Perbandingan Kondisi Eksisting dan Lab

lxxiii Gambar sampel kondisi eksisting sebelum dan sesudah pengujian ITS pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7. Gambar 4.6 Sampel kondisi eksisting sebelum pengujian ITS Gambar 4.7 Sampel kondisi eksisting setelah pengujian ITS Seperti terlihat pada gambar bahwa sampel kondisi eksisting mengalami kerusakan setelah pengujian lebih besar dibanding dengan benda uji kondisi perencanaan. Hal ini di karenakan benda uji kondisi eksisting yang sudah termakan usia jalan serta berbagai pengaruh dari lingkungan di sekitar jalan tersebut. Sehingga perkerasan jalan Brigjend Katamso harus segera dilakukan perbaikan untuk meningkatkan daya dukung perkerasan, yang diharapkan dapat menahan beban yang lebih besar

4.5. Perbandingan Kondisi Eksisting dan Lab

Perbandingan uji Marshall dan ITS antara sampel perkerasan kondisi eksisting dengan kondisi perencanaan ditunjukkan pada Tabel 4.17. lxxiv Tabel 4.17. Perbandingan uji Marshall perkerasan kondisi eksisting dengan kondisi perencanaan Stabilitas kg Kadar aspal No Eksisting Perencanaan Eksisting Perencanaan 1 1029,85 1506,886 3,36 6,7 2 961,19 1587,358 3,27 6,7 Rata-rata 995,52 1480,176 3,32 6,7 Benda uji kondisi eksisting setelah dilakukan uji extraction didapat kadar aspal 3,32. Kadar aspal yang rendah tersebut diakibatkan pelayanan selama umur jalan. Dari tabel di atas terlihat bahwa stabilitas kondisi eksisting lebih rendah dibanding benda uji kondisi perencanaan masing – masing 1029,85 kg dan 961,19 kg, akibatnya perkerasan tidak kuat menahan beban yang ada. Sehingga perlu segera dilakukan pemeliharaan perkerasan jalan untuk meningkatkan daya dukung perkerasan. Tabel 4.18. Perbandingan uji ITS perkerasan kondisi eksisting dan kondisi perencanaan ITS kPa Kadar aspal No Eksisting Perencanaan Eksisting Perencanaan 1 463,431 532,870 3,36 6,7 2 506,504 528,000 3,27 6,7 Rata-rata 484,967 530,435 3,32 6,7 Semakin besar nilai kuat tarik, maka perkerasan tersebut akan semakin durable . Hasil uji ITS di Puslitbang Jalan DPU di Bandung menunjukkan lxxv bahwa nilai ITS sampel kondisi eksisting lebih rendah di banding benda uji kondisi perencanaan masing – masing 484,967 kPa dan 530,435 kPa. Sehingga struktur perkerasan tidak akan mampu menahan beban yang bekerja yang berakibat terjadinya kerusakan struktur perkerasan. Penurunan kadar aspal antara pekerasan kondisi eksisting dan kondisi perencanaan mencapai 49,55 . Untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan perkerasan yang lebih besar, maka perlu segera dilakukan perbaikan atau pemeliharaan terhadap ruas jalan Brigjend. Katamso sehingga akan didapat suatu jalan yang aman dan nyaman.

4.6. Analisa BISAR