Tradisi Jawa Festival Jenang Solo Sebagai Media Komunikasi dan Promosi Tradisi Jawa JURNAL

commit to user

d. Tradisi Jawa

Filsafat dan pandangan hidup bagi orang Jawa merupakan hasil olah krida cipta rasa karsa sebagai refleksi terhadap realitas kehidupan kasunyatan hingga diperoleh hakekat kebenaran. Tujuan berfilsafat bagi orang Jawa adalah untuk mengetahui sangkan paraning dumadi yakni asal mula dan akhir dari kehidupan seseorang. Menurut Suratno dan Astiyanto 2009:xxviii, dalam pandangan Jawa, paran atau tujuan hidup adalah bertemunya manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tujuan akhir tersebut hanya dapat dicapai bila di saat hidup di dunia seseorang melakukan perbuatan semestinya sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan. Sindung Haryanto:25 Bentuk sinkretisme paling sentral dalam budaya Jawa menurut Geertz 1973:147 adalah upacara slametan yang dilakukandiberbagai kesempatan seperti yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, hari- hari besar keagamaan, tahapan pekerjaan pertanian, pindah rumah dan sebagainya. Upacara slametan selain ditujukan untuk menggairahkan kegiatan keagamaan juga merupakan mekanisme integrasi social. Dalam sebuah ritual terdapat unsur pengalaman masa lalu dan unsur harapan tertentu di masa mendatang unsur teleologis. Dalam konteks upacara selamatan, upacara tersebut bukan merupakan ajaran Islam, melainkan dalam prakteknya tetap berlangsung dengan modifikasi berupa masuknya unsur-unsur Islam seperti yang ada dalam do’a-do’a. Sindung Haryanto:28 Upacara slametan bagi masyarakat Jawa pada umumnya merupakan ritual yang menduduki posisi sentral. Upacara slametan biasanya diselenggarakan pada momen-momen khusus yang menyangkut siklus hidup manusia mulai dari kehamilan, kelairan, sunatan inisiasi, perkawinan, dan kematian. Selain itu upacara slametan juga diselenggarakan ketika seseorang akan melaksanakan pekerjaan penting commit to user seperti membangun rumah, menempati rumah baru, menanam atau memanen padi, dan sebagainya. Pekerjaan yang berkait dengan kepentingan orang banyak barang public seperti membangun jalan dan jembatan, mempertaiki saluran irigasi desa. Selain itu, upacara selametan juga dilakukan pada momen hari-hari besar keagamaan dan nasional seperti nyadran menjelang bulan Ramadhan, malem selikur malam ke- 21 bulan Ramadhan, muludan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal, malem tirakatan malam menjelang peringatan hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus. Sindung Haryanto:69 Upacara slametan diselenggarakan dengan tujuan memperoleh keselamatan yakni kondisi dimana tidak ada gangguan yang menghalangi pekerjaan. Koentjaraningrat 1994 mendeskripsikan keadaan slamet, sebagai “sebuah keadaandi mana peristiwa-peristiwa mengikuti alur yang telah ditetapkan dengan mulus dan tak satupun kemalangan yang menimpa siapa saja”. Dengan kesepakatan bersama mengenai makna yang tersirat dibalik slametan menunjukkan kesadaran orang Jawa sebagai mahkluk social yang sangat tergantung pada kolektivitas. Dengan demikian slametan memiliki dua dimensi sekaligus yakni historical sebagai ungkapan rasa syukur dan teleological sebagai pengharapan akan konsidi yang lebih baik. Metodologi Penelitian Festival Jenang Solo sebagai Media Promosi dan Komunikasi Tradisi Jawa menggunakan paradigma penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif ini dilakukan karena pengetahuan tentang gejala yang diteliti masih sangat kurang atau tidak ada sama sekali, bahkan teori-teorinya belum ada Koentjaraningrat 1977: 19. Karena banyak orang yang kurang mengetahui tentang Festival Jenang Solo dan masih sedikitnya buku-buku dan informasi mengenai Jenang itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti ingin commit to user membahas dari sudut pandang pesan yang ada dalam Jenang yang terdapat di dalam Festival Jenang Solo. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori dalam bidang kajian studi Ilmu Komunikasi dan studi pesan. Tahap penelitian menjelajah merupakan tahap pertama dari suatu penelitian yang lebih luas. Untuk itu, penelitian ini dilakukan sebagai suatu feasibility study, artinya untuk meneliti apakah penelitian itu dapat dilakukan dilihat dari segi adanya atau dapat diperolehnya data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa catatan pengamatan lapangan yang dilakukan secara partisipatoris atau wawancara mendalam Purwasito 2015: 359. Penelitian menjelajah dilakukan dimana gejala dari masalah yang diteliti masih sangat minim informasi. Dalam kajian penelitian ini, perspektif individual, yaitu kemampuan peneliti terhadap masalah yang ingin diteliti, terutama referensi terhadap fenomena yang relevan dengan subjek penelitian menjadi hal yang penting Purwasito 2015: 359. Sajian dan Analisis Data Merayakan dan lebih mengenal berbagai macam Jenang dari berbagai daerah yang ada di Nusantara, pengurus Festival Jenang sering menyebutnnya dengan Bhineka Tunggal Jenang. Tanpa terasa, Festival Jenang Solo 2016, sudah berusia lima tahun. Peristiwa cultural dalam festival ini tidak hanya memandang jenang sebagai obyek semata, melainkan ada subyek interaksi manusia di balik jenang. Ada proses hidup-menghidupi, belajar, Tradisi, ritual, pengetahuan, ilmu, dan religius. Melalui jenang dapat dirajut kebersamaan, berbagi, dan toleransi antar manusia. Tradisi ‘Bladahan’ dengan resik-resik kawasan koridor Budaya Ngarsopuro kawasan festival, demo masak besar jenang, workshop, sarasehan, pameran foto jumbo, lomba foto dan acara puncak membagi ribuan takir jenang kepada masyarakat merupakan merupakan ciri utama FJS. Spirit gotong-royong dan berbagi menjadi bagian commit to user penting untuk menumbuh-kembangkan nilai-nilai kehidupan social- masyarakat. Festival Jenang Solo yang menjadi agenda tahunan event Kota Solo kali ini bertemakan “Ragam Jenang Nusantara” dengan menampilkan berbagai macam jenang dari berbagai daerah. Memasuki tahun ke-5, tema kali ini diambil untuk menggambarkan betapa bervariasinya jenang yang merupakan makanan tradisional yang ada di Nusantara. Melalui kegiatan tersebut, guna mengenalkan berbagai ragam jenang daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke ini dibuktikan dengan hadirnya Jenang Aceh sampai Jenang Papeda dari Papua dalam Festival Jenang Solo tahun ini. Festival Jenang Solo merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperingati hari jadi Kota Solo yang diperingati setiap tanggal 17 Februari. Festival Jenang Solo 2016 yang diselenggarakan empat hari berturut-turut pada tanggal 14, 15, 16 dan 17 Februari 2016. Hari pertama Minggu, 14 Februari dengan agenda utama Demo Masak Jenang dari perwakilan daerah seperti Jenang Bahari oleh OmahSinten dan Kementerian Kelautan Perikanan, Jenang Revolusi Mental oleh PKK Kel. Kadipiro Solo, Jenang Pedas Kalimantan Barat, Jenang Aceh dari Hotel Sahid Jaya, Jenang Papeda dari Papua, Jenang Sukoharjo, Jenang Mutiara Pecah Intan oleh Kepulauan Riau. Acara pembukaan Festival Jenang Solo tersebut diselenggarakan saat Car Free Day di perempatan Ngarsopuro-Slamet Riyadi dihadiri ribuan masyarakat yang menyaksikan. Hadir pula dalam acara pembukaan Pj Walikota Surakarta, Direktur Akses Pasar Promosi Kementerian Kelautan Perikanan, Ketua Kadin Surakarta, Ketua BPC PHRI Surakarta, Ketua DPC ASITA Surakarta, jajaran Dewan Pengawas, Pembina dan Pengurus Yayasan Jenang Indonesia serta tokoh masyarakat Kota Solo lainnya. Dilanjutkan pada hari Senin, 15 Februari dengan menggelar Workshop Jenang Bahari bersama Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan BBPHP Direktorat Jendral Penguatan Daya Saing Produk commit to user Kelautan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Dinas Pertanian Kota Surakarta. yang dihadiri guru dan siswa siswi SD Ketelan 12 Solo. Selain mengkampanyakan gemar makan ikan oleh KKP, harapannya anak-anak menyukai ikan melalui produk olahan seperti demo membuat “kaki naga” yang diperagakan oleh BBPHP. Hari ketiga, 16 Februari 2016 dilaksanakan Sarasehan “BHINEKA TUNGGAL JENAN G” yang dihadiri 62 siswa-siswi SMA di Kota Solo digelar di OmahSinten Heritage Resto. Kegiatan ini menghadirkan nara sumber Drs. KGPH Dipokusumo Ketua Dewan Pengawas Yayasan Jenang Indonesia, Hery Priyatmoko sejarahwan dan dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta Slamet Raharjo Ketua Dewan Pembina Yayasan Jenang Indoensia. Tujuan diselenggarakannya Sarasehan ini adalah untuk memberi wawasan baru mengenai Jenang sebagai aspek religi, budaya, pendidikan, sosial, ekonomi dan periwisata kepada generasi muda. Jenang yang sudah melekat pada tradisi budaya Jawa ini memiliki filosofi mendalam pada setiap jenis jenang yang ada di Nusantara. Filosofi inilah yang menjadikannya sebagai sarana edukasi dan kini akan menjadi Jenangpedia sebagai segala pengetahuan tentang jenang. Puncak acara Festival Jenang Solo berlangsung pada tanggal 17 Februari 2016 bertempat di Koridor Ngarsopuro. Sebanyak 100 stand festival yang diisi oleh 51 PKK Kelurahan, 5 PKK kecamatan, 15 Perwakilan Daerah di Nusantara, 21 organisasi profesi, 6 Kantor Dinas dan 1 Paguyuban Pasar Tradisional mampu mneyediakan lebih dari 20.000 takir jenang yang dibagikan gratis kepada masyarakat kota Solo Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator Yayasan Jenang Indonesia kepada komunikan masyarakat Kota Surakarta melalui media Festival Jenang Solo dikomunikasikan dalam beberapa kategori awal tentang informasi fenomena Festival Jenang . sehubungan dengan penelitian ini maka data-data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara, dokumentasi commit to user dan catatan lapangan penulis membuat kategorisasi dari penyelenggaraan Festival Jenang Solo dalam rangka sebagai Media Komunikasi dan Promosi Tradisi Jawa. Berikut merupakan kategorisasi;

a. Khalayak