Hasil Pemeriksaan Bahan 1. Hasil Pemeriksaan Agregat

lv Gambar 3.2. Diagram alir tahap – tahap penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pemeriksaan Bahan 4.1.1. Hasil Pemeriksaan Agregat Pemeriksaan terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles , berat jenis semu, dan penyerapan terhadap air dilakukan di laboratorium dengan hasil yang menunjukkan bahwa agregat yang diperiksa telah memenuhi syarat yang ditentukan. Hasil pemeriksaan bahan ditampilkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan agregat No Jenis pemeriksaan Syarat Hasil 1 Keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles max. 40 24,6 2 Peresapan terhadap air max. 3 2,9 3 Berat jenis semu agregat kasar min. 2,5 2,75 4 Berat jenis semu agregat halus min. 2,5 2,81 Ket : AASHTO T96-7 Selesai Kesimpulan lvi 4.1.2. Hasil Pemeriksaan Aspal Adapun sifat yang diperiksa yaitu penetrasi aspal, titik lembek, titik nyala, titik bakar, daktilitas dan berat jenis aspal. Dari hasil pemeriksaan ini diketahui bahwa aspal memenuhi syarat untuk dijadikan bahan pengikat. Hasil pemeriksaan aspal ditampilkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan aspal No Jenis pemeriksaan Syarat Hasil 1 Penetrasi 100 gr, 25 °C, 5 detik 0,1mm 60-79 70.6 2 Titik Lembek °C 48 - 58 51 3 Titik Nyala °C 200 282,5 4 Titik Bakar °C 201 317 5 Daktilitas, 25 °C, 5 cmmenit cm 100 150 6 Berat jenis grcc 1 1,0226 Sumber : Dwi Eko, 2006

4.1.3. Hasil Pemeriksaan Filler

Pemeriksaan filler dilakukan untuk mengetahui Specific Grafity dari filler abu batu yang akan dipakai untuk perhitungan volumetrik test . Specific Grafity dari filler abu batu yang digunakan sebesar 2,73 grcc. lvii 4.2. Data Eksisting Jalan

4.2.1. Struktur Perkerasan Jalan

Ruas jalan Brigjend Katamso Surakarta merupakan perkerasan tipe AC Asphalt Concrete . Di bawah lapisan permukaan terdapat dua lapis pondasi yaitu lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah. Lapis pondasi atas jalan merupakan lapisan struktur utama di atas lapis pondasi bawah atau di atas lapis tanah dasar apabila tidak dipasang lapis pondasi bawah. Sedangkan lapis pondasi bawah adalah lapisan konstruksi yang meneruskan beban dari lapis pondasi atas. Lapis terbawah adalah lapis tanah dasar sub grade . Ketebalan masing – masing untuk ruas jalan Brigjend. Katamso sebagai berikut : Surface course wearing+ binder course = 5 cm Base course pondasi atas = 20 cm Sub base course pondasi bawah = 30 cm Ket : Coring Bina Marga Susunan lapisan perkerasan diatas akan diteliti apakah memenuhi syarat untuk menahan beban yang terjadi atau tidak. Pengujian dilakukan di laboratorium untuk mengetahui kekuatan perkerasan tersebut. Pengambilan benda uji dari lokasi penelitian dilakukan dengan cara coring untuk mengetahui berapa persen kerusakan yang terjadi selama umur layanan jalan. lviii Pengujian Marshall dilakukan terhadap benda uji hasil coring untuk mendapatkan nilai stabilitas. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan Marshall quotient. Pengujian sampel pertama mendapatkan nilai stabilitas 75 lb dan flow 5,9 mm. Pembacaan stabilitas = 75 lb Nilai stabilitas setelah dikalibrasi = stabilitas faktor kalibrasi konversi = 75 30,272 0,4536 = 1029,85 kg Koreksi tebal = 1,47 Nilai stabilitas terkoreksi = 1029,85 1,47 = 1462,39 kg Pembacaan flow = 5,9 Marshall Quotient = 1462,39 5.9 = 247,86 kgmm Tabel 4.3 Data Hasil Marshall test sampel kondisi perkerasan eksisting Benda Uji Stabilitas Flow Rata Tebal Koreksi Tebal Stabilitas Kalibrasi Stabilitas Terkoreksi Marshall Quotient lb mm cm kg kg Kgmm 1 75 5,9 5,0 1,47 1029,85 1462,39 247,86 2 70 4,7 5,1 1,42 961,19 1412,95 300,62 lix 3 68 4,7 5,05 1,47 933,74 1372,59 292,04 Rata - rata 1415,97 280,17 Kemudian dilakukan pengujian extraction test untuk mengetahui kadar aspal dan gradasi agregat yang digunakan. Data ini akan dibandingkan dengan data pengujian di laboratorium kondisi perencanaan untuk mengetahui berapa persen kerusakan yang sudah terjadi dan seberapa besar kemampuan perkerasan untuk menahan beban. Perhitungan kadar aspal sampel kondisi eksisting: a Berat bowl extraction = 1693,5 gr b Berat bowl extraction dan benda uji sebelum extraction = 2392 gr c Berat bowl extraction dan agregat hasil extraction = 2334,5 gr d Berat benda uji sebelum di extraction b-a = 698,5 gr e Berat agregat setelah di extraction c-a = 641 gr f Berat filter sebelum dipakai = 46,5 gr g Berat filter setelah dipakai = 49 gr h Selisih berat filter g-f = 2,5 gr i Berat mangkuk penguapan = 324,5 gr j Berat mangkuk penguapan + abu = 356 gr k Berat abu dalam mangkuk penguapan j-i = 31,5 gr l Berat total agregat e + h + k = 675 gr m Berat aspal dalam campuran d-l = 23,5 gr n Prosentase aspal dalam campuran = 3,36 Dari hasil perhitungan sampel kondisi eksisting kedua didapatkan kadar aspal sebesar 3,27 . Sehingga kadar aspal rata-rata kondisi eksisting adalah 3,32 lx Tabel 4.4 Data analisa saringan extraction test sampel perkerasan eksisting 1 Sieve No 3 4 ” 1 2 ” 3 8 ” 4 8 30 50 100 200 Pan Total Berat tertahan 60 64 107,3 66 89 67 47,4 54 23,5 578,2 tertahan 10,4 11,1 18,6 11,4 15,4 11,6 8,2 9,4 3,9 100 lolos 100 89,6 78,5 59,9 48,5 33,1 21,5 13,3 3,9 JMF 100 74 56 37 25 13 9 6,5 3,5 Tabel 4.5 Data analisa saringan extraction test sampel perkerasan eksisting 2 Sieve No 3 4 ” 1 2 ” 3 8 ” 4 8 30 50 100 200 Pan Total Berat tertahan 66 81 174 91 168 59 69 40 56 804 tertahan 8,2 10,1 21,6 11,3 20,9 7,3 8,6 4,9 7,1 100 lolos 100 91,8 81,7 60,1 48,8 27,9 20,6 12 7,1 JMF 100 74 56 37 25 13 9 6,5 3,5

4.2.2. Data Lalu Lintas

Penelitian mengenai lalu lintas yang melewati ruas jalan Brigjend Katamso dilakukan dengan cara survei untuk menganalisis kinerja perkerasan pada ruas jalan tersebut. Selain itu juga mengumpulkan data lalu lintas kepada pihak-pihak yang terkait seperti Bina Marga. Data yang diambil langsung di lapangan diantaranya adalah data geometri jalan, data kendaraan yang melintas yang terdiri dari light goods vehicle LGV, medium goods vehicle MGV, heavy goods vehicle HGV. Data lxi Lalu Lintas Harian Rata-rata yang diperoleh dari survei disajikan dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6 Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahun 2007 Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan MOBIL PENUMPANG 2329 Pick up 2291 TRUK KECIL 2061 BUS BESAR 13 TRUK 34 2 AS 737 TRUK FUSO 770 TRUK GANDENG 23 TRAILER1,2-2 328 TRAILER 1,2-2,2 173 Sumber : Prasetyo, 2008 Jenis kendaraan Heavy Goods Vehicle HGV mempunyai kontribusi paling besar dalam pembebanan pada ruas jalan Brigjend. Katamso. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.2 Grafik Hubungan Nilai ESAL dengan Jenis Kendaraan. Prasetyo, 2008. lxii 105229,39 233458,57 1190786,26 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 LGV MGV HGV Jenis Kendaraan ES A L LGV MGV HGV Gambar 4.1 Grafik Hubungan Nilai ESAL dengan Jenis Kendaraan Tahun 2007 Sumber : Prasetyo, 2008 4.3. Penentuan Kondisi Perkerasan Jalan 4.3.1. Kondisi Perkerasan Jalan