Inilah yang kemudian menjadi ketertarikan untuk mengangkat masalah surat elektronik email ini sebagai bahan dalam skripsi ini, untuk melihat secara
lebih rinci bagaimana sebenarnya kedudukan surat elektronik email sebagai alat bukti elektronik baik itu yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana KUHAP Maupun yang diatur dalam berbagai Undang-undang khusus diluar KUHAP.
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembuktian tindak pidana menurut Kitab Undang-
undang Acara Pidana KUHAP? 2.
Bagaimanakah pengaturan mengenai kedudukan bukti surat elektronik email dalam hukum pidana di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari skripsi ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pembuktian pidana menurut Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana KUHAP. b.
Untuk mengetahui pengaturan mengenai kedudukan bukti surat elektronik email dalam hukum pidana di Indonesia.
2. Manfaat Penulisan
Universitas Sumatera Utara
Hasil penulisan dari skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lingkungan akademis teoritis, lingkungan peradilan dan lingkungan kehidupan
secara praktis, yaitu: a.
Manfaat Teoritis Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
informasi konstribusi pemikiran dan dapat memberikan manfaat untuk memperkaya khazanah ilmu hukum, terkhusus hukum pidana, menambah
perbendaharaan karya-karya ilmiah yang membahas tentang kedudukan surat elektronik email sebagai bukti dalam presfektif Hukum Acara Pidana Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan pula dengan adanya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat nantinya bagi aparat penegak hukum dalam upaya membuktikan kejahatan yang
menjadikan surat elektronik email sebagai alat bukti, sehingga aparat penegak hukum dapat menciptakan suatu kebenaran materiil dalam upaya suatu
pembaharuan Hukum Acara Pidana di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi dengan judul “Kedudukan Bukti Surat Elektronik email Dari Presfektif Hukum Acara Pidana Indonesia”. Sepanjang pengetahuan penulis
belum ada tulisan yang mengangkat mengenai kedudukan Bukti Surat Elektronik email Dari Presfektif Hukum Pidana Indonesia di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, terbukti setelah diperiksa dibagian Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan Skripsi ini disusun
berdasarkan literatur-literatur yang ada, baik melalui literatur-literatur yang
Universitas Sumatera Utara
penulis peroleh dari perpustakaan dan media massa, media cetak, ataupun elektronik. Oleh karena itu penulisan ini adalah karya asli penulis. Apabila
dikemudian hari ditemukan skripsi dengan judul skripsi yang sama dengan judul skripsi penulis maka penulis akan mempertanggung jawaban sepenuhnya skripsi
penulis ini.
E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Hukum Acara Pidana
Dikaji dari persfektif dan praktik sistem peradilan pidana Indonesia, hukum acara pidana hukum Pidana formal yang lazim disebut dengan
terminologi bahasa Belanda formeel strafrecht atau strafprocesrecht sangat penting eksistensinya guna menjamin, menegakkan dan mempertahankan hukum
pidana material
10
Menurut Simon, .
Ada beberapa pengertian dari hukum acara pidana yang dikemukakan oleh para ahli hukum, yakni diantaranya adalah:
11
10
Lilik Mulyadi, 2007, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik Dan Permasalahannya , PT. Alumni, Bandung, hal. 1
11
Ibid
hukum acara pidana disebut juga hukum pidana formal, untuk membedakan dengan hukum pidana material. Hukum pidana material
adalah hukum pidana berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang
dapat dipidana, dan aturan tentang pemidanaan. Mengatur kepada siapa dan bagaimana pidana itu dapat dijatuhkan. Sedangkan hukum pidana formal
Universitas Sumatera Utara
mengatur bagaimana Negara dapat melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidana, jadi berisi acara pidana.
Van Bemmelen mengatakan ilmu hukum acara pidana mempelajari peraturan-peraturan yang diciptakan oleh Negara, karena adanya dugaan terjadi
pelanggaran Undang-undang pidana :
12
a. Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu.
b. Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap sipelaku
kalau perlu menahannya. c.
Mengumpulkan bahan-bahan bukti bewijsmateriaal yang telah diperoleh pada penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada hakim
dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut. d.
Hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan pidana atau
tindakan tata tertib. e.
Upaya hukum untuk melawan keputusan tersebut. f.
Akhirnya, melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan tata tertib itu.
Wirjono Prodjodikoro memberikan batasan hukum acara pidana sebagai berikut;
13
Jika suatu perbuatan dari seorang tertentu menurut peraturan hukum pidana merupakan perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana, jika ternyata
ada hak badan pemerintah yang bersangkutan untuk menuntut seorang guna mendapatkan hukuman pidana, timbullah cara, soal cara bagaimana hak
12
Mohammad Taufik Makarao, Suharsil, 2004, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 1-2
13
Ibid
Universitas Sumatera Utara
menuntut itu dapat dilaksanakan, cara bagaimana akan didapat suatu putusan pengadilan, cara bagaimana dan oleh siapa suatu putusan
pengadilan, yang menjatuhkan suatu hukuman pidana harus dijalankan. S.M. Amin juga memberikan batasan mengenai hukum acara pidana sebagai
berikut:
14
De Bos Kemper menyebutkan bahwa hukum acara pidana adalah : Kumpulan ketentuan-ketentuan dengan tujuan memberikan pedoman dalam
usaha mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi perkosaan atas sesuatu ketentuan hukum dalam hukum materiil, berarti memberikan kepada hukum
acara ini, suatu hubungan yang mengabdi terhadap hukum materiil.
15
2. Pengertian Pembuktian
Sejumlah asas dan Peraturan Undang-undang yang mengatur bilamana Undang- undang pidana dilanggar, negara menggunakan haknya untuk memidana, menurut
seminar hukum nasional ke-1 Tahun 1963, hukum acara pidana adalah norma hukum berwujud wewenang yang diberikan kepada Negara untuk bertindak
apabila ada prasangka bahwasanya hukum pidana dilanggar.
Sudah menjadi pendapat umum bahwa membuktikan berarti memberi kepastian kepada hakim karena pembuktian memegang peranan penting dalam
proses pemeriksaan sidang pengadilan. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan cara-cara yang dibenarkan Undang-undang
membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat yang dibenarkan Undang-undang
membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan Undang-
undang yang boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang
14
S.M.Amin, 1971, Hukum Acara Pengadilan Negeri , Pradya Paramita, Jakarta, hal. 5
15
Muhammad Taufik Makarao, Suharsil, Op.cit, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
didakwakan. Persidangan pengadilan tidak boleh sesuka hati dan semena-mena membuktikan kesalahan terdakwa. Dari Uraian Singkat diatas pembuktian ditinjau
dari segi hukum acara pidana antara lain:
16
1. Ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari
data dan mempertahankan kebenaran. Baik hakim, penuntut umum, terdakwa, dan penasihat hukum, semua terikat pada ketentuan tata cara dan
penilaian alat bukti yang ditentukan Undang-undang. Tidak boleh leluasa bertindak dengan cara sendiri dalam menilai pembuktian. Dalam
mempergunakan alat bukti, tidak boleh bertentangan dengan Undang- undang. Terutama bagi majelis hakim harus benar-benar sadar dan cermat
menilai dan mempertimbangkan kekuatan pembuktian yang ditemukan selama pemeriksaan sidang. Jika majelis hakim hendak meletakkan
kebenaran yang ditemukan selama pemeriksaan persidangan dalam keputusan yang akan dijatuhkan, kebenaran itu harus diuji dengan alat
bukti, dengan cara dan dengan kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yang ditemukan. Kalau tidak demikian, bisa saja orang
yang jahat lepas, dan orang yang tak bersalah mendapat ganjaran hukum. 2.
Sehubungan dengan pengertian diatas, majelis hakim dalam mencari dan meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan dalam putusan, harus
berdasarkan alat-alat bukti yang diatur dalam Undang-undang secara limintatif sebagaimana yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP.
16
Edmon Makarim, 2005, Pengantar Hukum Telematika: Suatu Kompilasi Kajian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 452
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pitlo, pembuktian adalah suatu cara yang dilakukan oleh suatu pihak atas fakta dan hak yang berhubungan dengan kepentingan.
17
Membuktikan menurut Van Bemmelen adalah kepastian yang layak menurut akal redelijk tentang apakah hak itu sungguh-sungguh terjadi, apa
sebabnya. Demikian halnya senada dengan
hal tersebut Martiman Prodjohamidjojo mengemukakan, membuktikan mengandung maksud dan usaha
untuk menyatakan kebenaran atas suatu peristiwa, sehingga dapat diterima akal terhadap kebenaran peristiwa tersebut.
Membuktikan berarti memberi kepastian kepada hakim tentang adanya peristiwa-peristiwa
tertentu.
18
Sedangkan R.Subekti menyebutkan bahwa membuktikan adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-
dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.
19
Khusus untuk pembuktian ini, hakim perlu memperhatikan kepentingan masyarakat dan kepentingan terdakwa. Kepentingan masyarakat berarti, bahwa
seseorang yang melanggar hukum ketentuan pidana KUHAP atau Undang- undang Pidana lainnya, harus mendapat hukuman yang setimpal dengan
kesalahannya. Sedangkan kepentingan terdakwa, berarti bahwa terdakwa harus diperlakukan secara adil sedemikian rupa, sehingga tidak ada seorang pun yang
17
Edmon Makarim, 2003, Kompilasi Hukum Telematika, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 417
18
Tb. Irman S, Hukum Pembuktian Pencucian Uang Money Laundering, Jakarta timur, cv.ayyccs group, hal. 119
19
R. subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta, Pradnya Paramita, 2001, hal. 1
Universitas Sumatera Utara
tidak bersalah mendapat hukuman yang terlalu berat. Tetapi hukuman itu harus seimbang dengan kesalahannya.
20
a. Keterangan saksi;
Dalam Pasal 184 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, mengenai alat bukti yang sah ditentukan meliputi:
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa
Berdasarkan syarat diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pembuktian haruslah dianggap tidak lengkap, jika keyakinan hakim didasarkan atas alat-alat
bukti yang tidak dikenal dalam Undang-undang, atau atas alat bukti yang tidak mencukupi, umpamanya dengan keterangan hanya dari seorang saksi saja,
ataupun karena keyakinan alat-alat bukti yang ada tidak ada. Hakim tidak boleh memperoleh keyakinan tersebut dari macam-macam keadaan yang diketahui di
luar persidangan, tapi haruslah dari dalam persidangan.
3. Surat Elektronik email
Sur-el atau email, sudah diperkenalkan pertama kali pada Tahun 1960-an. Pada saat itu internet belum terbentuk sebagai jaringan. Mulai Tahun 1980-an,
Surat elektronik email sudah biasa dinikmati oleh khalayak umum. Sekarang ini banyak perusahaan pos diberbagai Negara menurun penghasilannya disebabkan
20
Darwan prints, 1989, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Djambatan, Jakarta, hal. 105
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sudah tidak memakai jasa pos lagi dan beralih menggunakan surat elektronik email.
21
Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya email atau surat elektronik tersebut. Surat elektronik atau email didefinisikan
sebagai:
22
“surat elektronik disingkat ratel atau surel atau surat-e atau pos elektronik disingkat pos-e atau nama umumnya dalam bahasa Inggris “e-mail
atau email” ejaan Indonesia: imel adalah sarana kirim menggirim surat melalui jalur internet.
Electronic mail, E-mail: computer science a system of word-wide electronic communication in which a computer user can compuse a message at
one terminal that can be regenerated at the recipient’s terminal when the recipient logs in “ you can not send packages by electronic mail”
Dari defenisi diatas dapat dijelaskan bahwa e-mail atau surat elektronik dalam bahasa Indonesia merupakan sebuah sistem komunikasi elektronik dimana
penggunaan komputer dimanapun berada dapat menulis dan mengirimkan sebuah pesan pada satu terminal dengan penggunaan lain pada sistem terminal dengan
sebuah jaringan global. Hanya memang syarat untuk dapat membaca email, maka penerima harus login dulu kedalam sebuah server email.
Dari definisi singkat Wikipedia mengatakan bahwa:
23
21
Atau dalam kamus istilah internet menyebutkan:
http:Laksonoadi.web.Idblog201004surat-elektronik diakses pada 10 Maret 2011
22
http:wordnetweb.princeton.eduperlwebwn?s=e-mail diakses pada 11 Maret 2011
23
http:id.wikipedia.orgwikisurat-elektronik diakses pada 11 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
“e-mail atau electronic mail atau surat menyurat elektronik adalah sistem korespondensi secara elektronis antara satu komputer dengan komputer lain
dengan memanfaatkan sistem jaringan komputer” jadi secara sederhana surat elektronik merupakan penggantian surat biasa,
hanya prasarana pengirimannya secara elektronik melalui internet. Dalam hal ini yang menjadi kelebihan dari penggunaan email adalah sebagai
berikut:
24
1. Nyaman untuk mengirim surat tidak perlu ke kantor pos, cukup duduk
didepan komputer yang terhubung internet dan diketik pesan lalu dikirim, pesan lalu dikirim ke alamat tujuan. Bahkan sekarang ini e-
mail bisa dikirim melalui media komunikasi, mobile seperti pusat dan PDA personal assistant data.
2. Cepat, hanya dengan hitungan detik e-mail dapat dikirim kebelahan
dunia manapun. 3.
Murah, biaya pengiriman relatif sangat murah dibandingkan personal telepon atau surat. Terutama jika mengirim surat atau interlokal ke luar
daerah atau luar negri. 4.
Hemat sumber daya, kita tidak perlu membeli kertas, pulpen, atau memboroskan tinta printer untuk digandakan lalu dikirimkan ke
beberapa orang sekaligus yang tidak sedikit mengeluarkan biaya.
24
http:komputer.wordpress.com20100529pengertian-email-pembuatan-email-baru diakses pada 25 Maret 2011
24
http:yudhim.blogspot.com200804sejarah-internet.html diakses pada 4 Maret
Universitas Sumatera Utara
Email adalah sarana kirim melalui jaringan internet. Email merupakan salah satu proses pengiriman surat melalui internet dengan menggunakan waktu
yang sangat singkat dan cepat +-1 menit. Dalam melakukan pengiriman email mengirim surat melalui internet juga
harus ada syarat-syarat yang dipenuhi, Dimana diantaranya yakni:
25
1. Membuat alamat email, contoh:
Wijayalabsgmail.com atau Wijayalabsyahoo.com
.
2. Mengetahui user dan password dari email; “Account dan kata sandi”.
3. Mengetahui e-mail yang dituju.
Dalam hal ini terdapat perbedaan antara email dengan surat biasa surat yang menggunakan perangko, yakni:
Email a.
Hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat +- 1 menit. b.
Alamat email alamat email bukanlah seperti alamat rumah. c.
Cukup adanya jaringan internet. d.
Keamanan datasurat terjamin asalkan password tidak diketahui oleh orang lain.
Surat Biasa Berperangko a.
Dengan surat biasa umumnya pengiriman perlu membayar biaya perpengiriman dengan membeli perangko.
b. Pengalamatan rumah atau kantor.
25
http:yudhim.blogspot.com200804sejarah-internet.html diakses pada 26 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
c. Membutuhkan waktu lama.
d. Keamanan surat kurang terjamin.
Perbedaan lain antara email dengan surat biasa umumnya pengirim perlu membayar perpengiriman dengan membeli perangko, tetapi surat elektronik
umumnya biaya yang dikeluarkan adalah biaya untuk membayar sambungan internet. Tapi ada pengecualian, misalnya surat elektronik ke telepon genggam,
kadang membayarnya ditagih perpengiriman. Etika dalam surat elektronik sama dengan etika dalam menulis surat biasa.
Ada surat elektronik yang isinya formal dan ada yang informal. Beberapa point penting dalam beremail, adalah:
26
1. Jangan mengirim surat elektronik dengan lampiran attatchment yang
terlalu besar lebih dari 512 KB tidak semua orang mempertanyakan akses internet yang cepat. Dan ada kemungkinan lampiran tersebut
melebihi kapasitas surat elektronik menerima, sehingga akan ditolak mailserver penerima.
2. Selain itu, perhatikan juga bahwa beberapa penyedia surat elektronik
juga menerapkan batasan tentang jumlah, jenis, dan ukuran surat elektronik yang dapat diterima dan dikirim pengguna.
3. Jangan mengirim lanjut forward surat elektronik tanpa berfikir
kegunaan bagi orang yang dituju. 4.
Dalam mengutip tulisan orang lain, selalu usahakan mengutip seluruhnya tulisan orang itu.
26
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
a. Dalam menjawab surat elektronik orang lain, kutip bagian yang
kita tanggapi saja, selain lebih jelas juga tidak memakan waktujalan akses penerima.
b. Dalam mengutip tulisan orang ketiga, ingat hak cipta: kutip
sesedikit mungkin dan rujuk ketulisan aslinya. 5.
Jangan menggunakan huruf kapital karena dapat menimbulkan kesan anda BERTERIAK.
6. Gunakan kata-kata dengan santun. Adakalnya sesuatu yang kita tulis
akan terkesan berbeda dengan apa yang sebetulnya kita.
F. Metode Penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan meliputi:
1. Spesifikasi Penelitian.
Penelitian skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif. penelitian dilakukan terhadap Peraturan Perundang-undangan
dan bahan-bahan hukum yang berhubungan untuk menyusun skripsi ini. 2.
Data dan Sumber Data Sebagaimana umumnya, penelitian normatif dilakukan dengan penelitian
pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari bahan pustaka atau data skunder. Data skunder diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum
skunder dan bahan hukum tertier.
Universitas Sumatera Utara
a. Bahan hukum primer yakni bahan yang telah ada dan yang
berhubungan dengan skripsi terdiri dari UUD’45 serta peraturan Perundang–undangan yang terkait dengan skripsi ini.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang diperoleh untuk
mendukung dan berkaitan dengan bahan hukum primer yang berupa Rancangan Undang-undang, buku-buku, artikel, Koran,
majalah dan pendapat para sarjana. c.
Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer
dan sekunder seperti kamus dan ensiklopedia yang relevan dengan skripsi ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah penelitian kepustakaan library research. Dalam hal penelitian dilakukan terhadap literatur-
literatur untuk memperoleh bahan teoritis ilmiah yang dapat digunakan sebagai dasar analisis terhadap substansi pembahasan dalam penulisan skripsi. Tujuan
penelitian kepustakaan library research ini adalah untuk memperoleh data sekunder yang meliputi Peraturan Perundang-undangan, buku, majalah, surat
kabar, situs internet maupun bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaann library research dan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif artinya semaksimal mungkin
Universitas Sumatera Utara
memakai bahan-bahan yang ada yang berdasarkan asas-asas, pengertian serta sumber-sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan yang ada
tersebut.
G. Sistematika Penulisan.