T1 312011020 BAB III

(1)

62

3.1Gambaran Umum Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan 3.1.1 Profil Pendidikan Anak

Pengertian anak secara umum adalah individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0 - 1

tahun), usia bermain (1 - 2,5 tahun), pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia sekolah (5 –

11 tahun) hingga remaja (11 – 18 tahun).

Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Dalam implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa, penentu masa depan dan penerus generasi. Selain memegang peranan penting bagi bangsa dan negara, anak juga merupakan generasi penerus bangsa yang harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang dalam tumbuh kembangnya agar anak dapat tumbuh menjadi generasi yang berkualitas, handal dan mempunyai jiwa pemimpin. Disitulah peran orang tua sungguh berpengaruh penting dalam masa pertumbuhan anak.

Indonesia adalah negara yang berhasil merdeka karena salah satu faktornya yakni pendidikan. Pendidikan mampu membawa bangsa ini lepas dari belenggu penjajahan yang bertahan ratusan tahun lamanya. Sejarah pendidikan dimasa penjajahan sangatlah buruk dalam segi kualitas dan kuantitas untuk para penduduk pribumi. Para penjajah sangat tidak mementingkan pendidikan bagi


(2)

wilayah yang mereka jajah terutama bangsa Belanda yang telah menjajah Indonesia 350 tahun lamanya. Akan tetapi, berkat usaha keras dari para pemuda bangsa yang punya tekad untuk mengenyam pendidikan agar dapat membawa perubahan bagi bangsanya melahirkan benih-benih kesadaran akan pentingnya kemerdekaan.

Pendidikan di Indonesia memang mengalami situasi yang terus berkembang. Hal ini dapat kita lihat melalui perkembangan kurikulum yang berlaku di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Dimulai dari kurikulum tahun 1968 kemudian menjadi kurikulum 1975 atau kurikulum 1984 menjadi 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) 2006.1 Perubahan-perubahan yang dilakukan ini tidak lain

demi keberhasilan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang di dalamnya

menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Untuk mencapai tujuan

pendidikan yang sesuai, peran guru dan manusia dewasa untuk membina anak didik yang ada disekitarnya dengan baik.

1

Eveline Siregar, Hartini Nara. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta), hal. 62

2

Eveline Siregar, Hartini Nara. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 (Bandung: Citra Umbara). hal. 7


(3)

Hingga saat ini berbagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sangat gencar dilakukan. Mulai dari terealisasinya anggaran pendidikan 20% dari APBN negara, subsidi dana BOS dari hasil kenaikan harga BBM hingga buku-buku gratis agar seluruh anak di Indonesia menuntaskan program pendidikan 9 tahun. Kiat-kiat diatas diharapkan mampu memberantas angka buta huruf yang tinggi di Indonesia supaya martabat manusia Indonesia menjadi lebih baik karena adanya pendidikan. Jika kita melihat lebih dalam hasil atau evaluasi dari program-program yang dijalankan pemerintah untuk meningkatkan martabat manusia Indonesia melalui pendidikan belumnya berjalan dengan maksimal. Masih saja terdapat kelemahan yang terjadi, semisal tidak semua anak didik mampu bersekolah dengan gratis, buku-buku pelajaran yang masih diperjual-belikan untuk tambahan guru, pungutan liar di sekolah, bahkan metode pembelajaran yang diterapkan guru tidak mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan hanya mengandalkan satu metode mengajar saja seperti metode ceramah yang dinilai oleh siswa membosankan.

Berkaitan dengan anak, pendidikan sangat erat dengan anak terutama pendidikan dasar. Pengertian dari pendidikan dasar merupakan bagian dari hak asasi bagi setiap orang dalam memperoleh peningkatan dan kemajuan baik dibidang pengetahuan, kecakapan, maupun sikap dan moral. Hak atas pendidikan dasar tidak terlepas dari keberadaan anak sebagai aset bangsa. Pendidikan dasar dan anak merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain dalam memajukan kualitas suatu bangsa. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap hak anak atas pendidikan dasar menjadi hal yang sangat penting.


(4)

Pendidikan hal yang terpenting dan utama dalam kehidupan kita. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan, dimana dalam hal ini telah tercantum dalam pasal 31 UUD 1945. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kita untuk menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Banyak pendapat dari para ahli filsafat, tentang arti dari pendidikan itu. Tetapi secara garis besar pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan yang kita terima tidak hanya pendidikan formal saja, tetapi juga pendidikan in-formal, dan pendidikan non-formal.

Pendidikan anak tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang

sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.

3.1.2 Problem Yang Dihadapi Anak Putus Sekolah

Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya seorang warga


(5)

masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas lima, disebut sebagai putus sekolah SD.

Jenis-jenis putus sekolah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis:

a. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang yaitu seorang murid atau

siswa yang berhenti sekolah tapi masih dalam jenjang tertentu. Contohnya seorang siswa yang putus sekolah sebelum menamatkan sekolahnya pada tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi;

b. Putus sekolah di ujung jenjang artinya mereka yang tidak sempat

menamatkan pelajaran sekolah tertentu. Dengan kata lain mereka berhenti pada tingkatan akhir dalam dalam tingkatan sekolah tertentu. Contohnya, mereka yang sudah duduk di bangku kelas VI SD, kelas III SLTP, kelas III SLTA dan sebagainya tanpa memperoleh ijazah.

c. Putus sekolah atau berhenti antara jenjang yaitu tidak melanjutkan

pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. Contohnya, seorang yang telah menamatkan pendidikannya di tingkatan SD tetapi tidak bisa melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan anak putus sekolah adalah keadaan dimana seseorang yang usianya seharusnya masih dalam usia sekolah namun harus keluar atau berhenti dari lembaga pendidikan yang diikuti. Adapun macam-macam masalah yang dihadapi anak putus sekolah, meliputi:


(6)

a. Kondisi Psikologis

Kondisi psikologis merupakan keadaan yang ada dalam diri seorang individu. Keadaan ini ditengarai dapat memengaruhi sikap dan perilaku seorang individu, termasuk memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan terhadap suatu masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi psikologis mendasari kepribadian seorang individu.

Kondisi psikologis terbentuk melalui pendidikan secara umum yang telah dilakukan oleh seorang individu. Pendidikan manusia dimulai sejak dia lahir dan berkelanjutan mengikuti usia manusia. Pendidikan dilakukan dan atau terjadi dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan. Pendidikan yang terjadi pada seorang individu diikuti dan diserap menjadi sebuah pengalaman hidup. Kedua hal tersebut yaitu pendidikan dan pengalaman dengan lingkungan sebagai variabel yang mempengaruhi proses keduanya, terinternalisasi sejalan dengan usia individu membentuk kepribadian seorang individu.

Anak putus sekolah, dari beberapa hasil penelitian faktor penyebabnya adalah pengalaman yang tidak menyenangkan seperti takut pada guru, tidak naik kelas dan lingkungan seperti tingkat pendidikan orang tua rendah, rumah tangga bermasalah, dan lain-lain. Dengan demikian, bisa dicermati bahwa pengalaman dan lingkungan ini memengaruhi kondisi psikologis individu sehingga berdampak pada sikap dan perilaku mereka yaitu memutuskan untuk berhenti sekolah.

Kondisi psikologis melingkup pada sumber kendali diri (locus of control), konsep diri (self concept), nilai diri (self value) dan juga tingkat keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan dirinya (self efficacy).


(7)

b. Konsep Diri (Self Concept)

Konsep diri (self concept) merupakan sebuah model yang terkait dengan

kondisi psikologis lain yaitu penghargaan diri (self esteem), stabilitas diri

(stability), dan tingkat keyakinan terhadap kemampuan diri (self efficacy). Dengan demikian, seorang individu bersikap dan berperilaku sangat diwarnai oleh konsep diri yang dimilikinya. Ketika sorang individu memiliki self efficacy tinggi maka dia akan memberdayakan semua potensi dan kompetensi yang dimiliki untuk

menyelesaikan suatu tugas tertentu. Individu dengan self efficacy tinggi bisa

dikatakan juga konsep dirinya juga tinggi.

Konsep diri (self concept) diartikan sebagai pengetahuan individu terhadap

dirinya sendiri yaitu mengenai ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian. Konsep diri ini mempengaruhi individu dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Konsep diri ini juga menyangkut penilaian diri (self assessment) terhadap tidak hanya terkait dengan kepribadian, tetapi juga penilaian diri terhadap keahlian, kemampuan, hobi, dan karakteristik pribadinya. Sehingga

seorang individu yang menilai diri sendiri rendah berarti juga memiliki self

concept rendah. Individu dengan self concept rendah mempunyai self esteem dan

self efficacy rendah, sehingga individu tersebut pasrah terhadap keadaan yang ada, tidak berusaha untuk merubah keadaan tidak menyenangkan menjadi keadaan yang menyenangkan.

Ketika seorang anak sekolah berada pada suatu keadaan lingkungan yang tidak mendukung dan atau menyenangkan dan memiliki konsep diri rendah maka sangat rentan terhadap keputusan untuk berhenti sekolah. Tetapi ketika anak


(8)

sekolah tersebut memiliki konsep diri tinggi, maka dia memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk bisa merubah keadaan tersebut menjadi sebuah tantangan dalam hidupnya.

Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian. Locus of control didefinisikan sebagai suatu keyakinan seorang individu terhadap kemampuan dirinya dalam mengontrol nasib sendiri. Individu yang memiliki keyakinan bahwa dia mampu mengontrol yang terjadi dalam kehidupannya,

dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sedang individu

yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mengontrol dalam

kehidupannya maka dikatakan individu tersebut memiliki external locus of

control.

Jika dilihat dari alasan anak putus sekolah yang lebih banyak disebabkan oleh fakor alam, lingkungan, dan situasi. Jika anak tersebut memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuan dirinya untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi, maka keputusan berhenti sekolah tidak diambilnya. Artinya jika anak

tersebut memiliki internal locus of control, maka seberat apapun halangan yang

dihadapi maka dia akan menjadikannya sebagai suatu pembelajaran dan menganggapnya sebagai suatu tantangan. Sebaliknya, jika anak tersebut memiliki

external locus of control maka dia pasrah terhadap keadaan disekitarnya, dan menganggap dirinya tidak akan mampu menyelesaikan tugasnya.


(9)

3.1.3 Pentingnya Pendidikan Untuk Anak Putus Sekolah

Pendidikan merupakan hal yang fundamental harus dimiliki oleh semua warga negara. Dengan adanya pendidikan berarti suatu negara telah berhasil membawa masyarakatnya menuju peradaban yang siap bersaing dengan belahan negara lainnya. Pendidikan menurut Dwi Siswoyo mengatakan bahwa; “Pendidikan merupakan proses dimana masyarakat, melalui lembaga pendidikan (sekolah, PT atau lembaga-lembaga lain), dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dari generasi ke generasi”.3

Di sisi lain pengertian pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang hayat manusia, dimanapun manusia berada. Dimana ada kehidupan manusia, disitu pasti ada pendidikan. Abu Ahmadi dan Nur Uhbayat berpendapat bahwa: “Pendidikan pada hakikatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada siswa sehingga timbul interaksi dari keduanya agar siswa tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus”.4

Kesempatan memperoleh pendidikan bisa didapatkan oleh semua kalangan masyarakat di berbagai belahan dunia, hal ini ditunjukan dari penjelasan mengenai pendidikan di atas bahwasannya pendidikan bisa berlangsung diamanapun, kapanpun, dan oleh siapapun, yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa oleh karenanya pendidikan tidak hanya dilakukan di bangku

3

Dwi Siswoyo. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press, hal. 19

4


(10)

sekolah saja, melainkan bisa dengan interaksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Pentingnya pendidikan pada siswa putus sekolah merupakan tindakan untuk pendewasaan dan perkembangan siswa didik, sehingga proses pendidikan

berjalan sepanjang hidup (long life education), sehingga pendidikan sejati atau

“the basics”.

Dari pemaparan di atas menjelaskan mengenai pentingnya pendidikan terutama untuk siswa putus sekolah ditingkat Sekolah Dasar. Pemerintah memberikan fasilitas pendidikan bagi siswa usia 7-15 tahun mempunyai tujuan agar mereka nantinya mempunyai bekal dasar dalam kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan merupakan sasaran ke mana pendidikan itu akan diarahkan. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendidikan itu beruang lingkup sama dengan sebagaimana fungsinya pendidikan itu. Jadi wujud tujuan pendidikan itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap. Mengenai tujuan pendidikan Nasional di Indonesia, sebagaimana telah dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang progam wajib belajar 9 tahun bagi warga negara Indonesia yang berumur 7-15 tahun. Progam wajib belajar ini adalah progam yang harus dilalui oleh siswa apabila sudah memasuki usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Tindakan yang dilakukan agar siswa bisa mengenyam pendidikan tanpa adanya hambatan haruslah ada kerjasama yang baik antara pihak pemerintah, masyarakat dan juga orangtua siswa.


(11)

3.1.4Upaya Pemerintah Untuk Mencegah Anak Putus Sekolah

Kebijakan yang dibuat Pemerintah dalam bentuk pembangunan unit sekolah baru dalam rangka pemerataan akses pendidikan nyatanya belum membuat semua masyarakat, khususnya masyarakat miskin menikmati bangku sekolah. Begitu pula dengan kebijkan sekolah gratis. Sekolah negri yang oleh Pemerintah ditujukan untuk menampung masyrakat miskin agar dapat menempuh pendidikan ternyata lebih banyak diisi oleh masyakat menengah keatas. Masyarakat miskin terpaksa menyekelohkan anaknya ke sekolah swasta yang tentu saja memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit.

Pemerintah memang telah mendirikan banyak sekolah negri. Bahkan, sekarang ini dicanangkan progam sekolah harus didirikan pada setiap kecamatan, dari sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas. Hal ini untk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya disekolah tersebut. Kesempatan memang terbuka lebar untuk mengikuti proses belajar disekolah negeri, tetapi semua itu menjadi sesuatu yang kontradiksi saat mereka harus menyetor sejumlah dana agar dapat menjadi anak didik disekolah negeri tersebut. Ada banyak alasan mengapa mereka harus menyetor sejumlah dana kesekolah, bukan lagi dengan bunyi sebagai uang gedung, tetapi dengan nama lainnya yang sebenarnya hanya mengelabui masyarakat saja. Sekolah memang tidak mempunyai dana bangunan, tetapi dana-dana yang lain masih ada dan justru makin besar lagi.

Menururt Ali Imron dijelaskan bahwa penanganan siswa yang putus sekolah tidak bisa dilakukan oleh sekolah itu sendiri, melainkan haruslah ada kolaborasi


(12)

yang baik dengan lingkungan lain, lingkungan yang dimaksudkan disini adalah

lingkungan keluarga dan juga masyarakat.5 Pemerintah dalam hal ini tidak hanya

tinggal diam, pemerintah haruslah mengupayakan agar angka putus sekolah dapat ditekan lebih baik lagi, jika hanya satu lembaga saja yang berusaha menekan angka putus sekolah, maka bisa dimungkinkan rencana yang telah dibuat tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Dalam mencegah dan menangani kasus siswa yang sudah terlanjur putus sekolah, harus diakui bahwa pencegahan yang dilakukan bukan hal yang mudah. Berbagai kajian yang ada telah membuktikan bahwa untuk menarik kembali siswa-siswa yang sudah terlanjur putus sekolah ini atau sudah keluar dari sekolah

(drop-out) bukan semudah membalikan telapak tangan. Dengan begitu maka, kebijakan dan langkah yang paling stategis agar siswa-siswa tidak terlanjur putus

sekolah adalah dengan melakukan tindakan preventif sedini mungkin, khususnya

setelah diketahui ada indikasi bahwa seorang siswa akan putus sekolah.

Adapun disini intervensi yang dilakukan Pemerintah dalam menangani siswa yang putus sekolah menurut Bagong Suyanto, mengatakan bahwa guna mencegah

siswa putus sekolah, yaitu sebagai berikut:6

a. Pemasyarakatan Lembaga Pendidikan Prasekolah.

Dalam konten ini masyarakatan lembaga pendidikan prasekolah adalah siswa haruslah melewati fase pendidikan dari awal yaitu dengan memasuki gerbang taman kanak-kanak. Siswa yang

5

Ali Imron. (2004). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Deparmen Pendidikan Nasional, Hal 125

6


(13)

memasuki gerbang taman kanak-kanak terlebih dahulu akan bisa beradaptasi dengan lingkungan belajarnya serta mempunyai prestasi belajar yang baik jika dibandingkan dengan siswa yang

tidak melewati fase taman kanak-kanak;

b. Penanganan siswa yang bermasalah, khususnya siswa yang

memiliki prestasi belajar relatif buruk di sekolah, terutama siswa yang tinggal kelas. Penanganan yang dilakukan ini adalah lebih kepada pendekatan individual yang dilakukan kepada siswa yang bersangkutan. Penanganan yang maksimal pada tahap ini haruslah dilakukan, mengingat siswa yang pernah tinggal kelas akan rawan sekali untuk putus sekolah, hal ini dikarenakan siswa yang tinggal kelas akan semakin menjauhkan dirinya dari guru, teman bahkan pihak sekolah;

c. Progam Pemerintah seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Progam BOS ini adalah progam Bantuan Operasional Sekolah yang berfungsi membiayai kegiatan operasional sekolah. BOS ini akan diberikan kepada siswa-siswa di sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Pemberian BOS ini ditujukan untuk siswa dengan biasa per-tiga bulan sekali setiap siswa di suatu sekolah. Pemberian BOS ini diharapkan bisa memperingan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena orangtua setiap bulannya tidak harus membayar biaya sekolah rutin setiap bulannya.


(14)

d. Pemberian Beasiswa Pendidikan Bagi Masyarakat Menengah Kebawah, penyebab anak tidak atau putus sekolah, kiranya faktor ekonomi terkadang menjadi faktor yang paling sering ditemui. Permasalahan kemiskinan sebagai faktor utama penyebab anak tidak atau putus sekolah, maka optimalisasi pemberian beasiswa menjadi alaternatif kebijakannnya yang dilakukan oleh Pemerintah.

e. Bantuan Siswa Miskin (BSM), reridentifikasinya anak yang putus

sekolah baik karena faktor ekonomi dan jarak maka Program Bantuan Siswa Miskin menjadi alternatif lain selain optimalisasi beasiswa. Program BSM merupakan program nasional dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan disetiap daerah dengan maksud untuk mengamankan upaya jangka panjang guna memutus rantai kemiskinan dengan memastikan masyarakat miskin bisa mengakses pendidikan, sehingga mutu sumber daya manusia Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Wajo pada khususnya terus meningkat dan mampu bersaing dalam era masyarakat global. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) ini bertujuan, untuk:

i. Untuk menghilangkan halangan siswa miskin

berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu

siswa miskin memperoleh akses pelayanan

pendidikan yang layak;

ii. Mencegah siswa putus sekolah karena ketiadaan


(15)

iii. Membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran;

iv. Mendukung program Wajib Belajar Pendidikan

Dasar Sembilan Tahun (bahkan hingga tingkat Sekolah Menengah Atas);

v. Membantu kelancaran program sekolah.

Secara khusus memang tidak mudah bagi Pemerintah untuk merealisasikan pendidikan yang lebih, khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Banyak faktor atau kendala-kendala agar pendidikan dapat terealisasikan dengan baik. Maka hal ini menjadi perhatian bagi kita semua, khususnya Pemerintah. Penggalakan pentingnya pendidikan formal minimal sampai pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun harus dilakukan dan menjangkau semua lapisan masyarakat. Salah satu penyebaran informasi bahwa ada alternatif lain untuk tetap melanjutkan sekolah bagi siswa putus sekolah melalui progam paket B atau SMP satu atap. Sehingga dapat mengikuti wajib belajar sembilan tahun demi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.

3.2Analisa

Dewasa ini banyak orang kurang memahami arti pendidikan. Apa itu “Pendidikan”? Pendidikan seringkali diartikan secara sempit sebagai pengajaran di sekolah. Bahkan lebih sempit lagi diartikan sebagai pengajaran di dalam kelas. Pendidikan seharusnya memiliki arti yang jauh lebih luas dari pada sekedar pengajaran.


(16)

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang disengaja, terencana, terpola, dan dapat dievaluasi, yang diberikan kepada peserta didik oleh pendidik agar tercapai kemampuan yang optimal. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan yang ada dalam diri peserta didik. Potensi-potensi dimaksud diharapkan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia.

3.2.1 Pemenuhan dan Perlindungan Terhadap Anak Putus Sekolah Dalam Konvensi Hak Anak (KHA).

Pemenuhan hak pendidikan anak, tidak hanya sekedar memberikan kepada anak kesempatan untuk memperoleh pendidikan saja, akan tetapi harus diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan perlindungan anak. Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa perlindungan anak adalah segala upaya untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Selanjutnya dalam pasal 2 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tersebut, disebutkan pula bahwa selain harus berdasarkan pada Pancasila dan berlandaskan UUD 1945, penyelenggaraan perlindungan anak juga harus berlandaskan pada prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak (KHA), yang meliputi:


(17)

a. Non diskriminasi;

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan;

d. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Selain itu, dalam pasal 54 Undang-Undang Perlindungan Anak disebutkan pula bahwa anak di dalam lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.

Di dalam Konvensi Hak Anak (KHA), yang sudah diratifikasi dalam Keppres No. 36/1990, juga terdapat sejumlah prinsip lain yang harus diperhatikan dalam pemenuhan hak pendidikan anak, yakni sebagai berikut :

a. Berdasarkan pasal 28 ayat (1), maka negara-negara peserta mengakui hak

anak atas pendidikan dan untuk mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama, khususnya:

1. Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan

tersedia secara Cuma-Cuma untuk semua;

2. Mendorong pengembangan bentuk-bentuk yang

berbeda dari pendidikan menengah, termasuk

pendidikan umum dan kejuruan, menyediakannya untuk setiap anak dan mengambil langkah-langkah yang tepat seperti memperkenalkan pendidikan cuma-cuma dan menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan;


(18)

3. Membuat pendidikan yang lebih tinggi tersedia bagi semua berdasarkan kemampuan dengan semua cara yang layak;

4. Membuat informasi dan bimbingan pendidikan dan

kejuruan tersedia untuk semua anak dan bisa diperoleh oleh semua anak;

5. Mengambil langkah-langkah untuk mendorong

kehadiran teratur di sekolah dan pengurangan angka putus sekolah.

6. Berdasarkan pasal 28 ayat (3), maka negara-negara

peserta harus meningkatkan dan mendorong kerjasama internasional dalam hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya untuk membantu menghapus kebodohan dan buta huruf diseluruh dunia dan mempermudah perolehan pengetahuan ilmiah dan teknis dan metode-metode pengajaran modern. Dalam hal ini, perhatian khusus akan diberikan kepada kebutuhan negara-negara berkembang.

7. Berdasarkan pasal 29, maka pendidikan anak harus

diarahkan pada:

8. Pengembangan kepribadian, bakat dan kemampuan


(19)

9. Pengembangan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan kebebasan dasar dan prinsip-prinsip yang diabadikan dalam Piagam PBB;

10.Pengembangan penghormatan terhadap orang tua anak,

jati diri budayanya sendiri, bahasa dan nilai-nilainya sendiri terhadap nilai-nilai nasional dari Negaradi mana anak itu sedang bertempat tinggal, negara anak itu mungkin berasal dan terhadap peradaban-peradaban yang berbeda dengan miliknya sendiri;

11.Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung

jawab dalam suatu masyarakat yang bebas, dalam semangat saling pengertian, perdamaian, tenggang rasa, persamaan jenis kelamin, dan persahabatan antara semua bangsa, etnis, warga negara dan kelompok agama, dan orang- orang asal pribumi;

12.Pengembangan untuk menghargai lingkungan alam.

3.2.2 Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Putus Sekolah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dengan adanya pembaruan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Seorang anak memiliki


(20)

Pengawasan terhadap hak anak baik secara pribadi maupun dari masyarakat perlu

dilakukan yang bertujuan melindungi hak-hak anak serta mencegah pengaruh

negatif yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Pengawasan yang

dilakukan tidak hanya dari orang tua saja, akan tetapi peran serta masyarakat dan

pemerintahjuga dapat menentukan nasib anak. Salah satu bentuk tanggung jawab

pemerintah dalam hal melindungi anak bangsa adalah dengan memberikan suatu

perlindungan hukum bagi anak. Melalui perlindungan hukum yang dibuat

tersebut, diharapkan dapat memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak anak agar

dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat

dan martabat manusia.

Diundangkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 dengan adanya pembaruan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 ini juga merupakan salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) Tahun 1990. Pemerintah perlu menjamin atau memberikan perlindungan secara khusus terhadap keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keberadaan anak-anak sebagai tunas bangsa. Anak diberikan kesempatan yang seluas-luasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara layak tanpa diliputi rasa khawatir atau mendapat tekanan.

Tujuan dari diadakannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ini tertera dalam pasal 3, Dalam pasal tersebut menjelaskan tentang tujuan diadakannya perlindungan anak, yang diharapkan seluruh anak mendapatkan hak-haknya dan melindungi hak anak dari kekerasan dan diskriminasi. Sehingga dengan adanya perlindungan anak tersebut, dapat mewujudkan harapan dalam meningkatkan kualitas anak Indonesia.


(21)

Pengaturan tentang Perlindungan Anak. Di dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak terdapat pasal-pasal yang menegaskan bahwa setiap anak berhak dan harus memperoleh pendidikan dan pengajaran sejak dini. Didalam Perlindungan Anak, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pemenuhan hak pendidikan anak, yakni sebagai berikut;

a. Dalam pasal 9 ayat (1), maka setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya;

b. Dalam pasal 26 ayat 1 huruf (d), maka setiap anak berhak

diberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada setiap anak;

c. Dalam pasal 48, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib

menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9(sembilan) tahun untuk semuan anak;

d. Dalam pasal 49, Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, keluarga

dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan;

e. Dalam pasal 51, Anak Penyandang Disabilitas diberikan

kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus;

f. Dalam pasal 53, Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung

jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi Anak dari Keluarga kurang


(22)

mampu, Anak Terlantar, dan Anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.

Dilihat berdasarkan peraturan perindang-undangan yang sudah ada, bahwa pihak Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan peranan orang tua, dalam hal ini sudah mengetahui Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan berupaya untuk memperkecil jumlah angka anak putus sekolah yang berada di setiap kota, daerah maupun wilayah-wilayah terpencil. Pada dasarnya sebelum menjalankan sebuah peraturan terlebih dahulu mengetahui apa yangterkandung dalam sebuah peraturan sehingga dapat mengerti apa tujuan dan maksud dari sebuah peraturan tersebut. Agar apa yang sudah diatur benar-benar diterapkan pada setiap kota, daerah ataupun wilayah-wilayah terpencil. Maka perlindungan anak yaitu untuk melindungi dan menjamin hak-hak anak agar dapat kesempatan yang seluas-luasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

3.2.2 Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Putus Sekolah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pencegahan anak putus sekolah adalah cara untuk mengatasi anak yang telah putus sekolah atau anak yang tidak mampu menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah secara formal maupun non formal. Dari istilah tersebut dijelaskan bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak pada manusia atau pendidikan itu merupakan gejala yang layak dan sepatutnya


(23)

ada pada manusia. Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya yang terorganisir. memiliki makna bahwa pendidikan dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas. ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat. Selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan.

Upaya-upaya pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah yakni dengan adanya peraturan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 34 ayat (1-3) telah ditetapkan bahwa:

1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib

belajar.

2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib

belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang


(24)

Berdasarkan ketentuan di atas bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat dan keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari usaha terpadu yang dilaksanakan secara sinergis antara komponen terkait. Mengingat pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap warga negara dan merupakan jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sebagai penopang tercapainya pembangunan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang- bidang lainya.

Selain itu penerapan pendidikan anak pada usia dini sangat berperan penting pada anak-anak usia dini dan peranan orang terdekatlah seperti orang tua dan keluarga yang harus berperan aktif dalam memberikan arahan bahwa pentingnya “Pendidikan”. Dalam Undang-Undang SISDIKNAS pasal 1 ayat (14), menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinanan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Dengan kata lain bahwa pendidikan usia dini mempunyai peran penting dalam anak-anak usia ini, agar memperoleh manfaat dari ilmu pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidik atau Pemerintah dalam mencegah terjadinya anak putu sekolah, yakni

a. Memberikan Motivasi : Motivasi dipandang sebagai dorongan

mental yang mengerakkan dan menggarahkan perilaku manusia,

termasuk perilaku belajar.7 Secara umum dapat dikatakan bahwa

tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah

7


(25)

seseorang agar timbul keinginan dsan kemaunnya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu.8

b. Melakukan Pembinaan : Pembinaan adalah suatu bimbingan atau

arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa kepada anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang

dimaksud mencapai aspek cipta, rasa dan karsa.9

c. Melaksanakan Progam Pendidikan Paket A, B dan C : Selain

melakukan pembinaan dan memberikan motivasi upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan melaksanakan program pendidikan paket A, B dan C.

8

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hal. 73

9

Yahya, Yurudik. 2011. Putus Sekolah dan Cara Pembinaanya. /. Diakses 14 April 2016, Pukul: 10.36, Http://ilmiahtesiswordpress.com/page/101/


(1)

Pengawasan terhadap hak anak baik secara pribadi maupun dari masyarakat perlu dilakukan yang bertujuan melindungi hak-hak anak serta mencegah pengaruh negatif yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Pengawasan yang dilakukan tidak hanya dari orang tua saja, akan tetapi peran serta masyarakat dan pemerintahjuga dapat menentukan nasib anak. Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam hal melindungi anak bangsa adalah dengan memberikan suatu perlindungan hukum bagi anak. Melalui perlindungan hukum yang dibuat tersebut, diharapkan dapat memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat manusia.

Diundangkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 dengan adanya pembaruan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 ini juga merupakan salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) Tahun 1990. Pemerintah perlu menjamin atau memberikan perlindungan secara khusus terhadap keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keberadaan anak-anak sebagai tunas bangsa. Anak diberikan kesempatan yang seluas-luasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara layak tanpa diliputi rasa khawatir atau mendapat tekanan.

Tujuan dari diadakannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ini tertera dalam pasal 3, Dalam pasal tersebut menjelaskan tentang tujuan diadakannya perlindungan anak, yang diharapkan seluruh anak mendapatkan hak-haknya dan melindungi hak anak dari kekerasan dan diskriminasi. Sehingga dengan adanya perlindungan anak tersebut, dapat mewujudkan harapan dalam meningkatkan kualitas anak Indonesia.


(2)

Pengaturan tentang Perlindungan Anak. Di dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak terdapat pasal-pasal yang menegaskan bahwa setiap anak berhak dan harus memperoleh pendidikan dan pengajaran sejak dini. Didalam Perlindungan Anak, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pemenuhan hak pendidikan anak, yakni sebagai berikut;

a. Dalam pasal 9 ayat (1), maka setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya;

b. Dalam pasal 26 ayat 1 huruf (d), maka setiap anak berhak diberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada setiap anak;

c. Dalam pasal 48, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9(sembilan) tahun untuk semuan anak;

d. Dalam pasal 49, Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, keluarga dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan;

e. Dalam pasal 51, Anak Penyandang Disabilitas diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus;

f. Dalam pasal 53, Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi Anak dari Keluarga kurang


(3)

mampu, Anak Terlantar, dan Anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.

Dilihat berdasarkan peraturan perindang-undangan yang sudah ada, bahwa pihak Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan peranan orang tua, dalam hal ini sudah mengetahui Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan berupaya untuk memperkecil jumlah angka anak putus sekolah yang berada di setiap kota, daerah maupun wilayah-wilayah terpencil. Pada dasarnya sebelum menjalankan sebuah peraturan terlebih dahulu mengetahui apa yangterkandung dalam sebuah peraturan sehingga dapat mengerti apa tujuan dan maksud dari sebuah peraturan tersebut. Agar apa yang sudah diatur benar-benar diterapkan pada setiap kota, daerah ataupun wilayah-wilayah terpencil. Maka perlindungan anak yaitu untuk melindungi dan menjamin hak-hak anak agar dapat kesempatan yang seluas-luasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

3.2.2 Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Putus Sekolah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pencegahan anak putus sekolah adalah cara untuk mengatasi anak yang telah putus sekolah atau anak yang tidak mampu menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah secara formal maupun non formal. Dari istilah tersebut dijelaskan bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak pada manusia atau pendidikan itu merupakan gejala yang layak dan sepatutnya


(4)

ada pada manusia. Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya yang terorganisir. memiliki makna bahwa pendidikan dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas. ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat. Selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan.

Upaya-upaya pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah yakni dengan adanya peraturan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 34 ayat (1-3) telah ditetapkan bahwa:

1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib belajar.

2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. 3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang


(5)

Berdasarkan ketentuan di atas bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat dan keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari usaha terpadu yang dilaksanakan secara sinergis antara komponen terkait. Mengingat pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap warga negara dan merupakan jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sebagai penopang tercapainya pembangunan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang- bidang lainya.

Selain itu penerapan pendidikan anak pada usia dini sangat berperan penting pada anak-anak usia dini dan peranan orang terdekatlah seperti orang tua dan keluarga yang harus berperan aktif dalam memberikan arahan bahwa

pentingnya “Pendidikan”. Dalam Undang-Undang SISDIKNAS pasal 1 ayat (14), menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinanan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Dengan kata lain bahwa pendidikan usia dini mempunyai peran penting dalam anak-anak usia ini, agar memperoleh manfaat dari ilmu pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidik atau Pemerintah dalam mencegah terjadinya anak putu sekolah, yakni

a. Memberikan Motivasi : Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mengerakkan dan menggarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.7 Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah

7


(6)

seseorang agar timbul keinginan dsan kemaunnya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu.8

b. Melakukan Pembinaan : Pembinaan adalah suatu bimbingan atau arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa kepada anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang dimaksud mencapai aspek cipta, rasa dan karsa.9

c. Melaksanakan Progam Pendidikan Paket A, B dan C : Selain melakukan pembinaan dan memberikan motivasi upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan melaksanakan program pendidikan paket A, B dan C.

8

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hal. 73

9

Yahya, Yurudik. 2011. Putus Sekolah dan Cara Pembinaanya. /. Diakses 14 April 2016, Pukul: 10.36, Http://ilmiahtesiswordpress.com/page/101/