BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Pengambilan data penelitian mengenai “Hubungan frekuensi makan di luar rumah dan jumlah uang jajan dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswi di
Surakarta” dilaksanakan pada tanggal 15 April 2015 sampai dengan 8 Mei 2015. 1.
Deskripsi Lokasi Penelitian
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang beralamatkan di Kadipiro Banjarsari Surakarta saat ini mengelola tiga program studi, yaitu D3
Keperawatan, D3 Kebidanan, dan S1 Ilmu Gizi dengan total mahasiswa sebanyak 524 mahasiswa. Mahasiswa STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
mayoritas berasal dari SMU Negeri maupun swasta dari wilayah se eks Karesidenan Surakarta.
Subyek dalam
studi ini
adalah mahasiswa
STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 55 orang. Keseluruhan subjek tersebut telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta
bersedia mengisi informed consent untuk menjadi subyek dalam penelitian ini. Keikutsertaan subyek dalam penelitian ini tergolong sangat
baik.Keseluruhan tahap tahap penelitian dilalui oleh seluruh subyek penelitian dengan baik, yang meliputi pengisian informed consent, mengisi biodata,
mengerjakan kuesioner, pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta menjawab pertanyaan recall konsumsi makan 24 jam.
2.
Karakteristik Subyek Penelitian
Setelah dilakukan pengambilan data dengan menggunakan wawancara recall konsumsi 24 jam dan lembar kuesioner pada setiap responden sebanyak
55 mahasiswi, hasil analisa univariatnya dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut
commit to user
Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata responden berumur 19 tahun,
rata-rata berat badan 57,11 kg, rata-rata tinggi badan 156,42 cm, dan rata-rata indeks massa tubuhnya 23,29. Rata-rata responden dalam penelitian ini berada
pada tahapan remaja akhir, rentang 17 – 21 tahun WHO, 2005. Adapun dari
IMT menunjukkan rata-rata berada pada kategori
overweight
untuk penduduk
Asia WHO, 2000.
3.
Karakteristik Variabel
a. Status gizi mahasiswi
Tabel 4 Karakteristik Status Gizi Responden
Status Gizi Frekuensi
Prosentase
Kurus 4
7,3 Normal
20 36,4
Overweight 12
21,8 Obese 1
15 27,3
Obese 2 4
7,3 Jumlah
55 100,0
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa responden dengan Status Gizi
lebih yang merupakan gabungan dari overweight, obese 1 dan obese 2 adalah 56,4. Hal ini menunjukkan bahwa separoh dari responden
penelitian ini berada pada status gizi lebih. Karakteristik
Responden N
Minimum Maximum Mean
SD Umur
55 18
23 19,56
1,18 BB
55 39
79 57,11
10,10 TB
55 146
165 156,42
4, 666 IMT
55 16
31 23,29
3,80 Jumlah
commit to user
b. Frekuensi makan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Makan Responden Frekuensi makan
Frekuensi 1 x sehari
1 1.8
2 x sehari 26
47.3 3 x sehari
28 50.9
Jumlah 55
100,0 Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa proporsi terbesar frekuensi makan responden adalah 3 kali 50,9.
c. Frekuensi makan di Luar Rumah
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Makan Responden di Luar Rumah Frekuensi makan
Frekuensi Tidak pernah
1 1.8
2 – 3 kali per bulan
3 5.5
Sekali seminggu 7
12.7 2-3 kali perminggu
14 25.5
Hampir setiap hari 24
43.6 Setiap hari
6 10.9
Jumlah 55
100,0 Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa proporsi terbesar frekuensi makan di luar rumah responden adalah hampir setiap hari 43,6. Hal ini semakin
menguatkan asumsi bahwa makan di luar rumah cenderung menjadi trend masyarakat perkotaan. Makanan jalanan mewakili bagian penting dari
konsumsi pangan di perkotaan untuk jutaan konsumen masyarakat menengah ke bawah setiap harinya. Makanan jalanan merupakan cara yang
paling murah dan paling mudah untuk mendapatkan makanan di luar rumah FAO, 2015.
commit to user
d. Tempat Membeli makanan Respondendi Luar Rumah
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tempat Membeli makan di luar rumah Tempat Membeli
Frekuensi Pedagang keliling
2 3.6
Warung makan 49
89.1 Restoran
2 3.6
Food court 2
3.6 Jumlah
55 100,0
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa proporsi terbesar frekuensi tempat
membeli makan di luar rumah responden adalah warung makan 89,1. Mengingat jadwal perkuliahan yang cukup padat, rata-rata responden
memanfaatkan fasilitas penjual makanan yang berada di sekitar kampus, yaitu warung makan.
e. Jenis Makanan yang Dibeli di Luar Rumah
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan yang Dibeli di luar rumah Jenis Makanan
Frekuensi Makanan lengkap
30 54.5
Makanan kudapan 4
7.3 Minuman
1 1.8
Campuran 20
36.4 Jumlah
55 100,0
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 8 distribusi bahwa proporsi terbesar frekuensi jenis
makan yang dibeli di luar rumah oleh responden adalah makanan lengkap 54,5.
f. Waktu Membeli Makanan di Luar Rumah
Tabel 9 Distribusi frekuensi waktu membeli makan di luar rumah Waktu Membeli
Frekuensi Makan Pagi
2 3.6
Makan Siang 13
23.6 Makan Malam
8 14.5
Semua Waktu Makan 22
40 Campuran
10 18.2
Jumlah 55
100,0 Sumber: Data Primer 2015
commit to user
Berdasarkan Tabel 9 distribusi diketahui bahwa proporsi terbesar frekuensi waktu membeli makan di luar rumah adalah semua waktu makan 40 .
g. Asupan Makan
Tabel 10 Asupan Makan RespondenOrangHari
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 10 distribusi diketahui bahwa proporsi rata rata asupan
energi responden adalah 1694.44 kkal, asupan protein 52,65 g, asupan lemak 54,35 g, asupan karbohidrat 249,24 g. Menurut Hardinsah et al.
2012 pada perempuan kelompok umur 19-29 th, angka kecukupan energinya adalah 2250 kkal, kecukupan protein 56 g, kecukupan lemak 55
g, dan karbohidrat 309 g. Apabila dibandingkan dengan jumlah asupan responden, dapat disimpulkan rata-rata responden belum memenuhi angka
kecukupan gizi yang dianjurkan. Hal ini bisa dimungkinkan karena recall 24 jam dilakukan hanya satu hari.
h. Hubungan Frekuensi Kebiasaan Makan di Luar Rumah dengan Kejadian
Gizi Lebih Tabel 11 Hubungan Frekuensi Kebiasaan Makan di Luar Rumah dengan
Kejadian Gizi Lebih Frekuensi Makan di
Luar Rumah Status Gizi
Total OR p
value Normal atau
Kurus Overweight
atau Obese III 2-3 kali per
Minggu atau Jarang
15 60.0
10 40.0
25 100
0.025 3,5
Hampir atau Setiap Hari
9 30.0
21 70.0
30 100
Total 24
43.6 31
56.4 55
100 Sumber: Data Primer 2015
Asupan N
Minimum Maximum Mean
SD Energy
55 603 kkal
3022 kkal 1694.44 kkal 575.55 kkal
Protein 55
18 g 104 g
52.65 g 21.15 g
Lemak 55
2 g 117 g
54.35 g 24.8 g
Karbohidrat 55
67 g 483 g
249.24 g 88.79 g
commit to user
Berdasarkan Tabel 11 distribusi diketahui bahwa pada responden dengan status gizi normal atau kurus proporsi frekuensi makan di luar rumah 2-3
kali per Minggu atau Jarang 60 lebih besar dari proporsi frekuensi hampir atau setiap hari 30 . Adapun responden dengan status gizi
Overweight atau Obese III proporsi frekuensi makan di luar rumah 2-3 kali per Minggu atau Jarang 40.0 lebih kecil dari proporsi frekuensi hampir
atau setiap hari 70 . Dari uji Chi Square diperoleh nilai
p
0,025, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara frekuensi kebiasaan makan di
luar rumah dengan kejadian gizi lebih. Adapun nilai OR 3,5 berarti peluang untuk makan di luar rumah hampir setiap hari atau setiap hari pada
responden kelompok overweightobese I dan II adalah 3,5 kali dari kelompok responden normal atau kurus.
i. Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Gizi Lebih
Tabel 12 Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Gizi Lebih Asupan Energi Mean
+ SD Status Gizi
Total OR p value Normal atau
Kurus Overweight atau
Obese III 2269 kkal
23 48.9
24 51.1
47 100
6,7 0,055
≧ 2269 kkal 1
12.5 7
87.5 8
100 Total
24 43.6
31 56.4
55 100
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 12 distribusi diketahui bahwa pada responden dengan
status gizi normal atau kurus proporsi asupan energi 2269 kkal48,9 lebih besar dari proporsi
≧ 2269 kkal 12,5 . Adapun responden dengan status gizi overweight atau obese III proporsi asupan energi 2269 kkal
51,1 lebih kecil dari proporsi ≧ 2269 kkal 87,5. Jadi ada
kecenderungan semakin tinggi asupan energinya maka semakin mendekati status gizi overweight atau obese. Dari penghitungan nilai Odds ratio
commit to user
diperoleh angka 6,7 yang bermakna peluang asupan energy ≥ 2269 kkal pada kelompok overweightobes I dan II 6,7 kali dari kelompok normal atau
kurus. Dari uji Chi Square diperoleh nilai
p
0,055, yang berarti ada hubungan yang mendekati signifikan antara asupan energi dengan kejadian
gizi lebih. j.
Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Gizi Lebih Tabel 13 Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Gizi Lebih
Asupan Lemak Mean + SD
Status Gizi Total
OR p value Normal atau
Kurus Overweight
atau Obese III 78 g
22 47.8
24 52.2
46 100
3,2 0.157
≧ 78 g 2
22.3 7
77.8 9
100 Total
24 43.6
31 56.4
55 100
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa pada responden dengan status gizi
normal atau kurus proporsi asupan lemak dengan mean+SD 78 g 47,8 lebih besar dari proporsi
≧ 78 g 22,3 . Adapun responden dengan status gizi
overweight
atau obese III proporsi asupan lemak mean+SD 78 g 52,2 lebih kecil dari proporsi
≧ 78 g 77,8 . Dari penghitungan nilai Odds ratio diperoleh angka 3,2 yang bermakna peluang asupan lemak
mean+SD ≥ 78 g pada kelompok
overweight
obes I dan II 3,2 kali dari kelompok normal atau kurus. Dari uji Chi Square diperoleh nilai
p
0.157, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak
dengan kejadian gizi lebih.
k. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Gizi Lebih
Tabel 14 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Gizi Lebih perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Asupan Karbohidrat
Mean + SD Status Gizi
Total OR
p value Normal atau
Kurus Overweight
atau Obese III 337 g
21 44.7
26 55.3
47 100
1,3 0,705
≧ 337 g 3
37.5 5
62.5 8
100 Total
24 43.6
31 56.4
55 100
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa pada responden dengan status gizi
normal atau kurus proporsi asupan karbohidrat 337 g 44,7 lebih besar dari proporsi
≧ 337 g 37,5 . Adapun responden dengan status gizi overweight atau obese III proporsi asupan karbohidrat 337 g 55,3
lebih kecil dari proporsi ≧ 337 g 62,5 . Dari penghitungan nilai Odds
ratio diperoleh angka 1,3 yang bermakna peluang asupan karbohidrat dengan mean+SD ≥ 337 g pada kelompok overweightobes I dan II 1,3 kali dari
kelompok normal atau kurus. Dari uji Chi Square diperoleh nilai
p
0,705, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat
dengan kejadian gizi lebih. l.
Hubungan Jumlah Uang Jajan dengan Kejadian Gizi Lebih Tabel 15 Hubungan Jumlah Uang Jajan dengan Kejadian Gizi Lebih
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa proporsi rata rata IMT 23,29, dan
rata-rata uang Jajan responden adalah Rp.13.809. Dari hasil uji
Pearson Product Moment P value
0,001, hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara jumlah uang jajan dengan kejadian gizi lebih. Adapun nilai koefisien
korelasi r =0.489 menunjukkan hubungan yang cukup kuat. Asupan
Min Max
Mean SD
r p
value IMT
16 31
23,29 3,80
0.489 0.001
Uang Jajan 5000
25000 13809
4954.88 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
m. Hubungan jenis makanan jajan di luar rumah dengan kejadian gizi lebih
Tabel 16 Hubungan jenis makanan jajan di luar rumah dengan kejadian gizi lebih
Jenis Makanan di Luar Rumah
Status Gizi Total
OR p value
Normal atau Kurus
Overweight atau Obese III
Kudapan atau minum
15 40.0
10 60.0
25 100
1,35 0.412
Makanan lengkap 9
46.0 21
53.3 30
100 Total
24 43.6
31 56.4
55 100
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 16 distribusi diketahui bahwa pada responden dengan
status gizi normal atau kurus proporsi jenis makanan lengkap 46 lebih besar dari proporsi jenis makanan kudapan atau minum 40 . Adapun
responden dengan status gizi
Overweight
atau Obese III proporsi Makanan lengkap 53.3 lebih kecil dari proporsi makanan kudapan atau minum 60
. Dari penghitungan nilai Odds ratio diperoleh angka 1,35 yang bermakna peluang mengkonsumsi makan di luar rumah dengan jenis makanan lengkap
pada kelompok
overweight
obes I dan II 1,35 kali dari kelompok normal atau kurus. Dari uji Chi Square diperoleh nilai
p
0,412, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis makanan jajan di luar rumah
dengan kejadian gizi lebih.
B. Pembahasan