B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian “Apakah ada
hubungan frekuensi makan di luar rumah dan jumlah uang jajan dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswi di Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan frekuensi makan di luar rumah dan jumlah uang jajan
dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswi di Surakarta. 2.
Tujuan Khusus a.
Mengukur status gizi mahasiswi di Surakarta b.
Menghitung kejadian gizi lebih pada mahasiswi di Surakarta. c.
Menganalisis hubungan frekuensi kebiasaan makan di luar rumah dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswi di Surakarta.
d. Menganalisis hubungan antara jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli
makanan di luar rumah dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswi di Surakarta. e.
Menganalisis hubungan jenis makanan di luar rumah dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswi di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menjadi bukti empirik adanya hubungan frekuensi makan di luar rumah dan jumlah uang jajan dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswi di Surakarta 2.
Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat merekomendasikan kebijakan untuk
mencegah kejadian gizi lebih di kalangan mahasiswi dengan mengatur jasa boga perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
yang sehat sesuai gizi seimbang kepada para penjual makanan di sekitar
kampus. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Makanan di Luar Rumah
Makanan di luar rumah atau sering disebut juga sebagai makanan jalanan adalah makanan dan minuman yang disiapkan dan dijual oleh warung makan atau
penjaja keliling terutama di jalan-jalan dan di tempat-tempat lain yang serupa. Makanan jalanan mewakili bagian penting dari konsumsi pangan di perkotaan untuk
jutaan konsumen masyarakat menengah ke bawah setiap harinya. Makanan jalanan merupakan cara yang paling murah dan paling mudah untuk mendapatkan makanan
di luar rumah FAO, 2015. Menurut Musaiger 2011 di banyak negara jumlah makanan yang dijual di
luar rumah mengalami peningkatan. Di Syria sebagai contoh diperoleh hasil penelitian 67,4 remaja laki laki usia 13-18 tahun biasa makan di luar rumah
sedangkan pada wanita 54,5. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang tinggal di perkotaan 60,1 dan pedesaan 58,9. Makanan yang dimakan di luar
rumah sebagian besar tinggi dalam total kalori, total lemak, lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tetapi sedikit kalsium dan serat.
Peningkatan frekuensi makan di luar rumah seperti di rumah makan kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
a. Banyak wanita yang bekerja sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk
menyiapkan makan di rumah. b.
Peningkatan
income
perkapita c.
Kurangnya tempat tempat untuk rekreasi menjadikan restoran sebagai alternatif favorit untuk menghabiskan waktu di akhir pekan dan hari libur bersama
keluarga. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Hampir di seluruh dunia, ukuran porsi makanan jajanan yang dijual di luar rumah telah mengalami peningkatan baik pada jenis makanan kemasan yang siap
dimakan maupun makanan yang dijual di warung atau rumah makan, sebagai contoh pada tahun 1916 botol
soft drink
dijual dalam kemasan 5-6 oz. Pada tahun 1950 meningkat menjadi 10-12 oz. Sekarang soft drink untuk konsumsi individu
dijual dalam kemasan botol 20 atau 32 oz. Restoran restoran
fast food
biasanya ditawarkan dalam ukuran porsi yang beragam. Mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran porsi super.Penelitian tentang obesitas dan kebiasaan makan di luar rumah di Saudi Arabia ditemukan bahwa pada anak-anak sekolah dasar 6-11 tahun yang
mengalami peningkatan kebiasaan makan di luar rumah, diikuti dengan peningkatan proporsi obesitas. Proporsi obesitas meningkat hingga 52,7 diantara responden
yang memiliki kebiasaan makan di luar rumah lebih dari 5 kali seminggu. Hasil penelitian di Iran, Hejazi, dan Mazloom tentang asupan nutrisi makanan yang
diperoleh dari makan di luar rumah pada usia remaja dengan menggunakan
recall
24 jam diperoleh hasil ada perbedaan yang signifikan dalam rata - rata
intake
energi harian diantara remaja yang memiliki kebiasaan makan di luar rumah paling tidak
satu kali sehari dibanding yang tidak memiliki kebiasaan makan di luar.
1 Obesitas
a. Definisi
Obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar
dari normal Subardja, 2004. Obesitas sering didefinisikan secara sederhana sebagai kondisi abnormal atau penimbunan lemak berlebih pada jaringan
adiposa, sedemikian sehingga mengganggu kesehatan. Penyakit yang mendasari adalah gangguan proses keseimbangan energi dan kenaikan berat badan yang
tidak diinginkan WHO, 2000. Istilah
“
overweight
” dan “
obesity
” seringkali digunakan secara bergantian, tapi sesungguhnya berbeda. O
verweight
digunakan ketika berat badan melebihi dari standar untuk tinggi badan anak; obesitas adalah suatu
keadaan lemak yang berlebihan Mahan dan Stump, 2008. Istilah obesitas lebih perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
efektif dipakai untuk mengungkapkan suatu kondisi yang serius, yang sangat mendesak, dan membutuhkan tindakan pengobatan yang segera, dibanding
penggunaan istilah
overweight
. Istilah obesitas menunjukkan kelebihan lemak tubuh yang lebih akurat dan menggambarkan suatu hubungan yang serius
dengan risiko kesehatan yang lebih nyata dibanding istilah
overweight
Odgen dan Flegal, 2010.
b. Prevalensi Obesitas dan kelebihan berat badan
Prevalensi global telah meningkat drastis di sebagian besar negara selama 20 tahun terakhir, kini terdapat lebih banyak orang yang memiliki berat
badan berlebih ketimbang penderita gizi kurang di seluruh dunia. Gabungan berat badan berlebih dan obesitas kini dialami oleh 65 pria dan wanita
Inggris.Angka tersebut menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas dialami oleh 22 pria dan 23 wanita di Inggris. Insiden berat badan berlebih dan
obesitas meningkat di kalangan remaja Barasi, 2009. Menurut laporan NCHS
National Center for Health Statistic
selama kurun waktu 2009-2010 terjadi peningkatan angka obesitas pada usia remaja 12-19 tahun, yaitu pada tahun
1976-1980 sebesar 5 dan menjadi 18,4 pada tahun 2009-2010 Fryar, 2012. Prevalensi kelebihan berat badan di Negara Iran 5,4 Quwait 32 .
Sedangkan prevalensi Obesitas, Iran 1,6 dan Quwait 24 Musaiger, 2011. Penelitian yang telah dilakukan Dr. Damayanti terhadap anak-anak
sekolah di sepuluh kota besar Indonesia periode 2002-2005 diperoleh prevalensi kegemukan anak sekolah dasar Jakarta 25, Semarang 24,3,
Medan 17,75, Denpasar 11,7, Surabaya 11,4, Padang 7,1, Manado 5,3, Yogyakarta 4, dan Solo 2,1. Rata-rata prevalensi
kegemukan di 10 kota besar tersebut mencapai 12,2 Wahyu, 2009.
c. Kriteria Diagnostik Obesitas
Menurut Subardja 2004 untuk mengetahui atau menentukan seseorang obese atau tidak dapat dilakukan beberapa pendekatan, yaitu: Pertama, dengan
menggunakan carateknik yang didapat dan ditetapkan dari individu yang dianggap normal dan dengan cara ini obesitas didefinisikan secara statistik
commit to user
sebagai suatu persentase lemak tubuh diluar rentang normal. Pendapat kedua, didasarkan pada estimasi tidak langsung lemak tubuh, menggunakan cara-cara
yang telah dikorelasikan dengan pengukuran langsung. Cara ketiga adalah dengan mendefinisikan obesitas atas dasar risiko kematian yaitu obesitas yang
bermakna adalah level berat badan lebih yang menyebabkan lebih tingginya mortalitas relatif terhadap berat badan idealnormal. Cara keempat adalah
dengan mendifinisikan kegemukan secara visual, yaitu seseorang yang tampak gemuk mungkin ia gemuk dan sebaliknya.
Menurut Hidayati
et al
.2005 untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan
laboratorik, yang pada umumnya digunakan: 1
Pengukuran berat badan BB yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bila BB 120 BB standar.
2 Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan BBTB. Dikatakan
obesitas bila BBTB persentile ke 95 atau 120 atau Z- score ≥ + 2 SD.
3 Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur
skinfold thickness
tebal lipatan kulitTLK. Sebagai indikator obesitas bila TLK triceps persentil
ke 85. 4
Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA
Dual energy X-ray Absorptiometri
adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.
5 Indeks Massa Tubuh IMT. Pada tahun 2007
Expert Commitee Recommendations Regarding the Prevention, Assessment, and Treatment
Adolescent Overweight and Obesity American Academy of Pediatric
merekomendasikan terminologi status gizi sesuai
International Obesity Task Force
tahun 2000 sebagai berikut: seorang anak dikategorikan mengalami obesitas bila IMT ≥ persentil ke-95, berat badan lebih
overweight
bila IMT ≥ persentil ke-85 dan persentil ke-95, gizi normal apabila IMT ≥ persentil
ke-5 dan persentil ke-85, dan gizi kurang apabila kurang dari persentil ke- perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
5 dengan memakai kurva
Centers for Disiease Control
CDC 2000 Spear, 2007; Ogden, 2010.
Tabel. Klasifikasi IMT Penduduk Asia Menurut WPRO 2000 Kalsifikasi Status Gizi
Indeks Masa Tubuh IMT Kgm2
1. Kurus
Underweight
2. Normal
3. Berat Badan Lebih
Overweight
4. Obesitas I
5. Obesitas II
18,5 18,5
– 22,9 23
– 24,9 ≥ 25 – 29,9
30 Sumber: Anuurad 2003
Berbagai metode untuk menaksir massa lemak tubuh dan sejauh mana masing-masing cara dapat memenuhi kriteria dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Subardja, 2004 Tabel 1. Karakteristik Perbedaan Berbagai Taksiran Kompisisi Tubuh
Metode Kenyama
nan Keandalan
Baku yang ada
Ketidak tergantung
an pada tinggi
Taksiran distribusi
Korelasi dengan
morbiditas
Berat badan 4+
4+ 4+
+ +
2+ Indeks
Massa Tubuh
4+ 4+
4+ 3+
+ 2+
Lipatan Kulit 3+
3+ 4+
4+ 3
3+ Densitometri
+ 3+
3+ 4+
+ 3+
Isotopik +
3+ 2+
4+ +
3+ Konduktivitas
elektris tubuh
total 2+
3+ 4+
+
Resonansi magnetis nuklir
2+ 3+
2+ 4+
4+ 4+
Keterangan : + = kurang memenuhi kriteria ideal; 4+ = sangat memenuhi kriteria ideal Sumber: Subarja 2004
d. Faktor-faktor Penyebab Obesitas
Faktor- faktor yang diketahui mempengaruhi obesitas adalah perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
1 Genetik
Anak dari orangtua obese cenderung 3-8 kali menjadi obesitas dibandingkan dari orangtua yang memiliki berat badan normal, walaupun
mereka tidak dibesarkan oleh orangtua kandungnya.
Parental fatness
merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua obesitas, 80 anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas,
kejadian obesitas menjadi 40 dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14 Syarif, 2003.
2 Jenis kelamin
Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada wanita Misnadiarly, 2007.
3 Tingkat sosial dan ekonomi
Penelitian di Pakistan diperoleh hasil adanya peningkatan prevalensi obesitas seiring dengan peningkatan status sosial ekonomi, baik di
kalangan masyarakat pedesaan atau perkotaan Musaiger, 2011. Pendapatan adalah satu hal yang terpenting dari indikator sosial
ekonomi yang dikaitkan dengan obesitas.Berdasarkan pengelompokkan negara- negara dalam kategori pendapatan negara rendah, menengah dan
tinggi diperoleh fakta obesitas secara umum meningkat baik laki- laki maupun perempuan seiring dengan peningkatan pendapatan negara yang
meningkat.Kejadian obesitas pada keluarga miskin bisa disebabkan karena ketidakmampuan membeli makanan yang tinggi kandungan
proteinnya dan cenderung memberikan makanan yang murah yang cenderung banyak mengandung karbohidrat.
Beberapa studi terkait dengan status pekerjaan menunjukkan bahwa wanita yang bekerja memiliki angka kejadian obesitas lebih tinggi
daripada yang tidak bekerja. Sebagai contoh penelitian di Saudi Arabia diperoleh hasil 55,9 wanita tidak bekerja adalah obesitas dan sisanya
44,1 non obesitas. 4
Aktivitas fisik perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas fisik dan kebanyakan duduk. Di masa industri sekarang ini,
dengan meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transportasi orang cenderung kurang gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas
sehari hari. Beberapa studi di negara barat mengindikasikan bahwa terdapat
hubungan positif di antara jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton TV dengan obesitas. Di negara negara timur tengah paparan iklan
makanan terutama
fast food, soft drink
, minuman ringan, permen, dan coklat sangat mempengaruhi pilihan makan para penonton televisi
terhadap makanan-makanan tersebut Musaiger, 2011. Diantara penduduk dewasa di Bahrain dijumpai hubungan negatif
yang signifikan antara kebiasaan jalan kaki dan obesitas.Berdasarkan survey kebiasaan jalan kaki mereka rata rata kurang dari 1 km per hari. Di
Uni Emirat Arab dijumpai 58 laki laki dan 75 perempuan berada pada kategori tidak aktif atau memiliki gaya hidup
sedentary
. 5
Kebiasaan makan a
Makan tinggi energi dan kolesterol Perkembangan tingkat ekonomi memiliki pengaruh besar
terhadap perubahan pola konsumsi makanan yaitu konsumsi lemak lebih tinggi terutama lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat sederhana
dan rendah asam lemak yang tidak jenuh serta rendah serat.Telah terjadi peningkatan asupan energi dan lemak per kapita penduduk di
hampir seluruh negara.Secara umum kontribusi karbohidrat pada suplai energi harian menurun seiring dengan peningkatan
income
perkapita negara, sebaliknya kontribusi lemak meningkat. Pola konsumsi makanan tinggi lemak dan kalori dan gaya hidup
sedentary
memainkan peranan penting dalam peningkatan kejadian obesitas. Adanya tren konsumsi makanan siap saji terutama di kalangan anak
dan remaja, turut berkontribusi dalam meningkatkan asupan kalori perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
dan konsekuensinya adalah peningkatan risiko kelebihan berat badan.Hasil penelitian yang telah dilakukan di antara mahasiswa
Quwait diperoleh kesimpulan konsumsi makanan siap saji secara rutin merupakan faktor prediktor untuk terjadinya obesitas Musaiger,
2011. Apapun penyebab dasarnya, faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi energi yang berlebihan dari energi yang
dibutuhkan dalam waktu lama Hanim, 2004. b
Kebiasaan makan
snack Snack
adalah makanan yang dimakan di antara makan besar, terutama antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang
dan makan malam. Beberapa studi di negara barat ditemukan indikasi bahwa dengan peningkatan kebiasaan makan
snack,
maka total
intake
energi juga meningkat. S
nack
memberikan kontribusi sekitar 20-75 total
intake
kalori di negara-negara barat seperti Amerika dan Inggris. Menurut Musaiger 2011 di Uni Emirat Arab menunjukkan bahwa
kebiasaan mengkonsumsi
snack
diantara makan pagi dan makan siang dijumpai pada remaja laki laki 12-17 tahun 60,5 obes dan
dibanding 39,5 remaja laki laki non obes. c
Meninggalkan sarapan pagi Hasil sistematik review terkini dari 16 studi di Eropa menunjukan
bahwa makan pagi berhubungan dengan penurunan risiko menjadi kelebihan berat badan atau obes dan menurunkan BMI di antara anak-
anak dan remaja. Penelitian di Uni Emirat Arab dijumpai 72,2 mahasiswi non obes mengkonsumsi makan pagi secara teratur dan
sisanya 25,8
overweight
atau obes Musaiger, 2011. d
Minuman ringan yang manis Studi epidemiologi di negara-negara barat menunjukkan suatu bukti
substansial bahwa mengkonsumsi secara teratur minuman ringan manis bukan hanya berkontribusi terhadap penambahan berat badan,
tetapi juga meningkatkan risiko DM tipe II dan sindrom metabolik. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Penelitian di kalangan orang dewasa oleh Rasheed dalam Musaiger 2011 dijumpai bahwa mengkonsumsi
snack
dan minum
soft drink
secara rutin signifikan dijumpai pada wanita obes daripada wanita non obes di Saudi.
e Makan sambil nonton televisi
Makan sambil menonton TV merupakan faktor yang berkontribusi terhadap obesitas. Makan sambil menonton TV akan mendorong
seseorang untuk makan berlebih, karena jumlah dan tipe makanan yang dikonsumsi menjadi kurang diperhatikan.
6
Stunting
Kondisi stunting dapat menyebabkan perubahan serius jangka panjang seperti
energy expenditure
yang lebih rendah, suseptibilitas yang lebih tinggi terhadap efek diet tinggi lemak, oksidasi lemak yang lebih rendah,
dan gangguan pengaturan asupan makanan Musaiger, 2011. 7
Waktu tidur yang pendek Bukti bukti yang diperoleh pada dekade yang lalu mendukung peran durasi
tidur yang pendek sebagai faktor risiko baru terhadap penambahan berat badan dan obesitas. Gangguan tidur kronis menyebabkan perasaan lemas
yang dapat menjadikan penurunan aktivitas fisik. Gangguan juga memiliki efek neurohormonal yang meningkatkan asupan kalori.
8
Body image Body image
merupakan suatu faktor psikologis yang penting berkaitan dengan berat badan. Keyakinan yang berlebihan untuk membentuk tubuh
yang ramping di antara remaja akan menuntun kepada praktek diet yang tidak sehat dan gangguan pola makan. Sementara sikap meremehkan berat
badan akan meningkatkan risiko berkembangnya kelebihan berat badan dan obesitas. Persepsi terhadap penampilan bentuk tubuh sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. 9
Faktor budaya perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Faktor budaya memainkan peranan yang penting terjadinya obesitas di beberapa Negara.
f. Dampak Obesitas
Gejala-gejala yang berhubungan dengan obesitas pada remaja meliputi masalah-masalah psikososial, meningkatnya faktor risiko kardiovaskuler,
metabolisme glukosa abnormal, gangguan gastrointestinal, dan komplikasi ortopaedik.Obesitas pada remaja memiliki konsekuensi psikologi dan kesehatan
yang serius. Beberapa dampak obesitas pada remaja adalah kesulitan sosial dan psikologis yang biasanya bertahan hingga usia dewasa. Menurut WHO 2005
pada beberapa kasus obesitas pada remaja memiliki implikasi emosional, remaja cenderung sensitif tentang
body image
dan sangat mudah mengalami diskriminasi sosial. Menurut WHO 2005 harga diri dan gambaran diri yang
jelek sering dijumpai pada remaja yang mengalami obesitas, tetapi tidak dijumpai pada anak- anak. Hasil penelitian berdasarkan studi longitudinal di
USA pada wanita obesitas pada usia remaja mempengaruhi status pernikahan dan sosial ekonomi. Masalah kesehatan jangka panjang dengan obesitas pada
remaja akan menetap dalam kehidupan ketika dewasa dan berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskuler di dalam penyakit selanjutnya WHO, 2005.
Kegemukan dan obesitas dapat meningkatkan risiko timbulnya pelbagai keluhan dan penyakit pada anak dan remaja.Obesitas pada anak dan remaja
dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kematian dini dan kecacatan pada saat dewasa WHO, 2011. Anak maupun remaja yang
mengalami obesitas sangat berisiko untuk berkembangnya beberapa penyakit sebagaimana yang dialami oleh orang dewasa yang obese. Studi menunjukkan
bahwa kadar serum glukosa puasa, insulin, trigliserida dan prevalensi gangguan toleransi glukosa dan hipertensi sistolik meningkat secara signifikan ketika
seorang anak mengalami obesitas IMT ≥ persentil ke-95 Spear, 2007.
Secara sederhana, gangguan kesehatan yang terjadi pada anak dan remaja perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
penderita kegemukan dan obesitas terbagi tiga, yakni gangguan klinis, mental, dan sosial Wahyu, 2009.
Konsekuensi atau morbiditas medis yang diakibatkan oleh obesitas pada anak meliputi: Subardja, 2004
1 Pertumbuhan
Anak berat badan lebih cenderung lebih tinggi dan mengalami proses maturasi lebih cepat dibanding dengan anak yang berat badannya normal.
2 Hiperlipidemia
Peningkatan lipid darah terjadi pada remaja obes. Pola karakteristik yang didapatkan berupa peningkatan kolesterol lipoprotein densitas rendah
LDL dan trigliserida dan penurunan kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi HDL.
3 Intoleransi glukosa
Meskipun sedikit data tersedia mengenai frekuensi intoleransi glukosa pada anak dan remaja obes, suatu observasi mengenai kasus diabetes melitus di
Amerika Serikat tahun 1996 menunjukkan bahwa sepertiga dari kasus baru sedikit banyak merupakan efek peningkatan prevalensi obesitas pada
remaja. Insiden Non Insulin Dependent Diabetes Melitus NIDDM pada remaja ini tampaknya meningkat 10 kali lipat dari angka kejadian pada
tahun 1982.Rata-rata IMT pada penderita remaja dengan diagnosis NIDDM ini adalah 37.
4 Hipertensi
Hipertensi terjadi pada anak dengan frekuensi relatif rendah.Penelitian berdasarkan populasi masyarakat yang cukup representatif menunjukkan
bahwa hanya 1 dari anak sekolah berumur 5-8 tahun secara persisten menderita peninggian tekanan darah.Meskipun demikian, hampir 60 anak
dengan peningkatan tekanan darah persisten memiliki berat badan relatif 120 median untuk jenis kelamin, tinggi, dan umur.tampaknya merupakan
dua prediktor yang paling kuat untuk nilai tekanan darah pada masa dewasa.
commit to user
5 Stroke
Overweight
dan obes dapat berisiko untuk terbentunya plak di arteri. Kadang-kadang area plak dapat mengalami ruptur menyebabkan
pembentukan bekuan darah.Jika bekuan darah terjadi di jaringan otak dapat menutup aliran darah dan oksigen yang menuju ke otak dan menyebabkan
stroke.Risiko terkena stroke meningkat seiring dengan meningkatnya BMI. NHLBI, 2012
6 Gangguan pernafasan
Sleep apnea
merupakan gangguan yang umum terjadi di mana seseorang mengalami henti nafas ketika tidur. Seseorang yang biasa
mengalami
sleep apnea
tersebut biasanya karena simpanan lemak atau timbunan lemak di sekitar leher yang menyebabkan penyempitan jalan
nafas, sehingga mengakibatkan kesulitan bernafas. Apnea pada saat tidur merupakan konsekuensi gangguan pernafasan pada obes yang karena
mortalitasnya cukup tinggi memerlukan terapi agresif. Diperkirakan prevalensi apnea saat tidur pada anak dan remaja obes ini berkisar sekitar
7.
Obesity Hypoventilation
Syndrom
OHS adalah
gangguan pernafasan yang terjadi pada beberapa orang yang mengalami obesitas.
Akibat pernafasan yang jelek tersebut adalah terlalu banyak CO
2
hipoventilasi dan terlalu sedikit oksigen di dalam darah hipoksemia. OHS dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dapat menyebabkan
kematian. 7
Komplikasi ortopedik Karena adanya keterbatasan kekuatan tulang dan kartilago pada seorang
anak untuk dibebani kelebihan berat badan tertentu, maka pelbagai komplikasi ortopedik dapat menyertai obesitas, baik pada anak maupun
remaja. Komplikasi ortopedik ini misalnya hipertropi dan hiperplasi bagian medial metafisis tibia proksimal yang dikenal sebagai penyakit Blount
ataubergesernya kaput femur dari sendi panggul. Osteoarthritis merupakan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
suatu permasalahan umum pada persendian terutama pada lutut, panggul dan punggung bawah.
8 Gangguan reproduksi
Obesitas dapat menyebabkan masalah menstruasi dan infertile pada wanita.
9 Gangguan perkemihan
Gallstone
atau batu kandung kemih terjadi karena adanya sedimentasi material yang menyerupai batu yang biasanya terbentuk sebagian besar dari
kolesterol.Seseorang yang obes dan
overweight
mempuyai risiko tinggi terbentuknya batu.Obesitas, diet tinggi purin, kebiasaan konsumsi alkohol
diketahui sebagai faktor risiko gout WHO, 2005. Bukti bukti menunjukkan bahwa gaya hidup
sedentary
dan diet yang tinggi lemak hewani dan rendah dalam konsumsi lemak nabati dan serat
juga merupakan faktor risiko yang signifikan untuk pembentukan batu kandung kemih.
3. Remaja
Remaja adalah periode antara pubertas dan kedewasaan, usia yang diperkirakan 12-21 tahun untuk anak gadis dan 13-22 tahun untuk laki laki. Chaplin, 2005.Masa
remaja merupakan periode transisi secara bertahap dari anak-anak menuju dewasa yang secara normal dimulai dengan munculnya tanda- tanda pubertas. Masa remaja
dapat dibagi menjadi 3 tahap perkembangan yang berdasarkan perubahan fisik, psikologis dan social: 1 Remaja awal 10 atau 13 sampai 14 atau 15 tahun; 2 Remaja
tengah 14 atau 15 sampai 17 tahun; 3 Remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Remaja merupakan masa dengan pertumbuhan yang cepat: pertumbuhan tulang hingga 45,
dan 15-25 tinggi badan orang dewasa dicapai masa remaja WHO, 2005. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hubungan Kebiasaan makan jajanan di luar rumah dengan kejadian gizi lebih
Gizi Lebih Obesitas dan Kelebihan Berat Badan
Kebiasaan Makan di Luar Rumah
Faktor Internal
- Genetik
- Jenis Kelamin
-
Stunting
- Aktfitas Fisikhari
- Kebiasaan Makan
Snack -
Tidak Sarapan Pagi -
Sedentary life style
- Waktu tidur pendek
- Body Image
- Kebiasaan Pesta
Meningkatnya Asupan Total Energi
Faktor
- Sosial Ekonomi
- Budaya Makan
- Ketersediaan Makanan
Siap Saji -
Pola makan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis Penelitian