlukaan pada kulit kepala, tulang tengkorak, ataupun otak sebagai akibat dari trauma. Perlukaan yang terjadi dapat mengakibatkan terjadinyabenjolan kecil namun dapat juga berakibat serius (Heller, 2013). Sedangkan, traumatic brain injury merupakan gangguan fungsi otak ataupun patologi pada otak yang disebabkan oleh kekuatan (force) eksternal yang dapat terjadi di mana saja termasuk lalu lintas, rumah, tempat kerja, selama berolahraga, ataupun di medan perang (Manley dan Mass, 2013). Head injury merupakan istilah yang lebih luas dari traumatic brain injury.Tidak adanya konsensus yang mengatur tentang definisi yang tepat menyebabkan terjadinya tumpang tindih ini (Williams, 2004).

Cedera kepala disebut-sebut terjadi sebagai hasil dari interaksi antara seorang individu dengan agen eksternal seperti kekuatan mekanis (Reilly dan Bullock, 2005).Cedera kepala merupakan fenomena klinis yang kompleks dengan klasifikasi, perjalanan penyakit (clear natural history), ataupun kriteria diagnostik patologi anatomi yang kurang jelas (Raji, dkk, 2014). Menurut Dawodu (2013), cedera kepala merupakan gangguan pada otak yang bukan diakibatkan oleh suatu proses degeneratif ataupun kongenital, melainkan suatu kekuatan mekanis dari luar tubuh yang bisa saja menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi psikososial seseorang secara sementara ataupun permanen dan berasosiasi dengan hilangnya ataupun terganggunya status kesadaran seseorang.


(21)

5 2.1.2. Epidemiologi

Insidensi cedera kepala di seluruh dunia cenderung untuk terus meningkat. Kejadian ini berhubungan dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor yang terlihat jelas pada negara-negara yang berpendapatan rendah dan menengah (Roozenbeek, Maas, dan Menon, 2013). Menurut WHO, kejadian cedera kepala akan melebihi kejadian berbagai penyakit lainnya dalam menyebabkan kematian dan kecacatan pada tahun 2020. Beban akibat cedera kepala ini terutama tampak jelas pada negara berpendapatan rendah dan menengah. Sebab, di negara-negara ini terdapat banyak faktor risiko yang dapat mendorong terjadinya cedera kepala. Hal ini semakin diperparah oleh ketidaksiapannya sistem kesehatan di negara-negara tersebut (Hyder, dkk, 2007).

Insidensi cedera kepala secara global diperkirakan sekitar 200 per 100.000 orang setiap tahunnya. Namun, angka tersebut dianggap bukanlah suatu angka yang pasti dan merupakan angka yang underestimated (Bryan-Hancock dan Harrison, 2010). Data yang diperoleh dari Center of Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa kejadian cedera kepala di Amerika Serikat adalah sekitar 1,7 juta kasus setiap tahunnya (Roozenbeek, Maas, dan Menon, 2013). Di Eropa, cedera kepala yang diterima di rumah sakit adalah sekitar 235 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya (Tagliaferri, dkk, 2006). Insidensi cedera kepala di Afrika Selatan adalah sekitar 310 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya (Roozenbeek, Maas, dan Menon, 2013). Pada tahun 2004, terdapat sekitar 14.948 kasus cedera kepala yang diterima di 77 rumah sakit di Negara China Timur (Wu, dkk, 2008).

Di Indonesia, penelitian mengenai insidensi cedera kepala masih sangat minim sehingga angka kejadian cedera kepala di Indonesia masih belum dapat ditentukan.Di RSUP Haji Adam Malik Medan tercatat sekitar 1.627 kasus cedera kepala terjadi pada tahun 2010 (Indharty, 2012). Di RSUD dr. Pirngadi Medan dijumpai 1.095 kasus cedera kepala pada tahun 2002 dengan jumlah kematian 92 orang (Nasution, 2010).


(22)

6

Cedera kepala menjadi penyebab utama kematian orang dewasa yang berusia dibawah 45 tahun dan pada anak-anak berusia 1 sampai 15 tahun (Sharples, dkk, 1990). Kasus cedera kepala terbanyak merupakan cedera kepala derajat ringan (Thornhill, dkk, 2000). Pasien dengan cedera kepala ringan memiliki prognosis yang baik bila penanganan dilakukan dengan baik pula.

Secara kesuluruhan angka kematian pada pasien-pasien cedera kepala ringan adalah sekitar 0,1% dan paling sering disebabkan oleh perdarahan intrakranial yang tidak terdiagnosa. Walaupun banyak pasien cedera kepala ringan yang dapat kembali bekerja, namun sekitar 50% dari pasien ini memiliki disabilitas sedang sampai berat bila diukur dengan Glasgow Outcome Scale (GOS) atau Disability Outcome Scale (DOS). Hal ini menunjukkan bahwa cedera kepala ringan pun memiliki morbiditas yang signifikan (Moppett, 2007).

Pada pasien-pasien yang mengalami cedera kepala yang lebih parah, prognosisnya jauh lebih buruk. Sekitar 30% dari pasien yang diterima di rumah sakit dengan Glasgow Coma Scale (GCS) <13 akhirnya akan meninggal. Mortalitas pasien-pasien dengan GCS ≤ 8 setelah dilakukan resusitasi adalah sekitar 50%. Pasien-pasien yang diterima di rumah sakit dengan GCS ≤ 12, sekitar 8% pasien tersebut akan meninggal dalam 6 jam pertama, dan 2% akan meninggal dalam 1 jam pertama. Manifestasi jangka panjang pasien-pasien dengan cedera kepala berat jauh lebih buruk disbanding dengan pasien dengan cedera kepala ringan. Hanya sekitar 20% pasien dengan cedera kepala berat dapat pulih dengan baik diukur dengan GOS (Moppett, 2007).

2.1.3. Etiologi

Menurut Hyder, dkk (2007), penyebab cedera kepala yang paling sering dialami di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Sekitar 60% dari kasus cedera kepala merupakan akibat dari kelalaian dalam berlalu lintas, 20 sampai 30% kasus disebabkan oleh jatuh, 10% disebabkan oleh kekerasan, dan sisanya disebabkan oleh perlukaan yang terjadi di rumah maupun tempat kerja.


(23)

7

Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

1. Trauma Primer, terjadi akibat trauma pada kepala secara langsung maupun tidak langsung (akselerasi dan deselerasi).

2. Trauma Sekunder, terjadi akibat trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik (Sibuea, 2009).

2.1.4. Klasifikasi

Terdapat beberapa macam klasifikasi cedera kepala dimulai dari klasifikasi berdasarkan tingkat keparahannya sampai dengan klasifikasi cedera kepala berdasarkan patofisiologinya. Namun demikian, terdapat tiga sistem klasifikasi yang umum digunakan, yaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahannya, klasifikasi ini seringkali digunakan untuk kepentingan penelitian klinis.

2. Klasifikasi berdasarkan tipe pathoanatomic-nya, klasifikasi ini terutama digunakan untuk menentukan penanganan pasien cedera kepala pada fase akut.

3. Klasifikasi berdasarkan mekanisme terjadinya cedera kepala, klasifikasi ini paling sering digunakan untuk kepentingan pencegahan (Saatman, dkk, 2008).

2.1.4.1. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

Sampai saat ini, penelitian mengenai penanganan pasien-pasien dengan cedera kepala dilakukan berdasarkan pada kriteria tingkat keparahan kerusakan neurologis (neurologic injury severity criteria) pasien tersebut. Skala pengukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kerusakan neurologis pada orang dewasa adalah GCS. Dasar dari pernyataan tersebut adalah, GCS memiliki realibilitas inter-observer dan kapabilitas dalam menentukan prognostik pasien yang baik (Saatman, dkk, 2008).


(24)

8

GCS dibuat oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974. Selain digunakan untuk menafsirkan tingkat kesadaran dan prognosis penderita cedera kepala, GCS juga dapat dipakai untuk menilai kelainan neurologis secara kuantitatif serta dapat digunakan secara umum untuk mendeskripsikan keparahan pasien-pasiencedera kepala.Nilai GCS dapat diperoleh dengan cara memeriksa kemampuan membuka mata, motorik, dan verbal pasien. Masing-masing komponen pemeriksaan memiliki nilai tertinggi sebesar 4,6, dan 5.Berdasarkan GCS, cedera kepala dapat dikategorikan menjadi cedera kepala ringan (GCS 14 – 15), cedera kepala sedang (GCS 9 – 13), dan cedera kepala berat (GCS 3 – 8) (Sibuea, 2009).

Tabel 2.1. Glasgow Coma Scale (Teasdale dan Jannet, 1974)

Assesment Area Score

Eye Opening ( E ) Spontaneus To speech To pain None 4 3 2 1

Motor Response ( M )

Obey command Localized pain Normal Flexion Abnormal flexion Abnormal extension None 6 5 4 3 2 1


(25)

9 Verbal Response ( V )

Oriented

Confused conversation Inappropriate word Incomprehenble sound None

5 4 3 2 1

2.1.4.2. Klasifikasi Berdasarkan Pathoanatomic

Klasifikasi pathoanatomic menunjukkan lokasi atau ciri-ciri anatomis yang mengalami abnormalitas. Fungsi klasifikasi ini adalah untuk terapi yang tepat sasaran. Kebanyakan pasien dengan trauma yang parah akan memiliki lebih dari satu jenis perlukaan bila pasien diklasifikasikan menggunakan metode ini. Penilaian dilakukan dimulai dari bagian luar kepala hingga ke dalam untuk melihat tipe perlukaan yang terjadi dimulai dari laserasi dan kontusio kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subaraknoid, kontusio dan laserasi otak, perdarahan intraparenkimal, perdarahan intraventrikular, dan kerusakan fokal maupun difus dari akson. Masing-masing dari entitas tersebut dapat dideskripsikan lebih jauh lagi meliputi seberapa luas kerusakan yang terjadi, lokasi, dan distribusinya (Saatman, dkk, 2008).

2.1.4.3. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Fisik

Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan pada apakah kepala menabrak secara langsung suatu objek (contact or “impact” loading) ataupun otak yang bergerak di dalam tulang tengkorak (noncontact or “inertial” loading)


(26)

10

dan akhirnya menimbulkan cedera. Arah dan kekerasan pada kedua tipe perlukaan tersebut dapat menentukan tipe dan keparahan suatu trauma. Klasifikasi berdasarkan mekanisme fisik ini memiliki manfaat yang besar dalam mencegah terjadinya cedera kepala (Saatman, dkk, 2008).

2.1.5. Patogenesis& Patofisiologi 2.1.5.1. Cedera Otak Primer

Secara umum, cedera otak primer menunjuk kepada kejadian yang tak terhindarkan dan disertai kerusakan parenkim yang terjadi sesaat setelah terjadi trauma (Saatman, dkk, 2008 dan Werner dan Engelhard, 2007). Cedera ini dapat berasal dari berbagai bentuk kekuatan seperti akselerasi, rotasi, kompresi, dan distensi sebagai akibat dari proses akselerasi dan deselerasi. Kekuatan-kekuatan ini menyebabkan tekanan pada tulang tengkorak yang dapat mempengaruhi neuron, glia, dan pembuluh darah dan selanjutnya menyebabkan kerusakan fokal, multifokal maupun difus pada otak. Cedera otak dapat melibatkan parenkim otak dan / atau pembuluh darah otak. Cedera pada parenkim dapat berupa kontusio, laserasi, ataupun diffuse axonal injury (DAI), sedangkan cedera pada pembuluh darah otak dapat berupa perdarahan epidural, subdural, subaraknoid, dan intraserebral yang dapat dilihat pada CT-scan (Indharty, 2012).

2.1.5.2. Cedera Otak Sekunder

Cedera otak sekunder menunjuk kepada keadaan dimana kerusakan pada otak dapat dihindari setelah setelah proses trauma. Beberapa contoh gangguan sekunder ini adalah hipoksia, hipertensi, hiperkarbi, hiponatremi, dan kejang (Saatman, dkk, 2008). Menurut Indharty (2012), cedera otak sekunder merupakan lanjutan dari cedera otak primer. Hal ini dapat terjadi akibat adanya reaksi peradangan, biokimia, pengaruh neurotransmitter, gangguan autoregulasi, neuro-apoptosis, dan inokulasi bakteri.

Faktor intrakranial (lokal) yang mempengaruhi cedera otak sekunder adalah adanya hematoma intrakranial, iskemik otak akibat penurunan perfusi ke


(27)

11

jaringan di otak, herniasi, penurunan tekanan arterial otak, tekanan intrakranial yang meningkat, demam, vasospasm, infeksi, dan kejang. Sebaliknya, faktor ekstrakranial (sistemik) yang mempengaruhi cedera otak sekunder dikenal dengan istilah “nine deadly H’s” meliputi hipoksemia, hipotensi, hiperkapnia, hipokapnia, hipertermi, hiperglikemi dan hipoglikemi, hiponatremi, hipoproteinemia, serta hemostasis (Indharty, 2012).

2.1.5.3. Patofisiologi Cedera Kepala Secara Umum

Fase pertama kerusakan serebral paska terjadinya cedera kepala ditandai oleh kerusakan jaringan secara langsung dan juga gangguan regulasi peredaran darah serta metabolisme di otak. Pola “ischaemia-like” ini menyebabkan akumulasi asam laktat sebagai akibat dari terjadinya glikolisis anaerob. Selanjutnya, terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah diikuti dengan pembentukan oedem. Sebagai akibat berlangsungnya metabolisme anaerob, sel-sel otak kekurangan cadangan energi yang turut menyebabkan terjadinya kegagalan pompa ion di membran sel yang bersifat energy-dependent (Werner dan Engelhard, 2007).

Pada fase kedua dapat dijumpai depolarisasi membran terminal yang diikuti dengan pelepasan neurotransmitter eksitatori (glutamat dan aspartat) yang berlebihan. Selain itu, pada fase kedua dapat juga ditandai oleh teraktifasinya N-methyl-D-aspartate, α-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazolpropionate, serta kanal ion kalsium dan natrium yang voltage-dependent(Werner dan Engelhard, 2007).

Influks kalsium dan natrium menyebabkan terjadinya proses self-digesting di intraseluler. Kalsium mampu mengaktifkan beberapa enzim seperti lipid peroxidases, protease, dan fosfolipase yang dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi asam lemak bebas dan radikal bebas di intraseluler. Sebagai tambahan, aktifasi dari enzim caspases (ICE-like proteins), translocases, dan endonuklease mampu menginisiasi perubahan struktural dari membran biologis


(28)

12

dan nucleosomal DNA secara progresif. Fase-fase ini secara bersamaan mendukung terjadinya proses degradasi membran vaskular dan struktur seluler dan akhirnya menyebabkan terjadinya proses nekrotik ataupun kematian sel terprogram (apoptosis)(Werner dan Engelhard, 2007).

2.2. Computed Tomography Scanning / CT-Scan Kepala

Computed tomography (CT) merupakan sebuah teknologi yang secara ekstensif digunakan dalam bidang neuroradiologi yang mampu menghasilkan gambaran cross-sectional suatu jaringan. Gambar yang dihasilkan CT merupakan hasil dari radiasi ion-ion yang diperoleh dari penyerapan X-ray pada jaringan spesifik yang diperiksa. CT menawarkan berbagai keperluan yang berguna untuk memeriksa otak seseorang (Jordan, dkk, 2010). CT juga merupakan pemeriksaan diagnostik yang cepat, tidak menyakitkan, noninvasif, dan akurat. Hasil dari CT juga mampu mengurangi keperluan dilakukannya tindakan pembedahan eksploratif maupun biopsi yang invasif (Fertikh, dkk, 2013).

2.2.1. Prinsip Dasar Kerja CT-Scan

Prinsip dasar dari radiografi adalah bahwa sinar X diserap berbagai jenis jaringan dengan berbagai derajat yang berbeda. Penyerapan sinar X terbanyak adalah oleh tulang. Alasannya, tulang merupakan jaringan padat yang menyebabkan perjalanan sinar X menuju film ataupun detektor yang berada pada posisi bersebrangan dengan pemancar sinar menjadi terhambat. Sedangkan, jaringan dengan densitas yang rendah seperti udara dan lemak hampir tidak menyerap sinar X sedikitpun sehingga, sinar X dapat menuju film atau detektor (Perron, 2008).

2.2.2. Indikasi CT-Scan Kepala

Secara umum terdapat dua indikasi untuk melakukan CT-scan otak, yaitu(Jordan, dkk, 2010):

1. Indikasi primer


(29)

13

b. Ada dugaan perdarahan intrakranial akut c. Evaluasi terhadap aneurisma

d. Deteksi ataupun evaluasi proses kalsifikasi

e. Evaluasi segera paska pembedahan untuk terapi tumor, perdarahan intrakranial, ataupun lesi perdarahan.

f. Adanya dugaan malfungsi shunt g. Perubahan status mental

h. Peningkatan tekanan intrakranial i. Sakit kepala

j. Defisit neurologis akut k. Dugaan infeksi intrakranial l. Dugaan hidrosepalus

m. Lesi kongenital (seperti kraniosinostosis, makrosepali, dan mikrosepali)

n. Evaluasi kelainan psikiatri o. Herniasi otak

p. Dugaan adanya massa atau tumor

2. Indikasi sekunder

a. Bila magnetic resonance imaging (MRI) tidak tersedia atau di kontraindikasikan bagi penderita

b. Diplopia

c. Disfungsi saraf kranialis d. Kejang

e. Apnea f. Sinkop g. Ataksia

h. Dugaan penyakit neurodegeneratif i. Pertumbuhan yang terlambat j. Disfungsi neuroendokrin k. Encefalitis


(30)

14 l. Toksisitas obat

m. Displasia kortikal ataupun kelainan morfologi otak lainnya

Selain dari berbagai kriteria tersebut, terdapat Canadian CT Head Rule yang menyebutkan bahwa pasien-pasien dengan cedera kepala ringan harus dilakukan pemeriksaan CT kepala bila terdapat beberapa indikasi berikut (Stiell, dkk, 2001):

1. Risiko tinggi

a. Skor GCS < 15 setelah 2 jam paska trauma

b. Dicurigai adanya fraktur tengkorak terbuka ataupun depressed c. Adanya tanda fraktur basis kranii (hemotimpani, “racoon”

eyes, cairan serebrospinal yang keluar dari telinga ataupun hidung, battle’s sign)

d. Muntah ≥ 2 kali e. Usia ≥ 65 tahun

2. Risiko menengah

a. Amnesia before impact > 30 mins

b. Mekanisme trauma yang berbahaya (pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor, penumpang yang terlempar dari kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian lebih dari 3 kaki atau 5 tangga)

2.2.3. Berbagai Kelainan Intrakranial pada CT-Scan Kepala 2.2.3.1. Fraktur Tengkorak

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tulang memiliki densitas tertinggi pada CT Scan (+1000HU). Atas alasan inilah, berbagai fraktur pada tengkorak baik comminuted fracture maupun depressed fracture dapat diidentifikasi dengan mudah pada CT Scan. Walaupun demikian, terdapat beberapa jenis fraktur yang tidak mudah diidentifikasi seperti, fraktur nondepressed (berupa garis linier) dan


(31)

15

fraktur basis kranii. Selain itu, dalam mendiagnosa fraktur tengkorak seringkali dibingungkan oleh kehadiran sutura pada tengkorak (Perron, 2008).

Gambar 2.1. Gambaran CT Scan pada fraktur tengkorak : A. linear skull fracture; B. depressed, comminuted skull fracture; C. fraktur basis kranii

Sumber : Andrew D. Perron dalam How to Read a Head CT Scan (2008) Fraktur dapat terjadi pada berbagai tempat di tengkorak. Adanya fraktur tengkorak meningkatkan kecurigaan telah terjadinya kelainan pada intrakranial. Bila pada CT Scan dijumpai adanya udara pada intrakranial, hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi kerusakan pada tulang tengkorak dan selaput duramater. Fraktur basis kranii paling sering dijumpai pada petrous ridge (bagian padat yang berbentuk piramid yang berada pada tulang temporal). Akibat dari densitas tulang ini, garis fraktur akan sulit untuk diidentifikasi pada area ini. Selain berusaha mencari garis fraktur untuk menegakkan terjadinya fraktur basis kranii ini, pada klinisi dapat pula memberi perhatian pada mastoid air cells yang terdapat pada tulang ini. Adanya darah pada mastoid air cells menandakan bahwa terjadinya fraktur basis kranii. Sama halnya dengan mastoid air cells, sinus-sinus seperti maksilaris, etmoidalis, dan sphenoid harus terlihat pada CT Scan dan berisi udara. Apabila dijumpai cairan pada salah satu dari sinus ini, dapat dicurigai bahwa telah terjadi fraktur pada tulang tengkorak (Perron, 2008).


(32)

16

Gambar 2.2. Gambaran CT Scan kepala yang menunjukkan adanya udara pada intrakranial

Sumber : Andrew D. Perron dalam How to Read a Head CT Scan (2008) 2.2.3.2. Perdarahan Epidural

Karakteristik gambaran perdarahan epidural pada CT scan berupa lesi yang bikonveks, fokal, dan berbatas halus. Perdarahan epidural tidak akan melewati garis sutura yang disebabkan oleh intaknya lapisan duramater. Perdarahan epidural secara primer (85%) berasal dari laserasi pembuluh arteri terutama arteri meningeal media yang disebabkan oleh fraktur tengkorak. Pada sedikit kasus, asal darah pada perdarahan epidural dapat berasal dari pembuluh vena otak. Perdarahan epidural cenderung berakumulasi dengan cepat, inilah alasannya mengapa perdarahan epidural termasuk kedalam kasus kegawatdaruratan medis (Perron, 2008 dan Khan, 2013).


(33)

17

Gambar 2.3. Perdarahan epidural yang terjadi pada lobus frontalis kanan Sumber : Douglas K. McDonald, dkk dalam Imaging in Epidural Hematoma

(2013) 2.2.3.3. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural merupakan penumpukan darah di bawah lapisan duramater tetapi masih diluar dari otak dan lapisan araknoid (Meagher, 2013). Gambaran perdarahan subdural pada CT Scan menyerupai bentuk bulan sabit / crescent. Selain itu, pada perdarahan subdural, darah dapat melewati garis sutura (Perron, 2008). Perdarahan subdural memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sekalipun ditangani dengan baik. Umumnya perdarahan subdural disebabkan oleh trauma, tetapi perdarahan ini dapat pula terjadi secara spontan ataupun sebagai akibat dari suatu tindakan medis seperti pungsi lumbal Pemberian obat-obatan antikoagulan seperti heparin maupun warfarin juga menjadi faktor


(34)

18

risiko yang meningkatkan terjadinya perdarahan subdural (Engelhard III, dkk, 2014).

Gambar 2.4. Perdarahan subdural (biru) dengan pergeseran garis sutura (oranye) Sumber : Andrew D. Perron dalam How to Read a Head CT Scan (2008) 2.2.3.4. Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan subaraknoid didefinisikan sebagai adanya darah pada ruang subaraknoid yang normalnya berisi cairan serebrospinal. Gambaran hiperdens darah pada CT Scan dapat terlihat dalam waktu beberapa menit setelah terjadi perdarahan (Perron, 2008). Perdarahan subaraknoid paling sering disebabkan oleh rupturnya aneurisma otak dan arteriovenous malformasi (AVM) (Becske, 2013).


(35)

19

Gambar 2.5. Perdarahan subaraknoid : A. darah mengisi sisterna suprasellar; B. darah mengisi sisterna shylvii

Sumber : Andrew D. Perron dalam How to Read a Head CT Scan (2008) 2.2.3.5. Perdarahan Intraparenkim

Perdarahan intraparenkim adalah akumulasi darah di parenkim otak. Perdarahan dengan diameter 5mm dapat dideteksi pada pemeriksaan CT Scan kepala. Perdarahan intraparenkim dapat diikuti dengan terjadinya edema yang akhirnya menyebabkan terkompresinya jaringan otak di sekitarnya. Parenkim otak yang bergeser ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang berpotensial menyebabkan sindrom herniasi yang fatal (Liebeskind, 2013 dan Perron, 2008).

2.2.3.6. Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan intraventrikular dapat terjadi sebagai akibat dari trauma langsung ataupun komplikasi dari perdarahan intraparenkim dan subaraknoid yang disertai dengan ruptur ventrikel. Perdarahan intraventrikular dapat dikenali dari gambarannya yang berupa white density pada rongga ventrikel yang normalnya berwarna gelap. Komplikasi dari perdarahan intraventrikular dapat berupa hidrosepalus (Perron, 2008).


(36)

20

Gambar 2.6. Perdarahan intraparenkim (oranye) disertai dengan perdarahan intraventrikular (biru)


(37)

21 BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori Penelitian

Trauma Kepala

Cedera Kepala Ringan (GCS 14-15)

Cedera Kepala Berat (GCS 3-8) Cedera Kepala Sedang

(GCS 9-13)

Mekanisme Terjadinya Cedera Kepala (jejas & luka di kepala)

Contact Injury Inertial Injury

Coup

Akselerasi Deselerasi Rotasional Counter Coup

CT-Scan Kepala

Kelainan Intrakranial pada CT-Scan

• Fraktur

• Perdarahan Epidural

• Perdarahan Intraserebral

• Perdarahan Subaraknoid

• Perdarahan Subdural

• Perdarahan Intraventrikular (kontusi)

• Perdarahan Intraparenkim


(38)

22 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

Variabel dependen Variabel independen

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Definisi Operasional

a) Cedera kepala ringan adalah cedera yang terjadi pada kepala akibat berbagai penyebab. Pada cedera kepala ringan, tidak boleh dijumpai kriteria sebagai berikut:

• GCS < 14

• Kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit • Post traumatik amnesia lebih dari 24 jam

• Diagnosa cedera kepala ringan pada sampel penelitian ini akan dilakukan berdasarkan rekam medis dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2013.

b) Kelainan intrakranial pada CT-scan yaitu segala kelainan yang dijumpai pada pemeriksaan CT-scan kepala seperti fraktur, perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intraparenkim, hingga perdarahan intraventrikular sebagai akibat langsung dari cedera kepala ringan tersebut.

Cedera Kepala


(39)

23

c) Data mengenai kelainan tersebut akan didapatkan berdasarkan rekam medis pasien dengan cedera kepala ringan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2013.

d) Computed Tomography Scan adalah teknologi yang memanfaatkan X-ray yang diproses komputer untuk menghasilkan gambar tomografi atau potongan virtual dari area spesifik dari badan.

e) Alat ukur yang digunakan adalah catatan rekam medis Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik.

f) Cara ukur yang digunakan berupa analisis rekam medis Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik.

g) Skala pengukuran ordinal. Dalam penelitian ini, variabel dependen yaitu cedera kepala ringan akan dihubungkan dengan variabel independen yaitu kelainan intrakranial pada CT-Scan untuk mengetahui hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial pada CT-Scan.


(40)

24 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah pendekatan retrospektif dimana data yang diambil merupakan data-data yang telah ada sebelumnya.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data akan dilakukan pada bulan Juli hingga Desember tahun 2014. Pengambilan data akan dilakukan di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan cedera kepala ringan yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2013. Metode pengumpulan sampel pada penelitian ini adalah total sampling.

4.3.2 Sampel Penelitian 4.3.2.1 Kriteria Inklusi

• Dewasa > 17tahun

• GCS 14-15 (Cedera Kepala Ringan) • Jajas & luka di kepala


(41)

25 4.3.2.2 Kriteria Eksklusi

• Penyakit gangguan hemostasis • Penyakit jantung

• Mengkonsumsi obat antikoagulan

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yangdiperoleh dari status penderita dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Data-data yang dikumpulkan akan dikategorikan berdasarkan kelainan intrakranial yang dijumpai.

4.5 Pengelohan dan Analisa Data

Data-data dari rekam medis yang didapat kemudian akan dinilai keabsahannya berdasarkan kriteria inklusi dari penelitian. Data-data kemudian akan dikategorikan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya. Data-data lalu akan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan dibuat tabulasi silang untuk dianalisis. Dan juga akan dilakukan ethical cleareance.


(42)

26 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan setelah melakukan proses administrasi di RSUP Haji Adam Malik Medan mulai tanggal 2 September- 25 Oktober 2014 di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Berdasarkan data- data yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam pemaparan dibawah ini

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah

Daerah

sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Pada tahun 1990 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Kemudian di tahun 1991 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.Rumah sakit ini terletak di Jl. Bunga Lau No. 17.


(43)

27 5.2.Karakteristik Sampel

Data yang dikumpulkan dari rekam medis adalah sebanyak 465 subjek pasien dengan cedera kepala.Kemudian dikeluarkan 311 subjek karena tidak sesuai inklusi.Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 154 subjek dengan cedera kepala ringan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

5.2.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berada pada rentang remaja akhir sampai manula (17-80) tahun dengan distribusi terbanyak pada pasien umur 17-25 sebesar 96 (62.3%), sedangkan pasien dengan usia ≤50 sebanyak 5 orang (12,5%). Rata-rata umur sampel adalah 27,96 dengan sampel termuda berusia 17 tahun dan sampel tertua berusia 79 tahun. Kejadian cedera kepala pada populasi 17 - 25 tahun menurut Danielle van Pelt et al tertinggi pada kelompok umur 16-22 tahun.Tingginya angka kejadian cedera kepala pada rentang usiaremaja disebabkan karena kesibukan atau tingkat mobilitas golongan usia tersebut yang tinggi. Selain itu juga cidera kepala ringan paling banyak ditemukan pada rentang usia produktif (17-55 tahun) sebanyak 150 sampel (97,4%).

Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Karakteristik Frekuensi Persentase ( % )

KelompokUsia ( Tahun )

17-25 96 62,3

26-35 26 16,9

36-45 19 12,3

46-55 9 5,8


(44)

28

>65 3 1,9

Total 154 100

5.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, sebanyak 74% adalah jenis kelamin laki-laki, sedangkan 26% adalah jenis kelamin perempuan. Nilai ratio perbandingan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan adalah 3 : 1.

Cedera kepala sebagian besar terjadi pada laki-laki karena laki-laki lebih aktif secara fisik dibandingkan perempuan, selain itu laki-laki juga memiliki perilaku yang cenderung beresiko mengalami cedera dan memiliki sebagian besar aktivitas diluar ruangan.

Tabel 5.2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

JenisKelamin Frekuensi Persentase ( % )

Laki-Laki 114 74

Perempuan 40 26

Total 154 100

5.2.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran CT-Scan Kepala

Kelainan CT-Scan yang paling banyak ditemukan adalah kontusio sebanyak 26 pasien ( 16,9% ), yang dimana penelitian lain mendapatkan angka yang lebih tinggi yaitu 26,7%. EDH didapatkan pada 9,1% pasien, sementara penelitian lain mendapatkan angka 13,8%, angka yang lebih tinggi didapatkan oleh Naseri et al yaitu 27,1%. Fraktur dalam penelitian ini ditemukan 12,3% pasien, sedangkan Rambe dan Zuraini mendapatkan 27,5%. Oedem Serebri ditemukan 1,9% dan SDH terdapat 3,2%, dan SAH ditemukan 3,9% pasien.


(45)

29

Sementara penelitian lain medapatkan 1,8% dan 2,3%. ICH didapatkan pada 12 (7,8%) pasien dan IVH ditemukan pada 4,5% pasien yang tidak jauh beda dengan penelitian Nurfaise yang mendapatkan 4%. IVH biasanya berhubungan dengan kerusakan parenkim dan merupakan tanda dari terjadinya cedera kepala yang berat. Sedangkan normoscan pada penelitian ini sebanyak 62 sampel (40,3%).


(46)

30

Tabel 5.3. Gambaran CT-Scan

Gambaran CT-Scan Frekuensi Persentase ( % )

Contusio 26 16,9

EDH 14 9,1

Fraktur 19 12,3

ICH 12 7,8

IVH 7 4,5

Normoscan 62 40,3

OedemSerebri 3 1,9

SAH 6 3,9

SDH 5 3,2

Total 154 100

5.2.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tindakan Operasi

Terdapat banyak jumlah pasien cedera kepala ringan yang mendapat tindakan operasi pada penelitian ini.Berdasarkan gambaran CT-Scan, terdapat total 95 pasien cedera kepala ringan dengan berbagai kelainan intrakranial. 76,8% dari jumlah pasien abnormal dioperasi, sedangkan yang tidak dioperasi ada 22 pasien.

Tabel 5.4. Karakteristik Sampel Berdasarkan Tindakan Operasi

CT-Scan Operasi Non-Operasi Total


(47)

31

Abnormal 73 (76,8%) 22 (23,2%) 95 (100%) Total 73 (47,4%) 81 (52,6%) 154 (100%)


(48)

32 5.3. Hasil Analisa Data

Untuk melihat hubungan cedera kepala ringan dengan gambaran abnormal pada CT-Scan, maka dilakukan pengelompokan cedera kepala ringan menjaid dua kelompok yaitu cedera kepala ringan sadar dan tidak sadar. Sedangkan gambaran CT-Scan dikelompokan menjadi normal dan abnormal CT Scan. Untuk melihat hubungan antara kedua variable ini dilakukan uji chi square. Hubungan keduanya ditampilkan dalam tabel berikut

Tabel 5.5. Distribusi Silang Cedera Kepala Ringan dengan KelainanIntrakranial

Status CederaKepala Gambaran CT-Scan Total Normal Abnormal

Ringan, Sadar 38 (24,7%) 45 (29,2%) 83 (53,9%) Ringan, TidakSadar 21 (13,6%) 50 (32,5%) 71 (46,1%) Total 59 (38,3%) 95 (61,7%) 154 (100%)

Dari distribusi silang cedera kepala ringan dengan kelainan intrakranial, ditemukan bahwa pada pasien sadar mengalami kelainan intrakranial pada gambaran CT-Scan sebanyak 53 (63,9%) pasien dan pada pasien tidak sadar ditemukan 50 (70,4% ).

Tabel 5.6. Analisa Hubungan Cedera Kepala Ringan dengan Kelainan Intrakranial

Variabel 1 Variabel 2 Nilai p Kesimpulan

CederaKepalaRingan KelainanIntrakranial 0,039 H0 ditolak

Data pada tabel 5.5 diuji dengan uji chi square yang kemudian diperoleh nilai p sebesar 0.039. Dari hasil yang tertera, dengan nilai p<0,05 berarti H0 ditolak atau Ha diterima, yakni terdapat hubungan antara cedera kepala ringan dan kelainan intrakranial berdasarkan gambaran CT-Scan Kepala.


(49)

33 5.4. Pembahasan

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah 154 sampel dengan masing-masing sampel melakukan pemeriksaan CT-Scan kepala. Dari gambaran pada CT-Scan kepala terdapat 66,9% pasien dengan adanya kelainan intrakranial sedangkan pasien normal 33,1%. Jumlah pasien dengan hasil ct-scan normal jauh lebih rendah. Mebrahtu dan Liu Hai Quan juga menunjukan hasil yang sama dengan 54,5% pasien dengan hasil CT-Scan abnormal dan pasien normal sebanyak 45,5%. Studi di Brazil menemukan hasil positif pada gambaran CT-Scan pada seperempat kasus cedera kepala ringan sedangkan di Ghana lebih dari setengah kasus dengan temuan positif CT-Scan. Berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Bordignon dan Arruda, pada penelitian mereka ditemukan 60,75% pasien normal dan 39,25% pasien dengan gambaran CT-Scan abnormal. Semua pasien cedera kepala ringan dengan factor resiko memiliki gambaran abnormal pada CT-Scan Kepala ( Saboori et al, 2005 ).

Di Amerika Serikat, pendapat dibagi menjadi tiga kelompok.Kelompok pertama, yang terutama terdiri dari ahli bedah saraf, meras abahwa perlakuan Head CT Scan diindikasikan untuk semua pasien dengan cedera kepala ringan tanpa temuan gejala klinis (Stein and Ross, 1993).Kelompok kedua terdiri dari ahli bedah saraf, dokter darurat, dan ahli radiologi, merekomendasikan pendekatan yang sangat selektif untuk penggunaan CT-Scan Kepala pada cedera kepala ringan, kelompok ini juga menunjukkan bahwa CT-Scan normal di departemen darurat tidak menghalangi perkembangan lanjutan dari hematoma intrakranial, meskipun hal ini sangat jarang terjadi (Borczuk P, 1995).

Kelompok ketiga tidak memberikan rekomendasi yang jelas untuk penggunaan CT Scan dalam kasus-kasus cedera kepala ringan dan sering menunjukkan bahwa dibutuhkan lebih banyak lagi penelitian tentang hal ini. Di Eropa dan Kanada, penggunaan CT-Scan telah jauh lebih selektif untuk kasus cedera kepala ringan. Di Italia, CT-Scan hanya direkomendasikan jika terjadi fraktur pada radiografi tulang tengkorak. Di Denmark, CT Scan jarang dilakukan dan hanya dilakukan oleh spesialis bedah syaraf. Di Inggris dan Spanyol,CT-Scan hanya disarankan untuk kasus dengan patah tulang tengkorak yang telah


(50)

34

terdokumentasikan, defisit neurologis fokal, atau penurunan status mental(George A Wells, 2001).

Cushman et al juga menyatakan, CT-Scan kepala merupakan Gold standar untuk pasien cedera kepala ringan.Sesuai dengan studi Ian G Stiell et al bahwa mereka telah mengembangkan aturan untuk dilakukannya ct-scan terhadap pasien dengan cedera kepala ringan berhubung dengan banyaknya kelainan intrakranial pada pasien dengan cedera kepala ringan.

Ian G stiell et al juga menyatakan adanya aturan untuk CT Scan pasien cedera kepala ringan dengan salah satu sebagai berikut :

Beresiko tinggi :

• Skor GCS < 15 setelah 2 jam cedera • Adanya dugaan fraktur tengkorak • Adanya muntah

• Usia > 65 tahun Resiko menengah :

• Amnesia > 30 menit

• Mekanisme terjadinya cedera bahaya

Kontusio merupakan kelainan intrakranial terbanyak di penelitian ini,dilaporkan bahwa 89% mayat yang diperiksa postmortem mengalami kontusio serebri (Cooper, 1982). Nurfaise juga mendapatkan persentase kontusio yang tinggi yaitu 26,7% sementara penelitian lain medapatkan angka yang lebih rendah yaitu 12,9% dan 5,9%.

Kontusio serebri adalah memar pada jaringan otak yang disebabkan oleh trauma tumpul maupun cedera akibat akselerasi dan deselerasi yang dapat menyebabkan kerusakan parenkim otak dan perdarahan mikro di sekitar kapiler pembuluh darah otak.Pada kontusio serebri terjadi perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus.Pada beberapa kasus kontusio serebri dapat berkembang menjadi perdarahan serebral.Namun pada cedera berat, kontusio serebri sering disertai dengan perdarahan subdural, perdarahan epidural, perdarahan serebral ataupun perdarahan subaraknoid (Hardman, 2002).


(51)

35 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada Penelitian ini, dari 154 kasus cedera kepala ringan didapatkan 61,7% adanya kelainan intrakranial dan 38,3% tidak ada kelainan intrakranial.

2. Gambaran kelainan intrakranial terbanyak dalam penelitian ini adalah kontusio ( 16,9%) dan diikuti oleh berbagai fraktur dengan 19% dari seluruh pasien. EDH didapatkan pada 9,1% pasien, Oedem Serebri ditemukan 1,9% dan SDH terdapat 3,2%. Dan SAH ditemukan 3,9% pasien, ICH didapatkan pada 12 (7,8%).

3. Terdapat hubungan cedera kepala ringan sadar, dan tidak sadar dengan kelainan gambaran CT Scan p=0.039 (p<0.05)

4. Terdapat 73 pasien cedera kepala ringan dengan gangguan pada CT Scan yang dilakukan tindakan operasi operasi (76,8%) dan 22 orang yang tidak dilakukan tindakan operasi (23,2%)


(52)

36 6.2. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Rumah sakit seharusnya membuat standar prosedur untuk menanggapi

cedera kepala ringan dengan berbagai faktor risiko

2. Perlunya dilakukan CT Scan kepada seluruh pasien yang mengalami cedera kepala termasuk cidera kepala ringan (GCS 14-15)

3. Pada tenaga medis khususnya di instalasi gawat darurat dapat lebih memperhatikan pasien dengan cedera kepala ringan untuk mengantisipasi cedera intrakranial yang mungkin menyertai.

4. Jika peneliti lain akan melakukan penelitian yang sama maka penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.

5. Pengaruh cedera kepala dapat dipengaruhi beberapa hal seperti : usia, jenis kelamin, dan mekanisme kecelakaan. Maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara faktor tersebut terhadap cidera kepala ringan sehingga menyebabkan gambaran abnormal pada CT Scan.


(53)

37

DAFTAR PUSTAKA

Becske, T., 2014. Subarachnoid Hemorrhage. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1164341-overview [Accessed on 27 April 2014]

Bordignon KC, Arruda WO. CT scan findings in mild head trauma: aseries of 2000 patients. Arq Neuropsiquiatr. 2002; 60: 204-10.

Bryan-Hancock, C., dan J. Harrison, 2010. The Global Burden of Traumatic Brain Injury: Preliminary Results from the Global Burden of Disease Project. Injury Prevention 16

CDC, 2008. Traumatic Brain Injury Task Force. Department of Defense and Department of Veterans Affairs

Corrigan, J.D., A.W. Selassie, dan J.A. Orman, 2010. The Epidemiology of Traumatic Brain Injury. Journal of Head Trauma Rehabilitation 25:72-80

Danille Van Pelt E, de Kloet A, Hilberink SR, Lambregts SAM, Peeters E, Roebroeck ME et al. The incidence of traumatic injury in young people in the catachment area of the university hospital Rotterdam, the Netherlands. European Journal of Pediartric Neurology. 2011; 30:1-8.

Dawodu, S.T., 2013. Traumatic Brain Injury: Definition, Epidemiology,

Pathophysiology. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/326510-overview [Accessed on 26 April

2014]

Engelhard III, H.H., 2014. Subdural Hematoma Surgery. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/247472-overview [Accessed on 27 April 2014]

Fertikh, D., 2013. Head Computed Tomography Scanning. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/2110836-overview [Accessed on 27 April 2014]

Heller, J.L., 2013. Head Injury: First Aid. University of Maryland Medical Center Hyder, A.A., et al. 2007. The Impact of Traumatic Brain Injuries: A Global Perspective. Neuro Rehabilitation 22: 341-353


(54)

38

Indharty, R.S., 2012. Peran ACTH4-10PRO8-GLY9-PRO10 dan Inhibitor HMG-CoA Reductase dalam Peningkatan BCL-2 dan BDNF terhadap Hasil Akhir Klinis Penderita Kontusio Serebri. Universitas Sumatera Utara

Japardi, I., 2004. Klasifikasi Fraktur. In: Cedera Kepala: Memahami Aspek-Aspek Penting dalam Pengelolaan Penderita Cedera Kepala. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer

Jordan, J.E., 2010. ACR-ASNR Practice Guideline for the Performance of Computed Tomography of the Brain. Practice Guideline

Khan, A.N., 2013. Imaging in Skull Fractures. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/343764-overview [Accessed on 27 April 2014]

Liebeskind, D.S., 2013. Intracranial Hemorrhage. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1163977-overview [Accessed on 27 April 2014]

Manley, G.T., dan A.I.R. Mass, 2013. Traumatic Brain Injury: An International Knowledge-Based Approach. Journal of American Association volume 310

McDonald, D.K., 2013. Imaging in Epidural Hematoma. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/340527-overview [Accessed on 27 April 2014]

Meagher, R.J., 2013. Subdural Hematoma. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1137207-overview [Accessed on 27 April 2014]

Moppet, I.K., 2007. Traumatic Brain Injury: Assessment, Resuscitation, and Early Management. British Journal of Anaesthesy 99:18-31

Naseri M, Tomasian A, Moghaddas AR. Correlation of CT scan findings with the level of consciousness in acute head trauma. Iran J Radiol. 2005; 2: 125-9.

Nasution, E.S., 2010. Karakteristik Penderita Cedera Kepala akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. Universitas Sumatera Utara

Perron, A.D., 2008. How to Read a Head CT Scan. Emergency Medicine: Expert Consult


(55)

39

Raji, C.A., et al., 2014. Clinical Utility of SPECT Neuroimaging in the Diagnosis and Treatment of Traumatic Brain Injury: A Systematic Review. Plos One Journal 9

Reilly, P., dan R. Bullock, 2005. Mild Head Injury. Head Injury Patophysiology and Management edisi 2

Roozenbeek, B., A.I.R. Maas, dan D.K. Menon, 2013. Changing Patterns in the Epidemiology of Traumatic Brain Injury. Nature Reviews Neurology 9: 231-236 Saatman, K.E., et al. 2008. Classification of Traumatic Brain Injury for Targeted Therapies. Journal of Neurotrauma 25: 719-738

Sastrodiningrat, A.G., 2012. Neurosurgery Lecture Notes. Medan: USU Press Sharples, P.M., et al., 1990. Causes of Fatal Childhood Accidents Involving Head Injury in Northern Region, 1979-86. British Medical Journal 301

Sibuea, A., 2009. Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan Otak Berdasarkan CT Scan Kepala. Universitas Sumatera Utara

Stiell, I.G., et al., 2001. The Canadian CT Head Rule for Patients with Minor Head Injury. Lancet 357: 1391-1396

Tagliaferri, F., et al., 2006. A Systematic Review of Brain Injury Epidemiology in Europe. Acta Neurochir 148: 255-268

Thornhill, S., dan G.M. Teasdale, 2000. Disability in Young People and Adults One Year after Head Injury: Prospective Cohort Study. British Medical Journal volume 320

Werner, C., dan K. Engelhard, 2007. Pathophysiology of Traumatic Brain Injury. British Journal of Anaesthesy 99

Williams, A.D., 2004. The Definition of Mild Traumatic Brain Injury. The Practice of Forensic Neurophysiology

Wu, X., et al., 2008. Epidemiology of Traumatic Brain Injury in Eastern China, 2004: A Prospective Large Case Study. Journal of Trauma 64: 1313-1319


(56)

Lampiran 1


(57)

Lampiran 2


(58)

LAMPIRAN 3

Formulir Data Rekam Medis Pasien

Nomor RM :

Jenis Kelamin : Usia : ______th

Diagnosis

GCS :

LOC :

Jenis Kelainan Intrakranial :


(59)

LAMPIRAN 4

HASIL OUTPUT SPSS

A. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Statistics UsiaKel

N Valid 154

Missing 0

UsiaKel

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Remaja

Akhir 96 62.3 62.3 62.3

Dewasa Awal 26 16.9 16.9 79.2

Dewasa Awal 19 12.3 12.3 91.6

Lansia Awal 9 5.8 5.8 97.4

Lansia Akhir 1 .6 .6 98.1

Manula 3 1.9 1.9 100.0

Total 154 100.0 100.0

B. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin


(60)

Statistics JenisKelamin

N Valid 154

Missing 0

JenisKelamin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 114 74.0 74.0 74.0

P 40 26.0 26.0 100.0

Total 154 100.0 100.0

C. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Gambaran CT-Scan

Statistics CTSCAN

N Valid 154

Missing 0

CTSCAN

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Contusio 26 16.9 16.9 16.9

EDH 14 9.1 9.1 26.0

Fraktur 19 12.3 12.3 38.3

ICH 12 7.8 7.8 46.1

IVH 7 4.5 4.5 50.6

Normoscan 62 40.3 40.3 90.9


(61)

SAH 6 3.9 3.9 96.8

SDH 5 3.2 3.2 100.0

Total 154 100.0 100.0

D. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Tindakan Operasi

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent CTKel *

Operasi 154 100.0% 0 .0% 154 100.0%

CTKel * Operasi Crosstabulation Operasi

Total Operasi Non Operasi

CTKel Normal Count 0 59 59

% of Total .0% 38.3% 38.3%

Abnormal Count 73 22 95

% of Total 47.4% 14.3% 61.7%

Total Count 73 81 154

% of Total 47.4% 52.6% 100.0%

E. Distribusi Silang Cedera Kepala Ringan dengan Kelainan Intrakranial

Case Processing Summary Cases


(62)

N Percent N Percent N Percent GCSLoc *

CTKel 154 100.0% 0 .0% 154 100.0%

GCSLoc * CTKel Crosstabulation CTKel

Total Normal Abnormal

GCSLoc Ringan, Sadar Count 38 45 83

% of Total 24.7% 29.2% 53.9% Ringan, Tidak

Sadar

Count 21 50 71

% of Total 13.6% 32.5% 46.1%

Total Count 59 95 154

% of Total 38.3% 61.7% 100.0%

F. Analisa Hubungan Cedera Kepala Ringan dengan Kelainan Intrakranial

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 4.252a 1 .039

Continuity Correctionb 3.594 1 .058

Likelihood Ratio 4.296 1 .038

Fisher's Exact Test .047 .029

Linear-by-Linear

Association 4.225 1 .040

N of Valid Casesb 154

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,20. b. Computed only for a 2x2 table


(63)

LAMPIRAN 5 DATA INDUK

Nomor

RM Usia

Jenis

Kelamin GCS LOC CT-Scan GCSLoc CTKel Operasi UsiaKel

49 70 11 23 P 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 50 48 10 21 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 51 29 10 26 P 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Dewasa Awal 56 18 21 53 L 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Lansia Awal 56 97 22 22 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 54 60 20 50 L 14 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Lansia Awal 49 56 21 25 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 61 21 32 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Dewasa Awal 55 91 23 51 L 15 + SAH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Lansia Awal 57 99 23 17 P 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 23 25 32 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 48 91 27 22 P 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 49 01 27 22 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 58 35 27 18 P 15 - SAH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 02 28 22 L 14 + SAH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 48 59 29 21 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 58 22 29 40 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 57 96 30 19 L 14 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 14 23 17 P 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir


(64)

58 26 34 41 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 49 45 35 18 P 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 48 94 36 22 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 51 23 21 L 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 48 32 47 23 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 59 15 47 36 L 14 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 48 91 48 32 P 14 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 55 91 23 54 L 15 + SDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Lansia Awal 58 14 51 34 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 58 37 52 40 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 58 28 53 25 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 48 42 55 35 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 45 93 09 24 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 56 22 45 19 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 47 27 13 73 L 15 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Manula 47 23 19 38 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 46 16 22 18 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 45 88 22 39 L 14 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Dewasa Awal 45 86 27 21 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 47 17 27 20 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 21 29 20 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 47 42 29 35 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 46 94 30 20 L 15 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 45 36 30 27 P 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal


(65)

46 97 32 53 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Lansia Awal 58 59 45 18 P 15 - IVH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 46 37 33 23 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 46 60 36 21 L 14 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 47 43 37 23 L 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 46 85 37 44 P 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 46 80 38 19 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 28 38 18 L 14 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir

46 85 39 18 L 15 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 47 31 40 17 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

46 69 40 25 L 14 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

47 51 42 21 L 15 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 13 43 23 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 13 44 22 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 59 43 21 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 12 00 24 P 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 99 38 24 L 14 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 55 32 39 39 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 55 42 01 26 P 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 56 77 42 26 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 57 03 01 29 P 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 58 11 43 31 P 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal


(66)

53 00 33 24 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 55 92 94 18 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 55 70 29 44 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 58 40 30 54 P 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Lansia Awal 58 29 54 36 L 15 + IVH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 57 10 54 21 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 54 80 04 54 P 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Lansia Awal 56 13 03 40 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal

52 87 47 24 L 14 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 08 49 18 L 15 + IVH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 41 50 19 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 54 70 05 25 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 53 95 07 70 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Manula 56 05 52 22 P 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 92 08 35 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 57 52 53 23 L 15 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 55 60 12 25 L 14 - SAH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 56 00 09 36 L 14 + SDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 53 13 10 18 L 15 - SAH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 54 90 09 26 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 54 48 08 20 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 58 46 33 39 L 14 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 57 06 09 79 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Manula


(1)

58 26 34 41 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 49 45 35 18 P 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 48 94 36 22 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 51 23 21 L 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 48 32 47 23 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 59 15 47 36 L 14 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 48 91 48 32 P 14 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal

55 91 23 54 L 15 + SDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Lansia Awal

58 14 51 34 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 58 37 52 40 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 58 28 53 25 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 48 42 55 35 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 45 93 09 24 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 56 22 45 19 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 47 27 13 73 L 15 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Manula 47 23 19 38 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 46 16 22 18 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 45 88 22 39 L 14 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Dewasa Awal 45 86 27 21 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 47 17 27 20 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 21 29 20 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 47 42 29 35 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 46 94 30 20 L 15 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir


(2)

46 97 32 53 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Lansia Awal 58 59 45 18 P 15 - IVH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir

46 37 33 23 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

46 60 36 21 L 14 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 47 43 37 23 L 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 46 85 37 44 P 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 46 80 38 19 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 28 38 18 L 14 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir

46 85 39 18 L 15 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 47 31 40 17 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

46 69 40 25 L 14 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

47 51 42 21 L 15 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 13 43 23 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 47 13 44 22 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 59 43 21 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 12 00 24 P 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 99 38 24 L 14 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 55 32 39 39 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 55 42 01 26 P 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 56 77 42 26 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 57 03 01 29 P 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal


(3)

53 00 33 24 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 55 92 94 18 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir

55 70 29 44 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal

58 40 30 54 P 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Lansia Awal 58 29 54 36 L 15 + IVH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 57 10 54 21 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 54 80 04 54 P 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Lansia Awal 56 13 03 40 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal

52 87 47 24 L 14 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 08 49 18 L 15 + IVH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 58 41 50 19 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 54 70 05 25 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 53 95 07 70 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Manula 56 05 52 22 P 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 92 08 35 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 57 52 53 23 L 15 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 55 60 12 25 L 14 - SAH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

56 00 09 36 L 14 + SDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal

53 13 10 18 L 15 - SAH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 54 90 09 26 L 15 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 54 48 08 20 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 58 46 33 39 L 14 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 57 06 09 79 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Manula


(4)

57 52 13 25 P 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 55 63 17 33 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 55 29 56 18 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 56 20 12 45 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 55 14 12 18 L 14 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir

58 35 19 17 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

56 97 60 17 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

57 19 19 44 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal

55 82 02 19 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 56 09 10 23 L 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 55 14 11 20 L 14 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 58 16 11 21 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 56 14 08 18 P 15 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

56 10 61 24 L 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir

56 04 03 17 P 15 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 56 97 03 37 P 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 55 27 17 25 P 14 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 54 90 13 17 L 15 - Contusio Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 55 89 13 20 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 55 98 20 25 L 14 - SDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 17 20 35 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Dewasa Awal 55 89 04 24 P 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 09 97 19 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 56 48 70 21 L 14 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir


(5)

58 17 68 19 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 11 69 18 P 15 + EDH Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 57 11 66 26 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 56 07 78 20 L 15 + Fraktur Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 09 78 25 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 74 75 29 L 15 + IVH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal

56 34 76 46 P 15 +

Oedem

Serebri Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Lansia Awal 55 51 73 19 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 55 57 72 26 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 56 26 85 18 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 99 85 44 L 15 - SDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Dewasa Awal 57 12 87 34 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 55 42 81 22 P 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 56 51 83 24 L 15 - SDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 54 79 86 42 L 14 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 56 29 64 29 L 15 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Dewasa Awal 56 99 64 18 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 95 97 59 P 15 - IVH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Lansia Akhir 59 04 94 42 P 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 57 81 90 17 L 14 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 56 66 91 18 P 15 + IVH Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 50 85 13 23 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 50 85 13 54 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Lansia Awal


(6)

52 05 17 22 L 14 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 51 17 20 26 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 50 92 03 25 L 14 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 52 31 04 27 L 14 - EDH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 51 86 23 25 L 15 - SAH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 52 19 24 24 P 14 + Contusio Ringan, Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 51 53 10 22 P 14 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 51 03 05 30 L 14 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Dewasa Awal 57 82 28 17 P 15 - IVH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 58 35 15 23 P 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 52 53 23 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 58 41 50 19 L 14 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 01 03 23 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 51 53 21 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Remaja Akhir 57 77 42 26 L 15 - Normoscan Ringan, Tidak Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal 57 99 85 24 P 14 + ICH Ringan, Sadar Abnormal Non Operasi Remaja Akhir 56 97 60 17 L 15 - Fraktur Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 57 24 75 21 L 15 - ICH Ringan, Tidak Sadar Abnormal Operasi Remaja Akhir 56 79 96 34 L 15 + Normoscan Ringan, Sadar Normal Non Operasi Dewasa Awal