3.1.4 Upaya Pemerintah Untuk Mencegah Anak Putus Sekolah
Kebijakan yang dibuat Pemerintah dalam bentuk pembangunan unit sekolah baru dalam rangka pemerataan akses pendidikan nyatanya belum membuat semua
masyarakat, khususnya masyarakat miskin menikmati bangku sekolah. Begitu pula dengan kebijkan sekolah gratis. Sekolah negri yang oleh Pemerintah
ditujukan untuk menampung masyrakat miskin agar dapat menempuh pendidikan ternyata lebih banyak diisi oleh masyakat menengah keatas. Masyarakat miskin
terpaksa menyekelohkan anaknya ke sekolah swasta yang tentu saja memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit.
Pemerintah memang telah mendirikan banyak sekolah negri. Bahkan, sekarang ini dicanangkan progam sekolah harus didirikan pada setiap kecamatan, dari
sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas. Hal ini untk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya disekolah tersebut.
Kesempatan memang terbuka lebar untuk mengikuti proses belajar disekolah negeri, tetapi semua itu menjadi sesuatu yang kontradiksi saat mereka harus
menyetor sejumlah dana agar dapat menjadi anak didik disekolah negeri tersebut. Ada banyak alasan mengapa mereka harus menyetor sejumlah dana kesekolah,
bukan lagi dengan bunyi sebagai uang gedung, tetapi dengan nama lainnya yang sebenarnya hanya mengelabui masyarakat saja. Sekolah memang tidak
mempunyai dana bangunan, tetapi dana-dana yang lain masih ada dan justru makin besar lagi.
Menururt Ali Imron dijelaskan bahwa penanganan siswa yang putus sekolah tidak bisa dilakukan oleh sekolah itu sendiri, melainkan haruslah ada kolaborasi
yang baik dengan lingkungan lain, lingkungan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan keluarga dan juga masyarakat.
5
Pemerintah dalam hal ini tidak hanya tinggal diam, pemerintah haruslah mengupayakan agar angka putus sekolah dapat
ditekan lebih baik lagi, jika hanya satu lembaga saja yang berusaha menekan angka putus sekolah, maka bisa dimungkinkan rencana yang telah dibuat tidak
akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Dalam mencegah dan menangani kasus siswa yang sudah terlanjur putus
sekolah, harus diakui bahwa pencegahan yang dilakukan bukan hal yang mudah. Berbagai kajian yang ada telah membuktikan bahwa untuk menarik kembali
siswa-siswa yang sudah terlanjur putus sekolah ini atau sudah keluar dari sekolah drop-out bukan semudah membalikan telapak tangan. Dengan begitu maka,
kebijakan dan langkah yang paling stategis agar siswa-siswa tidak terlanjur putus sekolah adalah dengan melakukan tindakan preventif sedini mungkin, khususnya
setelah diketahui ada indikasi bahwa seorang siswa akan putus sekolah. Adapun disini intervensi yang dilakukan Pemerintah dalam menangani siswa
yang putus sekolah menurut Bagong Suyanto, mengatakan bahwa guna mencegah siswa putus sekolah, yaitu sebagai berikut:
6
a. Pemasyarakatan Lembaga Pendidikan Prasekolah.
Dalam konten ini masyarakatan lembaga pendidikan prasekolah adalah siswa haruslah melewati fase pendidikan dari awal yaitu
dengan memasuki gerbang taman kanak-kanak. Siswa yang
5
Ali Imron. 2004. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Deparmen Pendidikan Nasional, Hal 125
6
Bagong Suyanto. 2010. Masalah Sosial Siswa. Jakarta: Kencana, Hal. 409-410
memasuki gerbang taman kanak-kanak terlebih dahulu akan bisa beradaptasi dengan lingkungan belajarnya serta mempunyai
prestasi belajar yang baik jika dibandingkan dengan siswa yang tidak melewati fase taman kanak-kanak;
b. Penanganan siswa yang bermasalah, khususnya siswa yang
memiliki prestasi belajar relatif buruk di sekolah, terutama siswa yang tinggal kelas. Penanganan yang dilakukan ini adalah lebih
kepada pendekatan individual yang dilakukan kepada siswa yang bersangkutan. Penanganan yang maksimal pada tahap ini haruslah
dilakukan, mengingat siswa yang pernah tinggal kelas akan rawan sekali untuk putus sekolah, hal ini dikarenakan siswa yang tinggal
kelas akan semakin menjauhkan dirinya dari guru, teman bahkan pihak sekolah;
c. Progam Pemerintah seperti Bantuan Operasional Sekolah BOS
Progam BOS ini adalah progam Bantuan Operasional Sekolah yang berfungsi membiayai kegiatan operasional sekolah. BOS ini
akan diberikan kepada siswa-siswa di sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Pemberian BOS ini ditujukan untuk siswa dengan biasa
per-tiga bulan sekali setiap siswa di suatu sekolah. Pemberian BOS ini diharapkan bisa memperingan siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena orangtua setiap bulannya tidak harus membayar biaya sekolah rutin setiap
bulannya.
d. Pemberian Beasiswa Pendidikan Bagi Masyarakat Menengah
Kebawah, penyebab anak tidak atau putus sekolah, kiranya faktor ekonomi terkadang menjadi faktor yang paling sering ditemui.
Permasalahan kemiskinan sebagai faktor utama penyebab anak tidak atau putus sekolah, maka optimalisasi pemberian beasiswa
menjadi alaternatif kebijakannnya yang dilakukan oleh Pemerintah. e.
Bantuan Siswa Miskin BSM, reridentifikasinya anak yang putus sekolah baik karena faktor ekonomi dan jarak maka Program
Bantuan Siswa Miskin menjadi alternatif lain selain optimalisasi beasiswa. Program BSM merupakan program nasional dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan disetiap daerah dengan maksud untuk mengamankan upaya jangka
panjang guna memutus rantai kemiskinan dengan memastikan masyarakat miskin bisa mengakses pendidikan, sehingga mutu
sumber daya manusia Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Wajo pada khususnya terus meningkat dan mampu bersaing dalam
era masyarakat global. Program Bantuan Siswa Miskin BSM ini bertujuan, untuk:
i. Untuk menghilangkan halangan siswa miskin
berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu siswa
miskin memperoleh
akses pelayanan
pendidikan yang layak; ii.
Mencegah siswa putus sekolah karena ketiadaan biaya;
iii. Membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam
kegiatan pembelajaran; iv.
Mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun bahkan hingga tingkat
Sekolah Menengah Atas; v.
Membantu kelancaran program sekolah. Secara khusus memang tidak mudah bagi Pemerintah untuk merealisasikan
pendidikan yang lebih, khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Banyak faktor atau kendala-kendala agar pendidikan dapat terealisasikan dengan baik.
Maka hal ini menjadi perhatian bagi kita semua, khususnya Pemerintah. Penggalakan pentingnya pendidikan formal minimal sampai pendidikan dasar 9
sembilan tahun harus dilakukan dan menjangkau semua lapisan masyarakat. Salah satu penyebaran informasi bahwa ada alternatif lain untuk tetap melanjutkan
sekolah bagi siswa putus sekolah melalui progam paket B atau SMP satu atap. Sehingga dapat mengikuti wajib belajar sembilan tahun demi perkembangan
dunia pendidikan di Indonesia.
3.2 Analisa