efektif dipakai untuk mengungkapkan suatu kondisi yang serius, yang sangat mendesak, dan membutuhkan tindakan pengobatan yang segera, dibanding
penggunaan istilah
overweight
. Istilah obesitas menunjukkan kelebihan lemak tubuh yang lebih akurat dan menggambarkan suatu hubungan yang serius
dengan risiko kesehatan yang lebih nyata dibanding istilah
overweight
Odgen dan Flegal, 2010.
b. Prevalensi Obesitas dan kelebihan berat badan
Prevalensi global telah meningkat drastis di sebagian besar negara selama 20 tahun terakhir, kini terdapat lebih banyak orang yang memiliki berat
badan berlebih ketimbang penderita gizi kurang di seluruh dunia. Gabungan berat badan berlebih dan obesitas kini dialami oleh 65 pria dan wanita
Inggris.Angka tersebut menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas dialami oleh 22 pria dan 23 wanita di Inggris. Insiden berat badan berlebih dan
obesitas meningkat di kalangan remaja Barasi, 2009. Menurut laporan NCHS
National Center for Health Statistic
selama kurun waktu 2009-2010 terjadi peningkatan angka obesitas pada usia remaja 12-19 tahun, yaitu pada tahun
1976-1980 sebesar 5 dan menjadi 18,4 pada tahun 2009-2010 Fryar, 2012. Prevalensi kelebihan berat badan di Negara Iran 5,4 Quwait 32 .
Sedangkan prevalensi Obesitas, Iran 1,6 dan Quwait 24 Musaiger, 2011. Penelitian yang telah dilakukan Dr. Damayanti terhadap anak-anak
sekolah di sepuluh kota besar Indonesia periode 2002-2005 diperoleh prevalensi kegemukan anak sekolah dasar Jakarta 25, Semarang 24,3,
Medan 17,75, Denpasar 11,7, Surabaya 11,4, Padang 7,1, Manado 5,3, Yogyakarta 4, dan Solo 2,1. Rata-rata prevalensi
kegemukan di 10 kota besar tersebut mencapai 12,2 Wahyu, 2009.
c. Kriteria Diagnostik Obesitas
Menurut Subardja 2004 untuk mengetahui atau menentukan seseorang obese atau tidak dapat dilakukan beberapa pendekatan, yaitu: Pertama, dengan
menggunakan carateknik yang didapat dan ditetapkan dari individu yang dianggap normal dan dengan cara ini obesitas didefinisikan secara statistik
commit to user
sebagai suatu persentase lemak tubuh diluar rentang normal. Pendapat kedua, didasarkan pada estimasi tidak langsung lemak tubuh, menggunakan cara-cara
yang telah dikorelasikan dengan pengukuran langsung. Cara ketiga adalah dengan mendefinisikan obesitas atas dasar risiko kematian yaitu obesitas yang
bermakna adalah level berat badan lebih yang menyebabkan lebih tingginya mortalitas relatif terhadap berat badan idealnormal. Cara keempat adalah
dengan mendifinisikan kegemukan secara visual, yaitu seseorang yang tampak gemuk mungkin ia gemuk dan sebaliknya.
Menurut Hidayati
et al
.2005 untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan
laboratorik, yang pada umumnya digunakan: 1
Pengukuran berat badan BB yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bila BB 120 BB standar.
2 Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan BBTB. Dikatakan
obesitas bila BBTB persentile ke 95 atau 120 atau Z- score ≥ + 2 SD.
3 Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur
skinfold thickness
tebal lipatan kulitTLK. Sebagai indikator obesitas bila TLK triceps persentil
ke 85. 4
Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA
Dual energy X-ray Absorptiometri
adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.
5 Indeks Massa Tubuh IMT. Pada tahun 2007
Expert Commitee Recommendations Regarding the Prevention, Assessment, and Treatment
Adolescent Overweight and Obesity American Academy of Pediatric
merekomendasikan terminologi status gizi sesuai
International Obesity Task Force
tahun 2000 sebagai berikut: seorang anak dikategorikan mengalami obesitas bila IMT ≥ persentil ke-95, berat badan lebih
overweight
bila IMT ≥ persentil ke-85 dan persentil ke-95, gizi normal apabila IMT ≥ persentil
ke-5 dan persentil ke-85, dan gizi kurang apabila kurang dari persentil ke- perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
5 dengan memakai kurva
Centers for Disiease Control
CDC 2000 Spear, 2007; Ogden, 2010.
Tabel. Klasifikasi IMT Penduduk Asia Menurut WPRO 2000 Kalsifikasi Status Gizi
Indeks Masa Tubuh IMT Kgm2
1. Kurus
Underweight
2. Normal
3. Berat Badan Lebih
Overweight
4. Obesitas I
5. Obesitas II
18,5 18,5
– 22,9 23
– 24,9 ≥ 25 – 29,9
30 Sumber: Anuurad 2003
Berbagai metode untuk menaksir massa lemak tubuh dan sejauh mana masing-masing cara dapat memenuhi kriteria dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Subardja, 2004 Tabel 1. Karakteristik Perbedaan Berbagai Taksiran Kompisisi Tubuh
Metode Kenyama
nan Keandalan
Baku yang ada
Ketidak tergantung
an pada tinggi
Taksiran distribusi
Korelasi dengan
morbiditas
Berat badan 4+
4+ 4+
+ +
2+ Indeks
Massa Tubuh
4+ 4+
4+ 3+
+ 2+
Lipatan Kulit 3+
3+ 4+
4+ 3
3+ Densitometri
+ 3+
3+ 4+
+ 3+
Isotopik +
3+ 2+
4+ +
3+ Konduktivitas
elektris tubuh
total 2+
3+ 4+
+
Resonansi magnetis nuklir
2+ 3+
2+ 4+
4+ 4+
Keterangan : + = kurang memenuhi kriteria ideal; 4+ = sangat memenuhi kriteria ideal Sumber: Subarja 2004
d. Faktor-faktor Penyebab Obesitas