Khalayak Jenang Festival Jenang Solo Sebagai Media Komunikasi dan Promosi Tradisi Jawa JURNAL

commit to user dan catatan lapangan penulis membuat kategorisasi dari penyelenggaraan Festival Jenang Solo dalam rangka sebagai Media Komunikasi dan Promosi Tradisi Jawa. Berikut merupakan kategorisasi;

a. Khalayak

Dalam sebuah ritual atau festival khalayak merupakan sasaran utama dalam keberlangsungan kegiatan tersebut. Dalam festival jenang khalayak sangat berpengaruh karena pada dasarnya festival ini merupakan kegitan yang di selenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dalam rangka memperingati ulang tahun kota Solo maka seluruh masyarakat dapat berbagi dan menikmati bancaan jenang kota Solo dalam festival ini. Dalam komunikasi, komunikan atau penerima pesan merupakan sasaran utama dari komunikator. Komunikator juga mengirim pesan kepada seluruh masyarakat dan wisatawan mancanegara melalui liputan dan artikel yang telah disebar luaskan. Komunikan berkonsentrasi pada pesan untuk dimengerti dengan baik dan benar akan pesan yang diterima, Memberikan umpan balik pada komunikator untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti. Dengan diterimanya umpan balik dari pihak komunikan maka terjadi komunikasi dua arah yang antaranya komunikator dengan komunikan mempunyai pengalaman yang sama, maka komuniaksi dapat berjalan lancar. Dimana motif atau tujuan dari komunikator YJI adalah untuk lebih memperkenalkan budaya masa lampau leluhur lekat dengan adanya Jenang sebagai symbol, doa dan harapan masa yang akan datang. Terlebih lagi dalam setiap prosesnya terdapat bentuk rasa syukur. Dengan perkembangan jaman yang semakin global dimana dengan teknologi tidak ada lagi batasan, tradisi leluhur ini semakin dilupakan, maka Yayasan Jenang Indonesia sebagai komunikator ingin membangun pesan yang commit to user terkandung dalam makna tiap-tiap jenang yang erat kaitannya dengan hidup- kehidupan tradisi jawa.

a. Jenang

Pesan, secara sederhana diartikan sebagai isi content aspect pikiran, gagasan yang dikirim dari sumber kepada penerima relational aspect. Pesan diwujudkan dalam lambang, berupa kata-kata, gambar dan tulisan pesan verbal, dan perilaku nonverbal. Purwasito, 2015 : 292. Komunikator dimana Yayasan Jenang Indonesia menyampaikan pesan dengan menggunakan simbol dan lambang-lambang kepada masyarakat komunikan. Yayasan Jenang Indonesia berasumsi bahwa untuk mendapatkan hasil yang dituju pesan perlu disampaikan secara berulang-ulang. Menurut Andrik Purwasito hal ini berangkat dari ide pokok pesan dikembangkan secara kontekstual. Di satu pihak, pesan dibangun dari konteks masyarakatnya disampaikan kepada publik yang selaras sengan konsern publik dan kepentingan publik. Dengan demikian, pesan tidak ada yang tercecer atau banyak yang hilang karena tidak terserap komunikan yang dituju. Purwasito, 2015 : 278 Dengan prinsip seperti itu maka Yayasan Jenang Indonesia menyusun strategi komunikasi yang efektif dan efisien agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Maka apabila dilihat dari jalannya Festival Jenang yang ke 5, Yayasan Jenang Indonesia selalu memberikan inovasi dan trobosan baru dalam merayakan hari jadi kota Solo sekaligus sebagai sarana untuk mengenal Jenang. Pada Festival Jenang 2015 memberikan trobosan baru dalam dunia jenang dengan berinovasi membuat Jenang Bahari, mengingat kekayaan hasil laut Indonesia sangat melimpah dan banyak kandungan gizi yang tidak dimanfaatkan. Pesan ini disambut baik oleh KKP dengan membuat gerakan gemar makan ikan, hal ini terus berjalan pada Festival jenang commit to user 2016. Dengan tema Ragam Jenang Nusantara, FJS 2016 mengangkat berbagai macam jenang yang ada di indonesia yang diwakili oleh komunitas dan perkumpulan mahasiswa luar daerah yang menempuh studi di kota Solo sedikitnya 15 macam jenang dari luar daerah yang dihadirkan dalam perayaan ulang tahun kota Solo tahun ini lengkap dengan filosofi dan cerita dibalik pembuatan masing-masing jenang; Pekalongan-Batang menampilkan jenang Wonobodro dan Sirsak, Banyumas - Jenang jaket, Kalimantan - bubur pedas, Sumatera Barat - bubua Kampium, Kalimantan Selatan - Jenang Begunting, Kalimantan Timur - Jenang Marhaban, Sumatera Selatan - Lempong, Jawa Timur - Jenang Campur, Timor Leste - Sasoro Kaldu Manu, Lampung - Jenang Senok Dakhiyan, Papua - bubur Papeda, Jambi - Bubur Kacang Hijau Durian, Kepulauan Riau - Jenang Intan Pecah Mutiara, serta Banten dengan Dodol dan Kue Keranjang Ny. Lauw Tangerang, dan Sukoharjo – Jenang Krasikan. Tidak hanya beragam jenang nusantara yang ditonjolkan dalam perayaan festival jenang 2016 tetapi jenang tradisi yang menjadi symbol hidup kehidupan masyarakat jawa yang ingin diangkat, dari proses bertemunya pengantin hingga proses kelahiran bayi menjadi pembelajan dan symbol yang ingin disampaikan kepada masyarakat luas.

b. Panitia