Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Dasar Teori

xviii pelayanan yang direncanakan. Penetapan umur rencana untuk suatu jalan juga harus mempertimbangkan growth factor dan rencana pengembangan wilayah. Perkerasan jalan akan dapat mencapai umur rencana apabila dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan harus tepat dan sesuai dengan kondisi jalan serta kerusakannya. Karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui penyebab kerusakan dan akibat yang ditimbulkan dari kerusakan tersebut. Pemeliharaan yang benar akan meningkatkan kenyamanan dan keamanan dari pengguna jalan serta menghemat biaya pemeliharaan. Untuk mengetahui besar pembebanan dan kekuatan dari struktur perkerasan dapat dilakukan dengan pengujian Indirect Tensile Strength ITS dan Indirect Tensile Stiffness Modulus ITSM

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana jenis kerusakan flexible pavement jalan Brigjend Katamso Kota Surakarta. b. Bagaimana kondisi perkerasan jalan Brigjend Katamso Kota Surakarta saat ini serta prediksi umur layan perkerasan jalan Brigjend. Katamso.

1.3. Batasan Masalah

xix Pembatasan masalah diperlukan dalam penelitian agar tinjauannya tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari rumusan masalah. Batasan – batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Ruas jalan yang ditinjau adalah ruas jalan Brigjend Katamso Kota Surakarta b. Pengujian Indirect Tensile Strength ITS dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta sedangkan pengujian Indirect Tensile Stiffness Modulus ITSM di Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan di Bandung c. Data teknis jalan Brigjend Katamso diperoleh dari Departemen Pekerjaan Umum Subdin Bina Marga Kota Surakarta d. Survei data lalu lintas jalan Brigjend. Katamso Surakarta

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi jenis kerusakan dan penyebab kerusakan yang terjadi pada flexible pavement jalan Brigjend Katamso Kota Surakarta 2. Mengetahui kondisi perkerasan jalan Brigjend. Katamso saat ini serta menganalisis prediksi umur layan perkerasan jalan Brigjend. Katamso.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: xx 1. Memberi pengetahuan tentang kerusakan yang terjadi pada perkerasan lentur baik sebab maupun akibatnya disertai penanganannya. 2. Mengetahui manfaat perencanaan perkerasan dalam menjamin umur pelayanan suatu jalan. 3. Mengetahui kondisi perkerasan sebagai acuan perlu tidaknya perbaikan dan melakukan prediksi umur layan jalan Brigjend. Katamso. 4. Memberi gambaran pemeliharaan jalan raya yang lebih baik sehingga biaya perawatan bisa berkurang serta keamanan dan kenyamanan yang diperoleh pemakai jalan menjadi lebih baik.

BAB II LANDASAN TEORI

xxi 2.1. Tinjauan Pustaka Dari penelitian Sunaryono 2007 nilai pengujian ITS dan ITSM benda uji umur 14 hari masing – masing 225 kPa dan 1081 Mpa, sedangkan untuk benda uji umur 29 hari terjadi kenaikan masing – masing 275 kPa dan 1285 MPa. Semenara penelitian Batista 2005 yang dilakukan pada aspal emulsi terjadi perubahan nilai stiffness modulus dari 1000 MPa menjadi 2000 MPa setelah ageing selama dua bulan. Dari penelitian Hamidi 1998 angka modulus kekakuan dari campuran aspal sangat bergantung terhadap temperatur, penambahan Gilsonte yang cukup berarti terjadi pada temperatur 25 o C dengan peningkatan 45 dan 77 untuk penambahan berturut – turut 4 dan 8 Gilsonite . Pada temperatur 35 o C dan 45 o C angka modulus dari semua campuran aspal berkurang secara drastis dan penambahan Gilsonite tidak cukup berarti dalam hal meningkatkan angka modulus. Penelitian Daniel 2008 yang dilakukan dengan membuat benda uji open graded asphlat OGA dengan variasi kadar aspal 2,5 ; 3 ; dan 3,5 yang ditambahkan dengan 0,3 additive Gilsonite didapat nilai ITS berkisar 871,23 kPa hingga 1164,83 kPa, dengan nilai ITS tertinggi pada kadar aspal 3,5 xxii Penelitian Batista 2005 yang dilakukan pada aspal emulsi terjadi perubahan nilai stiffness modulus dari 1000 MPa menjadi 2000 MPa setelah ageing selama dua bulan. Dari penelitian Agung 2005 pada suhu 45 o C pada campuran HRS- Coal ash diperoleh nilai kuat tarik tak langsung sebesar 20,5 psi, sedangkan pada campuran HRS-Standar diperoleh nilai kuat tarik tak langsung sebesar 29,2 psi. Penelitian Firmansyah 2007 pada Split Mastic Asphalt SMA didapatkan nilai Indirect Tensile Strength pada suhu 25 o C, 35 o C, dan 45 o C dengan penambahan latex sebanyak 6 masing – masing 122,57 psi, 61,43 psi, 31,74 psi. Sedangkan penelitian Thanaya 2007 didapatkan nilai Indirect Tensile Stiffness Modulus pada aspal penetrasi 50, suhu pengujian 20 o C untuk Glass Mix sebesar 2218 MPa, Sslag Mix sebesar 2732 MPa, HRA sebesar 4564 MPa, dan AC sebesar 5683 MPa.

2.2. Dasar Teori

Perkerasan adalah salah satu lapisan konstruksi jalan yang terdapat pada permukaan jalan. Fungsi utama perkerasan adalah untuk memikul beban lalu lintas secara aman dan nyaman, dimana selama umur rencananya tidak terjadi kerusakan yang berarti. Oleh karena itu, perkerasan pada permukaan jalan memainkan peranan yang sangat signifikan dalam konstruksi perkerasan jalan. xxiii Perencanaan perkerasan yang baik akan menghasilkan perkerasan yang dapat digunakan selama umur rencananya. Umur rencana adalah umur pelayanan yang direncanakan untuk perkerasan dalam melayani lalu lintas dengan baik tanpa adanya kerusakan yang berarti. Perencanaan perkerasan yang baik dapat mengurangi kemungkinan kerusakan yang terjadi sehingga menghemat biaya pemeliharaan dan lalu lintas dapat dilayani dengan baik. Banyak tipe perkerasan yang didiskusikan dalam teknologi modern. Tapi biasanya dikelompokkan dalam dua tipe yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Perkerasan lentur biasanya menggunakan aspal pada bagian permukaan tapi kadang berupa beton yang dilapisi aspal. Perkerasan lentur dikembangkan dalam berbagai bentuk. Perkerasan aspal konvensional menggunakan sistem pelapisan dimana bagian atas menggunakan material yang lebih baik karena intensitas tekanan beban sangat tinggi dan bagian bawahnya menggunakan material dengan mutu lebih rendah karena intensitas bebannya lebih rendah. Perkerasan kaku biasanya menggunakan beton sebagai struktur utamanya. Ada 4 empat tipe perkerasan kaku yang merupakan kombinasi dari penguatan dan perpindahan bebannya yaitu : tanpa penguatan, penguatan ringan, penguatan terus menerus, dan pra tekan. Perkerasan beton tanpa penguatan dapat diletakkan tanpa sambungan tapi biasanya diberi sambungan dan diletakkan dengan atau tanpa alat perpindahan beban antar sambungan. Perkerasan dengan penguatan ringan diberi sambungan dan biasanya diberi baja ringan antara sambungan untuk memperkuat xxiv daya dukungnya sehingga perkerasan dapat menahan beban lalu lintas dengan baik. Definisi Kegagalan Bangunan secara umum menurut Undang – Undang No 18 Tahun 1999 dan PP Tahun 2000 adalah keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum, sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Sedangkan definisi Kegagalan Bangunan secara khusus untuk jalan adalah suatu kondisi dimana bangunan jalan tidak mampu melayani pengguna jalan sesuai dengan kecepatan rencana secara nyaman dan aman. Menurut Silvia Sukirman terdapat 6 enam mekanisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan yaitu Sukirman, 1999 : 1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban. 2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat sifat kapilaritas. 3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik. 4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan. xxv 5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasar yang memang jelek. 6. Proses pemadatan lapisan tanah dasar yang kurang baik. Perbaikan terhadap jalan tidak hanya dilakukan apabila jalan telah mengalami kerusakan yang parah, tetapi sebaiknya perlu segera dilakukan pemeliharaan apabila tanda – tanda kerusakan terhadap jalan sudah terlihat. Semakin memperbesar tingkat kerusakan jalan, maka biaya perbaikan jalan juga akan semakin mahal. Untuk melakukan pemeliharaan yang tepat, maka perlu dilakukan kajian awal terhadap jalan tersebut, meliputi pengamatan visual kerusakan jalan, kekuatan struktur jalan saat ini, pertumbuhan lalu lintas.

2.3. Kerusakan pada Perkerasan Lentur