21
2.2.3. Corporate Governance
2.2.3.1. Pengertian Corporate Governance
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan
istilah masalah keagenan. Permasalah keagenan dalam hubungannya antar pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan
bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate
governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.
Beberapa konsep tentang corporate governance antara lain yang dikemukakan oleh Shleifer dan Vishny 1997 yang menyatakan corporate
governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para penilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengn investasi yang ditanam.
Penelitian yang pernah dilakukan Jansen dan Meckling 1976 menunjukkan bahwa meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan
kepemilikan manajerial dalam perusahaan Corporate governance didefinisikan oleh IICG Indonesian Institute of
corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lain. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur
perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.
22
Corporate governance merupakan kumpulan hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendoron kinerja perusahaan bekerja secara
efisien, menghasilkan nilai ekonomis jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Sedangkan CG Corporate Governance menurut Daniri 2005:8 didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ
perusahaan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, dan jumlah dewan komisaris guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham
secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya. 2.2.3.2.
Prinsip – Prinsip Corporate Governance
Setelah definisi good corporate governance yang telah dipaparkan diatas, maka berikut ini dibahas mengenai prinsip – prinsip yang dikandung dalam CG
Corporate Governance. Daniri 2005:9 secara umum menyimpulakan ada lima prinsip dasar yaitu : transparanscy, accountability, responsibility, independency,
dan fairness, prinsip – prinsip tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Transparancy keterbukaan informasi Transparency bias diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam
proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2. Accountability akuntabilitas
23
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. 3.
Responsibilitas pertanggungjawaban Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian kepatuhan di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip koperasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Independency kemandirian
Independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan prinsip – prinsip koperasi yang
sehat. 5.
Fairness kesetaraan dan kewajaran Secara sederhana kesetaraan dan kewajaran fairness bias didefinisikan
sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak – hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan
yang berlaku. 2.2.3.3.
Manfaat Corporate Governance
Menurut Daniri 2005: 14 adanya penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu :
1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang di harus di tanggung
pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak
24
manajemen. Biaya – biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalah gunaan wewenang wrong-doing,
ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Mengurangi biaya modal cost of capital, yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjem oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan. 3.
Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan di mata public dalam jangka panjang.
4. Menciptakan dukungan para stakeholder para pemangku kepentingan
dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya
mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan
kemakmuran dan kesejahteraan. 2.2.3.4.
Area Corporate Governance
Corporate governance dapat dibagi dalam empat area, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, dan jumlah dewan komisaris,
berikut adalah penjelasannya Kurniasih dan Siregar, 2008:264: 1.
Kepemilikan Manajerial
Apabila manajer bukan bagian dari pemilik perusahaan, maka besar kemungkinan manajer melakukan tindakan disfungsional yang dapat
menurunkan nilai perusahaan. Ketika kepemilikan manajerial menurun, biaya keagenan meningkat Jensen dan Mckeling, 1976. Semakin besar
25
kepemilikan manajerial semakin kecil biaya keagenan. Hal ini dilandasi bahwa jika kepemilikan manajerial tinggi, manajer akan melakukan tindakan
yang mengoptimalkan kinerja karena memiliki kepentingan yang besar pada perusahaan. Biaya keagenan akan kecil karena kepentingan manajer selaku
agen dengan kepentingan pemegang saham selakku prinsipal selaras. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan
kinerja. Penelitian Jain dan Kini 1994 menitikberatkan pada kinerja
operasional dan kinerja saham setelah perusahaan melakukan IPO. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa pada perusahaan yang memiliki tingkat
kepemilikan manajerial tinggi melaporkan pertumbuhan penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan manajerial
rendah. Hal yang sama juga ditemukan untuk kinerja saham, perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi memeiliki kinerja saham
yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat kepemilikan manajerial rendah.
Shen dkk 2006 menguji hubungan antara kepemilikan manajerial sebagai salah satu komponen corporate governance dengan net present value
NPV per saham dan nilai buku per saham sebagai ukuran dari nilai buku, serta price earning ratio PER dan harga saham sebagai ukuran dari nilai
pasar perusahaan. Hasil penelitiannya ditemukan adanya hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan harga saham.
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional memiliki peran penting dalam memonitor manajemen untuk lebih optimal dalam menggunakan asetnya sehingga
26
menurunkan biaya agensi. Penurunan biaya agensi ini akan memberikan pengaruh yang positif terhadap pasar Faizal, 2004.
Pengaruh dari kepemilikan institusional terhadap return saham selama tiga tahun setelah IPO diteliti oleh Dharan dan Ikenberry 1995 ditemukan
bahwa terdapat respon positif dari pasar terhadap porsi kepemilikan institusional dalam perusahaan setelah IPO.
Cai dkk 1997, dikutip dari Faizal 2004 menemukan bahwa kepemilikan institusional yang besar lebih dari 5 dapat memonitor
manajemen dalam memanfaatkan aktiva secara efisien. Dalam penelitian Shen dkk 2006 ditemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap nilai buku per saham dan harga saham perusahaan.
3. Kualitas Audit
Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah transparansi mensyaratkan adanya pengungkapan yang akurat. Jensen dan
Meckeling 1976 mengatakan bahwa salah satu bentuk monitoring yang dapat menurnkan biaya agensi adalah audit.
Audit dikatakan berkualitas apabila dapat menemukan adanya pelanggaran dan melaporkan hal tersebut DeAngelo, 1981. Kantor Akuntan
Publik KAP yang besar lebih independen karena lebih dapat bertahan dari tekanan manajer untuk tidak melaporkan adanya pelanggaran Watts dan
Zimmerman, 1986. Ini mengindikasikan bahwa kualitas audit meningkat dengan ukuran KAP.
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor bereputasi dipercaya lebih berkualitas sehingga dapat menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya.
Oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 memiliki
27
kinerja saham yang lebih tinggi daripada perusahaan yang diaudit oleh KAP no Big 5.
Menurut De Angelo 1981 dalam Kusharyanti 2003:25 mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan probability dimana
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang
material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut
tergantung pada independensinya. 4.
Struktur Dewan Ukuran dan komposisi dewan memiliki pengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Ukuran dan komposisi dewan mempengaruhi efektivitas aktifitas monitoring. Pfefer 1973 dikuti dari Faizal 2004 mengemukakan bahwa
peningkatan jumlah dewan akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan.
Penelitian Yermack 1996 menemukan bahwa perusahaan yang memiliki jumlah anggota dewan sedikit mendapat penilaian yang lebih positif
dari pasar. Selain itu, kinerja keuangan juga lebih besar pada perusahaan yang memiliki jumlah anggota dewan yang sedikit. Eisenberg dkk 1998
menemukan hal yang serupa. Dalam penelitiannya pada perusahaan kecil, menemukan bahwa semakin besar jumlah dewan dalam perusahaan maka
semakin kecil nilai perusahaan tersebut.
2.2.4. Kinerja Perusahaan